NovelToon NovelToon
My Enemy, My Idol

My Enemy, My Idol

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Enemy to Lovers
Popularitas:372
Nilai: 5
Nama Author: imafi

Quin didaftarkan ke acara idol oleh musuh bebuyutannya Dima.

Alhasil diam-diam Quin mendaftarkan Dima ikutan acara mendaftarkan puisi Dima ke sayembara menulis puisi, untuk menolong keluarga Dima dari kesulitan keuangan. Sementara Dima, diam-diam mendaftarkan Quin ke sebuah pencarian bakat menyanyi.

Lantas apakah keduanya berhasil saling membantu satu sama lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon imafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

kemarin hujan seharian, hari ini awan mendung masih menjuntai. Jalanan yang kering tampak lembab, seperti sudah siap menampung kembali air yang kemarin baru selesai mengalir ke selokan. Quin diturunkan papanya di depan sekolah. 

“Daaah!” teriak Quin sambil berlari masuk ke dalam gerbang.

Papanya memperhatikan Quin menjauh dan berbaur dengan murid-murid lainnya. Tiba-tiba papanya merasa sendu, memperhatikan anaknya yang sudah semakin dewasa dan mungkin sebentar lagi akan punya pacar. Pak Juki memberikan aba-aba pada papanya Quin agar segera menjalankan mobilnya.

Hana yang memang gemar menyapu, sedang membersihkan sapu di depan pintu kelas. Dari kejauhan tampak Quin datang dari arah tangga. “Quin! Tadi Pak Adam ke sini, nyuruh kamu ke kantor guru,” kata Hana ke arah Quin yang datang mendekat.

“Ada apa?” tanya Quin pada Hana, sambil melirik ke dalam kelas. Terlihat Nisa sedang berbincang dengan Dima dengan serius.

“Disuruh daftar You Are My Idol,” jawab Hana sambil mengeprek sapu ke dinding pagar balkon kelas dua.

“Nggak mau!” Jawab Quin kesal. Dia melirik ke arah Dima dan Nisa yang kini sudah tidak lagi berbincang.

“Ya nggak tau!” Kata Hana masuk ke dalam kelas.

Quin mengikuti Hana, masuk ke kelas lalu duduk di sebelah Nisa. 

“Kamu tadi ditanyain Pak Adam!” Kata Nisa pada Quin yang mengambil botol minumnya, lalu minum dua teguk.

“Udah,”

“Ada apa?”

“Nggak tau.”

“Gimana?” Nisa heran, kenapa Quin sudah bertemu dengan Pak Adam tapi tidak tahu ada apa.

“Nggak tau ada apa, aku belum ke ruang guru,” jawab Quin nyengir.

Nisa membuat muka bete, “Tadi katanya udah!”

“Udah tau, kalau Pak Adam manggil. Tapi belum tau ada apa!”

“Nggak jelas lu!” Nisa beranjak dari kursinya, lalu pergi ke luar kelas.

“Mau ke mana?” Quin bergegas mengikuti Nisa.

“Mules! Mau ikut?” Tanya Nisa heran melihat Quin di sebelahnya.

Sambil mengikuti Nisa, Quin melirik Dima yang duduk di belakang kelas bersama gengnya, “Tadi ngomongin apa?”

“Pak Adam,” jawab Nisa singkat.

“Ih, bukan kita, kamu sama Dima, ngomongin apa?”

“Mau tau, apa mau tau banget?” Goda Nisa sambil masuk ke dalam kamar mandi. 

“Dima nanyain soal buku puisinya dia?” Tanya Quin meski Nisa sudah masuk ke dalam bilik.

“Nggak.”

“Jadi nanyain apa?” Tanya Quin penasaran.

“Quin, gue mules! Bisa nggak tunggu di kelas, nanyanya ntar aja!” Jawab Nisa dari dalam bilik toilet.

“Jawab dulu, Dima ngomongin apa?” Tanya Quin sambil mengetuk pintu bilik toilet.

Nisa terdiam, tidak ada jawaban.

“Nis! Aku intip nih dari atas!” Quin memaksa Nisa bicara.

“Dia cuma tanya, kenapa kamu nggak mau nyanyi di depan umum lagi?” 

“Kenapa dia nggak nanya langsung sama gue? Kenapa dia nanya elu?”

“Emang elu mau jawab, kalau dia tanya langsung sama elu?” 

Quin terdiam. Tiba-tiba terdengar suara benda masuk ke dalam air. Bersamaan menyeruak bau yang tidak sedap.

“Iiih, bauuuu!” Quin bergegas pergi sambil menutup hidungnya.

Ruang guru adalah ruangan yang paling dihindari murid-murid SMA Nusa Jakarta. Bukan karena takut dimarahi atau diberitahu bahwa nilainya jelek, tapi kalau ada murid yang dipanggil ke ruang guru, biasanya ada guru yang ingin minta tolong sesuatu. Entah itu membantu menilai, membantu memberi paham murid-murid, atau mengatur soal kegiatan di luar sekolah. Kalau tidak karena berkali-kali Pak Adam minta Quin menemuinya, Quin tidak mau datang ke ruangan itu. 

“Quin, sini!” Teriak Pak Adam begitu melihat Quin berdiri celingukan di ambang pintu ruang guru.

Ternyata Pak Adam tidak sendirian, dia juga bersama dengan Kepala Sekolah, Bu Ningsih, dan Guru BK, Bu Alin sedang duduk di sofa utama di bagian tengah ruangan, di depan ruang kepala sekolah.

Sambil jalan menunduk, Quin menghampiri Pak Adam dan yang lain. Quin salim ke Pak Adam, Bu Ningsih, dan Bu Alin secara bergiliran.

“Duduk,” kata Bu Alin.

Quin duduk di sebelah Bu Alin. 

Bu Alin menunjukkan layar laptop yang ada di meja pada Quin. “Tadi pagi, ibu dapat telepon dari produsernya You Are My Idol, katanya kamu terpilih masuk ke season kali ini.”

Quin bengong, mulutnya terbuka. Dia tidak tahu harus bicara apa.

“Dia mengirimkan email ini. Katanya kamu mendaftar jalur sekolahan,” jelas Bu Alin lagi.

Quin membaca email itu secara seksama. Mulutnya masih menganga tidak percaya. Dia tidak pernah mengirimkan pendaftaran acara YAMI.

“Bu Ningsih sudah mengizinkan kamu ikut acara ini. Jadi kalau kamu harus tidak sekolah untuk syuting, tidak akan mempengaruhi nilai absensi kamu,” jelas Pak Adam.

“Ibu malah seneng, kalau ada SMA kita punya wakil di acara YAMI. Anak ibu itu seneng banget nonton YAMI dari season satu. Siapa itu yang menang acara itu? Mahalitu?” tanya Bu Ningsih pada Pak Adam.

“Iya betul, sekarang dia jadi penyanyi terkenal,” kata Pak Adam senang. “Bapak yakin, kamu pasti bisa! Nanti kalau butuh latihan, bapak siap bantu!”

Quin masih bengong. Semua orang di ruangan itu menunggu respon dari Quin.

“Pak, tapi saya tidak mendaftar YAMI. Saya juga nggak mau jadi penyanyi,” jawab Quin singkat.

Quin duduk memeluk bantal di depan TV sambil teleponan sama Nisa, “Sumpah, gue nggak daftar!”

“Mama kamu kali yang daftar?” tanya Nisa dengan santai.

“Nggak. Mama nggak daftarin!” Jelas Quin bersamaan dengan mamanya datang membawa martabak ke depan TV.

“Nggak ya, Mama nggak daftar,” jawab mamanya tiba-tiba nimbrung ke pembicaraan Quin dan Nisa di telepon. 

“Mama aku itu, bikin instagram aja nggak bisa, apa lagi daftarin aku YAMI!” Jelas Quin kesal.

“Eh, mama bisa bikin Instagram, kok. Mama nggak segaptek itu lah, Quin!” Jawab mamanya sambil mengambil martabak lalu mencocolnya ke saus dengan urakan sehingga sausnya terciprat ke mana-mana.

“Tapi mama suka lupa password kan?” Tanya Quin kesal.

“Iya sih,” jawab Mamanya sambil mengunyah martabak sampai muncrat-muncrat.

Quin bangkit dari kursi, lalu pergi ke kamarnya agar bisa melanjutkan teleponan dengan Nisa tanpa gangguan dari mamanya.

“Nis, aku jadi kepikiran,” kata Quin berbisik.

“Kenapa?”

“Jangan-jangan yang daftarin aku itu orang sekolah.”

“Pak Adam?”

“Bukan. Pak Adam kalau ada apa-apa, pasti tanya ke murid dulu.”

“Jadi siapa?”

“Dima?”

“Kenapa kamu curiga sama Dima?”

“Kan tadi dia nanya kamu, kenapa aku nggak mau nyanyi di depan orang banyak lagi.”

Nisa terdiam.

“Nis?” tanya Quin heran tiba-tiba Nisa terdiam.

“Coba tanya aja langsung sama orangnya!” Kata Nisa pada Quin, membalas kata-kata Quin tadi pagi, agar bertanya pada orang yang ingin ditanyakan langsung, jika ada yang ingin ditanyakan.

Entah kenapa malam itu biarpun panas, Dima bersin-bersin. Mungkin ada debu dari sela-sela lembaran buku yang dipakai Dima untuk kipas-kipas, karena sedang mati listrik. Terdengar dering hapenya. Dima mengambil hape dan menjawab telepon dari Lala.

“Gimana? Jadi daftar YAMI?” Tanya Lala.

“Ya nggak lah.”

“Kenapa?”

“Aku nggak mau jadi idol. Aku pemalu!”

“Malu-maluin iya!”

“Aku malah daftarin Quin.”

“Apa?!”

“Aku malah daftarin Quin ikutan YAMI!” Jawab Dima sedikit teriak.

“Iya, denger! Nggak usah teriak. Tapi kenapa kamu daftarin dia? Yang butuh uang kan kita, bukan dia!” Lala nyerocos kesal pada Dima, adiknya yang hopeless bucin itu.

“Ya abisnya, kayaknya yang layak jadi idol itu dia, Kak. Bukan aku. Lagian juga soal uang, ayah udah berhasil pinjem sama Om Budi.”

Tidak ada jawaban.

“Halo, Kak?” Dima melihat hapenya yang ternyata mati karena belum dicas dan listriknya masih mati. 

Bersambung.

1
Leni Manzila
hhhh cinta rangga
queen Bima
mantep sih
imaji fiksi: makasih udah mampir. aku jadi semangat nulisnya.🥹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!