Fang Hua Yi merupakan seorang wanita sebatang kara yang hanya bekerja sebagai pemburu terbaik di Biro penangkapan siluman, hantu dan iblis yang bernama BingBai.
Berniat memanfaatkan pesta pendirian Kekaisaran Xian Yu untuk menjebak pria yang dicintainya secara diam-diam. Rupanya jebakan itu malah mengenai dirinya sendiri, hingga membuatnya menghabiskan malam panas bersama dengan pria yang tidak dia kenal sampai menumbuhkan dua kehidupan lain di dalam perutnya.
13 tahun kemudian, Fang Hua Yi memutuskan kembali bergabung dengan Biro dengan membawa kedua putra kembarnya. Namun, siapa sangka rahasia besar satu persatu mulai terkuak.
Tidak hanya tentang siapa ayah dari kedua putra kembarnya. Akan tetapi, juga menguak tentang identitas Hua Yi yang sesungguhnya yang berakhir menjadi rebutan dari lima penguasa alam sekaligus.
Siapakah identitas Hua Yi sebenarnya?
Apakah sebuah rahasia besar akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Cara Melindungi Ye Ding Chen
“Memang tidak bisa jika lawan kita setara dengan orang bertopeng yang melawan Guru Jiang tadi. Namun, jika terus berlatih kita pasti bisa menjadi yang paling hebat di dunia ini,” balas Yi Chen menyemangati adiknya, “Yang terpenting saat ini adalah Ibu!”
“Kau benar, Ge! Kita harus selalu menjadi yang utama.”
Jia Rui membenarkan ucapan Kakaknya.
Tak lama kemudian, Hua Yi kembali kerumahnya dalam keadaan mata bengkak karena terus saja menangis dan juga ketakutan. Tempat yang Hua Yi tuju saat menggunakan mantra teleportasi adalah kamar kedua anak kembarnya. Namun, jantung Hua Yi seakan berhenti mendadak saat tidak menemukan keberadaan kedua putra kembarnya di sana.
“Yi Chen! Jia Rui, dimana kalian berdua, Sayang?”
“Tidak … Hiks! Aku harap dia belum menyadarinya sama sekali.”
Airmata Hua Yi kembali berjatuhan, pikirannya sudah pergi kemana-mana saat dia memeriksa di dalam kamar mandinya pun kedua putra kembarnya tidak ada di sana. Hua Yi pun bergegas pergi ke kamarnya yang berada persis di sebelah kamar kedua putranya. Namun, tetap tidak menemukannya sampai akhirnya Hua Yi berlari keluar dengan perasaan yang sudah bercampur aduk.
“Yi Chen!”
“Jia Rui!”
Hua Yi langsung menghela napas lega ketika melihat kedua putranya yang sedang berdiri di halan depan rumahnya, dia bergegas menghampiri keduanya dan terus mencium kening Yi Chen dan Jia Rui secara bergantian. Tidak lupa, dia memeluk kedua putranya itu erat-erat seolah sangat takut ada seseorang yang memisahkan mereka seperti yang dia khawatirkan setelah mengetahui identitas ayah kandung kedua putranya.
“Ibu kenapa?” tanya Jia Rui dengan tatapan khawatir, melihat ibunya yang berderai air mata.
“Iya, Ibu ada apa? Siapa yang membuatmu menangis sampai seperti ini? Katakan pada kami, biar kami menghajarnya untuk Ibu.” Yi Chen pun tak kalah khawatirnya dengan sang adik.
“Sayang, apa yang harus Ibu lakukan sekarang? Ibu telah menemukan dan memastikan sendiri siapa ayah kandung kalian, tapi dia bukanlah orang yang bisa kita raih sampai kapan pun itu. Bahkan bisa jadi dia memisahkan kalian dengan Ibu. Sungguh, sampai kapan pun Ibu tidak akan membiarkan siapapun memisahkan kita. Karena kalian berdua ‘lah sumber kehidupan dan kebahagiaan Ibu selama ini,” ujar Hua Yi dengan airmatanya yang terus saja mengalir dengan deras, pelukannya semakin erat kepada kedua putra kembarnya itu.
“Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita, Ibu! Siapapun yang berani memisahkan kita, maka harus berhadapan dengan Yi Chen dan Rui lebih dulu,” ujar Yi Chen berusaha menenangkan Ibunya setelah mengerti apa yang menjadi kekhawatiran dan ketakutan sang Ibu.
“Jadi, ibu sudah tahu siapa ayah kandung kami?” celetuk Jia Rui tanpa sadar.
“Ya, tapi Ibu tidak ingin kalian berdua mengetahuinya. Apakah Ibu egois karena ingin terus menyembunyikan kalian dari ayah kandung kalian sendiri?” ucap Hua Yi pada kedua putranya.
“Tidak Ibu … Ibu berhak atas kami berdua, karena sejak lahir hingga detik ini hanya Ibu yang kami miliki.” Jia Rui menjawab dengan mantap, dia tidak ingin melukai perasaan Ibunya.
“Benar, Ibu! Jika Ibu tidak ingin kami mengetahui siapa ayah kandung kami sebenarnya, maka kami tidak akan mempermasalahkannya lagi mulai sekarang. Karena kebahagiaan Ibu adalah terpenting bagi kami berdua.” Yi Chen menambahkan.
“Maafkan Ibu, Sayang! Ibu tidak bisa memberitahukannya kepada kalian tentang siapa ayah kandung kalian yang sebenarnya,” ucap Hua Yi yang benar-benar merasa bersalah kepada kedua putranya.
“Tidak, Ibu! Apapun keputusan itu kami percaya bahwa itu yang terbaik untuk kita semua.” Jia Rui meyakinkan.
“Sudah jangan menangis lagi, Bu! Sekarang ayo kita masuk ke dalam, kita bersiap untuk pergi dari sini besok pagi, bukan?” ajak Yi Chen yang bisa menebak keputusan ibunya.
Meski merasa bersalah Hua Yi tetap ingin membawa kedua putra kembarnya pergi dari tempat ini secepatnya. Rasa takut dan kekhawatirannya dipisahkan dari Yi Chen dan Jia Rui lebih besar dibandingkan perasaan bersalahnya karena menyembunyikan keberadaan kedua anak kembar itu dari ayahnya sendiri.
Tanpa Hua Yi dan kedua anak kembarnya sadari, Ye Ding Chen sudah berada disana dan menyaksikan dan bahkan mendengar pembicaraan mereka. Namun, Ye Ding Chen masih memilih diam karena ini bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan dirinya kepada kedua anak kembarnya.
“Yang mulia, anda datang juga ketempat ini?” Jing Yan Li yang menyadari kehadiran Tuannya di sana segera berlutut memberi hormat.
“Yan Li, jaga dan lindungi mereka baik-baik untuk sementara waktu ini. Pastikan tidak ada yang berani menyentuh ketiganya walau seujung rambut sekalipun,” perintah Ye Ding Chen.
“Baik, Yang Mulia! Masalah klan Iblis, beruntung ada Guru Besar Lan yang membantu mengusir mereka dan memasang mantra pelindungan di area rumah itu,” jelas Yan Li yang juga menyaksikan pertarungan yang terjadi di sana.
“Ya, karena aku yang memintanya untuk ikut turun tangan. Namun, untuk kedepannya kau yang akan menjamin keselamatan Hua Yi dan juga anak-anakku, Yan Li!” ujar Ye Ding Chen kembali mengingatkan tugas penting yang harus dilaksanakan oleh wanita itu.
“Percayakan saja padaku, Yang Mulia!” jawab Yan Li dengan penuh percaya diri.
Setelah mempercayakan keselamatan Hua Yi dan kedua putra kembarnya, Ye Ding Chen kembali menghilang untuk mempersiapkan rencana lainnya. Dia jelas tahu bahwa baik Hua Yi maupun kedua putra kembarnya tidak akan pernah aman karena darah Bing Bai yang mengalir ditubuh mereka.
Sampai kapanpun mereka akan menjadi target buruan yang lebih kuat, sehingga Ye Ding Chen harus lebih kuat sekaligus menggunakan siasat cerdiknya untuk bisa melindungi ketiganya sekaligus.
...****************...
Semalaman penuh, Hua Yi tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Kenyataan bahwa Zhang Ding Chen yang merupakan pemimpin Biro yang baru sekaligus putra angkat kesayangan Kaisar Xian Yu adalah ayah kandung dari anak-anaknya, sungguh membuatnya terus merasa takut dan gelisah.
Hua Yi jelas sangat takut kalau Ding Chen sampai mengetahui bahwa Yi Chen dan Jia Rui adalah anak kandungnya, pria itu akan mengambil paksa mereka dari sisinya. Ditambah dengan pertarungan dan perdebatan yang sebelumnya terjadi diantara mereka. Belum lagi dengan perjodohan yang dilakukan sang Kaisar langit, dimana dia secara terbuka ingin menjodohkan putri kesayangannya dengan Ding Chen.
Malam itu juga, Hua Yi terus memikirkan berbagai macam cara agar bisa terus menyembunyikan identitas kedua putranya dari semuanya, bahkan kalau bisa selamanya dia akan menyimpan rahasia itu sendiri.
Tanpa Hua Yi sadari bahwa keberadaan kedua putranya sudah diketahui oleh semua pihak malam itu juga. Karena seseorang tengah menyebarkan berita tentang keberadaan Yi Chen dan Jia Rui sebagai keturunan seorang penguasa.
Bersambung, ….
tp sepertinya ad pengkhianat yg lapor ue klan iblis ni