NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyelamatkan Bayi Tertukar

“Ibu Berlina” terpaku. “Apa? Cucu saya di ruang observasi tadi masih baik-baik saja, kok?”

Saat ia turun tadi, bayi itu masih tidur nyenyak di dalam selimut.

Namun polisi wanita di depannya memberi isyarat.

“Ibu, coba lihat ke arah pintu itu. Kemungkinan besar cucu ibu sudah ditukar. Bayi di dalam ruangan itu… bukan cucu kandung ibu.”

Ibu Berlina langsung menoleh.

Tak lama, dua polisi masuk ke lobi rumah sakit. Di belakang mereka, Reyhan Pratama dan tiga pengawal berbaju hitam juga muncul.

Salah satu pengawal membawa bayi yang dibungkus selimut bermotif biru bunga-bunga—selimut yang sama persis dengan yang dipakai bayi yang sempat dibawa kabur oleh Bu Widuri.

Reyhan mendekati Salsa, lalu menunduk sambil berkata pelan, “Tenang, semuanya sudah beres. Bu Widuri yang tukar bayi itu udah ditangkap. Sekarang dia di mobil polisi.”

Salsa menatap Reyhan dengan cemas, matanya memeriksa ke kiri dan kanan.

“Kamu nggak apa-apa, kan? Nggak luka?”

Reyhan tersenyum kecil. “Tenang aja. Aku bukan kaca, kok, nggak gampang pecah.”

Dono Sudrajat yang melihat pengawalnya membawa bayi itu langsung paham situasinya.

Ia refleks menajamkan tatapan, lalu berbisik beberapa instruksi ke telinga asistennya, Riko. Tak lama Riko bergegas naik ke lantai atas.

Para pengawal yang ia kirim segera memberi laporan.

“Pak Dono, begini ceritanya,” ujar salah satu pengawal.

“Setelah dapat instruksi dari Bapak, kami langsung hubungi anak muda ini.”

Ia menoleh ke Reyhan.

“Dia bilang sempat lihat Bu Widuri naik mobil Bentley sambil gendong bayi. Untungnya, dia hafal plat nomornya.”

“Kami kerja sama dengan teman di kepolisian, lacak rute mobil itu. Ternyata mobil itu masuk ke parkiran bawah tanah, tapi nggak keluar lagi.”

“Setelah dicek, mobil Bentley itu bukan mobil pribadi. Terdaftar atas nama rental mobil mewah.”

Dono mengernyit. Nyewa Bentley cuma buat datang ke RS Nusantara? Mencurigakan banget.

“Anak muda ini juga menduga kalau Bu Widuri mungkin ganti baju di toilet umum dan pura-pura jadi petugas kebersihan buat kabur,” lanjut pengawal.

“Kami pun jaga di sekitar toilet. Benar aja, ada ‘petugas kebersihan’ dorong tong sampah sambil tengok kanan kiri, mukanya jelas panik. Kami langsung samperin, buka tong sampahnya…”

Ia menghela napas. “Dan bayi ini… ada di dalam sana.”

Salsa mendengarkan dengan wajah tegang. Semua cerita itu—persis seperti yang ia lihat dalam penglihatan sebelumnya.

Tiga kali ia dapat “penglihatan”, dan tiga kali pula semuanya jadi kenyataan.

Sekarang, ia makin yakin: matanya benar-benar bisa melihat malapetaka sebelum terjadi.

Salah satu pengawal lain menunjukkan kantong plastik transparan berisi tas dan perhiasan.

“Ini barang-barang yang kami temukan di tong sampah juga. Cocok banget dengan rekaman CCTV dari RS, sama seperti penampilan Bu Widuri waktu di rumah sakit.”

Orang-orang yang menonton kejadian itu pun heboh bukan main.

“Jadi selama ini dia pura-pura jadi sosialita?!” seru salah satu warga yang ikut nonton.

Seorang ibu-ibu lain bertanya penasaran, “Lho, tapi bukannya Bu Widuri itu kenal baik sama dokter anak… siapa tuh, Dr. Leo?”

Pertanyaan itu belum selesai, dua pengawal sudah menuruni tangga sambil menggiring seorang dokter muda—Dr. Leo Pranata.

“Kami sudah dapat bukti cukup,” kata salah satu pengawal. “Dr. Leo ini ternyata mata-mata bisnis.”

Ia menyerahkan map berisi dokumen ke polisi, lalu menatap Leo tajam.

“Silakan jelaskan semuanya di kantor polisi.”

Wajah Leo seketika pucat. Ia bahkan belum paham bagaimana rahasianya bisa terbongkar secepat itu.

Dono Sudrajat menatap dua polisi itu. “Tolong bantu prosesnya, Pak, Bu.”

Polisi wanita itu mengangguk dan menerima berkas.

“Baik, kami bawa dulu ke mobil.”

Leo dibawa pergi, sementara Dono mengambil bayi kecil dari pelukan pengawal.

Saat melihat bayi itu tidur terlalu lelap, jantungnya mencelos.

“Cepat panggil dokter! Cek kondisi anak ini sekarang juga!” serunya.

Seorang dokter memeriksa cepat dan berkata serius, “Kalau bisa tidur sedalam ini, kemungkinan besar sudah dikasih obat penenang atau semacamnya.”

Mendengar itu, Ibu Berlina menahan napas. Ia melihat cucunya yang mungil dibungkus selimut biru itu, dan entah kenapa—air matanya langsung jatuh.

“Manusia apa mereka ini… bayi baru lahir aja dikasih obat!” geramnya.

Dokter dan perawat segera membawa bayi itu ke ruang perawatan. Ibu Berlina menatap punggung mereka penuh cemas, ingin ikut, tapi ia sadar ada hal penting yang harus diselesaikan dulu.

Ia berbalik, melangkah ke arah Salsa dengan wajah penuh rasa bersalah.

“Anak muda, maaf ya. Saya tadi salah paham.”

Sambil berkata begitu, ia menurunkan gelang giok hijau di pergelangan tangannya—giok yang berkilau indah di bawah lampu rumah sakit. Ia menggenggam tangan Salsa dan memakaikannya.

“Ini sedikit tanda maaf dari saya. Jangan diambil hati omongan saya tadi.”

Salsa kaget bukan main.

Biasanya orang tua seperti Ibu Berlina ini keras kepala dan susah minta maaf, apalagi orang yang punya kekuasaan dan kekayaan seperti dia.

Tapi sekarang malah menghadiahkan gelang mahal?

Ia melirik giok itu. Bahkan orang awam seperti dirinya bisa tahu, gelang itu mahal banget—warna hijaunya bening, mengilat lembut kayak air.

Pasti nilainya… ratusan juta?

Salsa buru-buru mau lepas gelang itu. “Nggak usah, Bu. Saya nggak apa-apa kok. Lagian tadi Ibu juga cuma salah paham karena dengar gosip.”

Namun Ibu Berlina menahan tangannya dan menatap tegas.

“Perkataan jahat itu bisa menusuk hati orang, Nak. Saya sudah tua, tapi tetap harus belajar sopan. Anggap aja ini cara saya menebus kesalahan.”

Ia menepuk punggung tangan Salsa lembut.

“Gelang giok itu dipercaya bisa menenangkan hati. Semoga bisa hangatkan hatimu juga.”

Dono ikut menimpali, “Salsa, terima aja. Kalau nggak, Mama saya bisa kepikiran terus.”

“Bener tuh,” kata Ibu Berlina sambil mengangguk mantap.

“Kalau kamu nggak mau, bisa-bisa saya malah bangun tengah malam nyesel, terus nyubit pipi sendiri. Gimana bisa saya maki-maki penyelamat cucu saya, coba? Memang saya lagi gila kali!”

Nada seriusnya yang lucu itu sukses bikin Salsa nyaris ketawa.

Ia akhirnya menerima gelang itu, meski pipinya masih memanas karena malu.

Astaga… cuma dimarahin dikit, tapi diganjar gelang giok seharga mobil!

Salsa sampai pusing memikirkannya.

Melihat wajah Ibu Berlina yang makin khawatir pada bayi kecilnya, Salsa tersenyum menenangkan.

“Udah nggak apa-apa, Bu. Saya orangnya nggak suka nyimpen hal buruk. Mending Ibu cepat lihat kondisi Neyra aja.”

Ibu Berlina menatapnya sebentar, lalu beralih pada kerumunan orang yang masih berbisik-bisik di sekitar mereka.

“Barusan saya udah minta maaf. Tapi kalian yang tadi ikut nyinyir, ngomong seenaknya, apa nggak mau minta maaf juga?”

Suasana langsung hening.

Banyak yang menunduk dan mundur pelan, pura-pura sibuk atau mau pergi.

Ibu Berlina melangkah cepat, langsung menarik kerah salah satu ibu-ibu yang tadi paling heboh menjelek-jelekkan Salsa.

Tatapan Ibu Berlina tajam seperti sinar X. “Tadi yang paling semangat ngomongin itu kamu, kan? Aku lihat sendiri!”

Ibu itu langsung ciut seperti tikus ketahuan kucing. Ia buru-buru berbalik dan menunduk dalam-dalam ke arah Salsa.

“Maaf ya, Mbak… saya kebablasan ngomong. Nggak bermaksud bikin masalah. Saya minta maaf.”

Ibu Berlina menatap sekeliling dengan galak. “Yang barusan ngarang cerita soal penolong cucuku, semuanya siap-siap antre minta maaf! Kalau nggak, aku minta petugas buka rekaman CCTV!”

Salsa yang sejak tadi kesal, mendadak luluh. Rasa tidak sukanya pada Ibu Berlina berubah jadi hormat. Si nenek sultan ini ternyata punya nyali juga!

Begitu selesai ngomel, Ibu Berlina buru-buru ke ruang anaknya, tapi sebelum pergi, ia masih sempat menoleh pada menantunya, Dono Sudrajat.

“Don, nanti jangan lupa ucapin terima kasih yang benar buat penolong cucu kita, ya!”

Ibu-ibu yang tadinya nyinyir langsung pucat. Takut dilaporkan, mereka satu per satu mendekat ke Salsa sambil menunduk sopan, minta maaf bergantian seperti antre sembako.

Beberapa menit kemudian, suasana di lobi rumah sakit pun kembali tenang.

Begitu situasi reda, Dono mengajak Salsa, Reyhan, dan dua polisi yang tadi datang ke ruang istirahat khusus.

Dua polisi itu memperkenalkan diri.

“Nama saya Lenny Harso, dan ini rekan saya, Anton,” kata si polwan sambil tersenyum ramah.

Lenny membuka mapnya. “Sebenarnya, Mbak Salsa, kami memang datang untuk menemui Anda.”

Salsa sempat kaget, tapi Lenny melanjutkan, “Kemarin kami sudah menegur anak kecil yang menyebabkan Anda cedera, juga orang tuanya. Tapi sebelum kami sempat datang ke rumah sakit, kami dapat laporan ada kasus penculikan anak di sekitar sini.”

Anton menimpali dengan nada serius, “Kami langsung ke lokasi, jaraknya cuma beberapa ratus meter. Nggak nyangka, ternyata yang menggagalkan penculikan itu lagi-lagi Anda.”

Dono yang sedari tadi diam langsung menoleh. Kata “lagi-lagi” itu membuatnya terkejut.

Asisten pribadinya berbisik di telinga, “Pak Dono, Mbak Salsa ini pasien yang cedera waktu menolong atlet nasional itu, lho.”

Dono mendengus pelan. “Perempuan ini benar-benar luar biasa.”

Salsa menggaruk pipinya, malu. “Ah, kebetulan aja, Pak. Lagian waktu itu juga dibantu Mas Reyhan.”

Ia mencubit ujung baju Reyhan tanpa sadar, gugup.

Lenny menatap mereka dengan senyum hangat. “Kalau begitu, kita mulai saja, ya. Kami perlu mencatat pernyataan resmi. Rekamannya akan kami kirim ke kantor. Apakah kalian berdua setuju?”

Salsa dan Dono langsung mengangguk. Tapi Reyhan malah menatap jam tangannya.

“Maaf, Bu Polisi, tapi Salsa belum makan siang. Apa dia boleh makan sambil kami wawancara?” katanya sambil mengangkat termos makan dari pangkuannya.

Anton tertawa kecil. “Tentu saja boleh! Silakan.”

Lenny menatap Reyhan dengan takjub. “Wah, cowok seperhatian ini jarang banget!”

Salsa langsung menunduk, pipinya merah. Sambil makan, ia mulai menjawab pertanyaan.

“Jadi, Mbak Salsa,” tanya Lenny membuka catatan, “bagaimana Anda tahu kalau anak Pak Dono sempat tertukar?”

Salsa menelan suapan terakhirnya sebelum bicara pelan, “Tadi saya cuma mau jalan-jalan sebentar, tapi tiba-tiba saya lihat Bu Widuri lewat di depan saya.”

“Entah kenapa, saya langsung memperhatikan ponselnya. Soalnya penglihatan saya sangat tajam—kemarin baru dicek sama Dokter Reza Jayadi dari poli mata. Hasilnya, dua mata saya 5,3.”

“5,3?!”

Suara itu nyaris serempak dari semua orang di ruangan.

Dono sampai menjatuhkan pulpen. “5,3? Itu luar biasa, lho! Saya kerja di rumah sakit aja belum pernah dengar ada orang bisa punya mata sejernih itu!”

Anton juga melongo. “Mbak, serius nggak mau daftar TNI aja? Sayang banget visinya segitu!”

Salsa cuma bisa nyengir. “Tolong jangan ditambah daftar profesi yang ekstrem lagi, deh.”

Setelah tawa kecil mereda, Lenny kembali bertanya, “Jadi, apa yang Anda lihat di ponsel Bu Widuri?”

Salsa menatap kosong ke depan. “Saya sempat melihat beberapa kata yang bikin saya waspada: tukar anak, toilet umum, bertemu di lokasi.”

Ruangan langsung hening.

“Saya sering baca novel,” lanjutnya lirih. “Di sana suka ada kisah tentang anak tertukar, atau orang jahat yang nyamar jadi pengasuh. Jadi saya langsung curiga.”

Anton nyengir. “Ternyata nonton drama bisa menyelamatkan nyawa juga, ya?”

Salsa ikut tersenyum. “Dan yang bikin saya tambah curiga, Bu Widuri itu kelihatannya orang kaya, tapi datang sendiri bawa bayi, tanpa suster atau pengasuh. Nggak masuk akal, kan?”

Lenny mengangguk pelan. Dalam hatinya, ia kagum. “Anak ini punya insting tajam banget.”

“Makanya saya pikir, daripada nyesel nanti, lebih baik saya cegah dulu,” lanjut Salsa.

“Karena saya nggak bisa lari, saya minta tolong Reyhan buat ngejar.”

Ia melirik Reyhan dengan gugup, takut ucapannya berbeda dari yang pernah ia bilang sebelumnya. Tapi Reyhan hanya mengangguk pelan, seolah mendukung versinya.

Salsa pun diam-diam lega.

Setelah beberapa pertanyaan tambahan, sesi wawancara selesai.

Lenny menutup buku catatan. “Baik, untuk sementara cukup. Kalau nanti ada perkembangan, kami akan hubungi lagi.”

Dono menyalami kedua polisi itu. “Terima kasih atas kerja kerasnya.”

Sebelum pergi, Lenny sempat menukar nomor dengan Salsa. “Biar nanti gampang urusan administrasi dan kompensasi dari kasus kemarin, ya.”

Begitu keluar dari RS Nusantara, Lenny langsung menelepon seseorang.

“Pak Rendy, tadi Bapak dengar sendiri pembicaraannya, kan? Menurut Bapak gimana?”

Suara di ujung sana dingin dan tajam. “Saya rasa perempuan bernama Salsa Liani ini… tidak sesederhana kelihatannya.”

Nada itu membuat Lenny refleks menegakkan badan.

“Teruskan pantauanmu,” lanjut suara itu. “Dekati dia, tapi jangan sampai curiga.”

Lenny menarik napas. “Baik, Pak Rendy. Saya mengerti.”

Ia menatap sekilas ke arah gedung megah RS Nusantara sebelum berbalik. Anton yang penasaran bertanya, “Bu Lenny, sebenarnya dari kapan kalian memantau Mbak Salsa?”

Lenny hanya tersenyum samar. “Rahasia.”

1
sahabat pena
media pers nya parah nih.. org lagi bertaruh nyawa. dibuat konten kreator.. ayuk salsa selamat kan arga dan ponakan nya💪💪💪💪
Lala Kusumah
cepat tolong Arga ya Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
nah loh....
Tini Rizki
keren bikin penasaran lanjut Thor
Lala Kusumah
Alhamdulillah Salsa, rezeki anak Sholehah 🙏🙏👍👍😍😍
...cienta kamyu...
lanjut thoorr...semangat yaa
sahabat pena
syukurlah si playboy petra selamat 🤣🤣🤣🤣dag dig ser itu dihadapkan sama makanan dan minuman yg beracun
Lala Kusumah
alhamdulilah semua selamat, tegaaaanng pisan 🫣🫣😵‍💫😵‍💫🙏🙏👍👍
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
Lala Kusumah
ikutan tegaaaanng kalau Salsa lagi mode on begitu 🫣🫣😵‍💫😵‍💫
sahabat pena
huhuhu up nya kurang byk kak.... lagi seru yeuh 🤣🤣🤣✌
Lala Kusumah
sukses selalu bang Surya 👍👍👍
Reni Syahra
kerenn bangett eksekusinya..
lanjutt thor💪
ganbatteee😍
Lala Kusumah
semangat Salsa 🙏🙏💪💪👍👍
saniati Amat
semangat trs thor,jgn lupa jg ksehatn,ditunggu up slanjutnya💪💪💪💪
renren syahra
up nya jng lama2 dong thor
sahabat pena
Luar biasa
Lala Kusumah
bakat Salsa emang hebaaaaaatt n kereeeeeennn 👍👍👍
Lala Kusumah
cepat tolong kakakmu Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
syukurlah
Melody Aurelia
bos gurem nih😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!