Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.
Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.
Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.
Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.
Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.
Jadi mari kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kombinasi Yang Tak Disangka
Hari yang Arya tidak nantikan pun datang. Alia sebentar lagi akan tiba di rumah orang tuanya.
"Nanti jangan bicara yang tidak-tidak!"
"Yang tidak-tidak seperti apa?"
"... Ya seperti yang kamu katakan pas di telepon waktu itu!"
"Itu sih bukan hal yang tidak-tidak. Toh bener kan kita tidak seharusnya melakukan hal itu ketika kamu lagi sakit."
Perkataan Alia makin membuat Arya tambah khawatir. Tapi, mobil yang mereka kendarai sudah tiba di depan gerbang rumah. Dari cctv, kehadiran mereka pasti sudah ketahuan orang di rumah.
...----------------...
"Selamat datang," seorang wanita yang sudah berumur, tapi masih memiliki penampilan yang cukup menarik, menyapa Alia sesaat dia memasuki rumah. Tatapan wanita ini juga tajam tertuju ke arahnya.
"Salam kenal. Ini, saya bawakan sedikit oleh-oleh." Alia menyerahkan sekotak cemilan pada ibunya Arya.
"Terima kasih." Mata ibunya masih memperhatikan sosok Alia dari atas sampai ke bawah. "Kau ini ternyata sangat cantik ya."
Giliran Alia yang mengucapkan terima kasih. Kemudian, Alia lanjut balik memuji ibunya Arya. "Saya hanya kebetulan masih muda. Justru saya sangat terpukau melihat penampilan Ibu yang masih begitu mengagumkan. Apa mungkin saya minta tips perawatan kulit?"
Ada perubahan di raut wajah ibunya Arya. Dari ekspresinya tersebut, bisa ditarik kesimpulan kalau sejauh ini dia cukup menyukai sosok Alia.
"Ayo masuk! Ibu sangat ingin ngobrol banyak dengan kamu."
Itu Sebuah ajakan yang jelas tak ada alasan untuk ditolak.
"...."
Melihat ibunya pergi bersama Alia, ada kelegaan yang menerpa Arya. Dia malah jadi ingat mantan calon istrinya dulu, di mana di awal-awal ibunya justru tak begitu menyukai calon pilihannya tersebut.
...----------------...
"Itu benar! Arya memang terlalu keras kepala. Dia sangat enggan merubah keputusannya meski terkadang keputusan itu sudah jelas sangat beresiko," komplen ibunya Arya.
Alia membalas, "... Maka dari itu menurut saya, dibandingkan capek-capek merubah keputusan Mas Arya, akan lebih efisien kalau kita mempersiapkan rencana untuk menanggulangi seandainya keputusan Mas Arya itu salah."
"Hmm ... Itu sebuah sudut pandang yang bagus."
Baru belasan menit Alia dan ibunya Arya yang bernama Azizah bertemu, mereka sudah terlihat begitu akrab. Dengan menjadikan Arya sebagai topik utama, banyak hal yang bisa mereka bicarakan.
Arya sendiri kebanyakan diam dan hanya jadi penonton.
"Oh iya, apa kamu mau lihat foto masa kecil Arya?" Azizah mengatakan sesuatu yang menarik perhatian Alia.
"Tentu saja mau! Mas Arya pasti sangat imut ketika waktu kecil dulu."
Alia sudah pernah tahu zaman Arya kecil seperti apa di dunia pertama. Namun di dunia paralel ini, mungkin ada sisi Arya sebagai bocah yang berbeda.
"Arya sih memang sangat imut di saat masih bayi. Tapi sesudah bisa jalan dan bicara, dia sangatlah membuat pusing." Memori kenangan masa lalu membuat Azizah geleng-geleng kepala dan tersenyum di saat yang sama.
"Oh gitu ya, saya jadi tambah penasaran."
Azizah menambahkan. "Bahkan Arya masih aja suka nyusu ketika balita-balita seusianya sudah tak lagi melakukan itu."
Alia sesaat melirik wajah Arya yang memerah. "Mungkin Mas Arya cuma gak mau lepas dari kehangatan ibu."
Azizah setuju. "Dari dulu Arya memang tipe orang yang sok cuek tapi padahal mudah kesepian. Kamu harus siap-siap kalau mau jadi pasangannya Arya. Seandainya kalian menikah, dia mungkin jadi bakal suka minta nyusu sama kamu."
Alia membusungkan dada, "Saya sih siap kalau itu terjadi. Punya saya cukup besar, jadinya Mas Arya pasti bakal suka."
Mata Azizah turun ke area dadanya Alia. "Kalau sebesar itu memang Arya pasti bakal betah di pelukan kamu."
Arya yang sudah tak tahan lagi pun berkata, "Bisakah kalian tidak mengobrol seolah-olah aku tidak ada di sini!?"
Azizah memandangi anaknya seraya menopang dagu. "Tapi yang kami bicarakan ini bener kan? Kamu adalah tipe pria yang suka wanita dengan payudara besar!"
Alia lalu membantu opini Azizah. "Iya. Pas di kantor juga aku menyadari kalau Mas Arya suka diam-diam melihat bagian tubuhku yang itu."
"...."
Arya mau membantah, namun dia tak punya daya karena yang dikatakan ada benarnya.
Akhirnya, Arya cuma menyilangkan kedua tangan lalu buang muka, dan lantas memilih untuk diam.
Alia dan Azizah saling menatap, kemudian otomatis senyuman terbentuk di wajah mereka.
Perasaan Arya seketika tak enak. Dia membayangkan jikalau Alia benar-benar menjadi pasangannya, kombinasi ibu dan istri yang harus dia hadapi pasti bakal membuat pusing.
Tunggu dulu! Ngapain aku berpikir yang tidak-tidak!?
Aku kan sudah memutuskan tidak akan menikahi siapa pun!
Batin Arya bergejolak.
Pertanyaannya, apakah Arya sungguh bisa mempertahankan prinsipnya untuk tidak menikah, atau Alia justru akan berhasil merubah pola pikir tersebut?
Itu hanyalah sesuatu yang bisa diketahui di masa depan.
