DIRIKU Bukan IBU Tiri Yang Kejam

Sepasang Ibu dan anak itu berjalan beriringan, mereka berjalan tak bersuara, tanpa mengeluh, tanpa banyak mendengar bisikan orang-orang yang berpapasan dengan mereka.

"Alina.. apa Alina tau dimana letak gunung yang sering di kunjungi para warga?" Sherina bertanya, karna Sherina dalam novel belum pernah naik ke atas gunung, jadi Sherina tak mengingat tentang gunung yang sering di datangi para warga.

"Tau Ibu.. Alina tau" Alina begitu antusias dan ceria, kebencian nya pada Sherina menghilang begitu saja.

"Kalau begitu Alina pimpin jalan nya, " pintar Sherina pada Alina karna dia benar-benar tak tau arah jalan nya.

"Ayo Ibu, ikuti aku" Alina begitu ceria dia melompat-lompat seperti tak punya beban.

"Jangan berlarian begitu Alina.. nanti kamu jatuh" Sherina agak khawatir dengan ke ceriaan Alina, karna dia berlalu dan melompat tanpa memperhatikan pijakan nya.

Brukk... belum juga ucapan Sherina berlalu, tapi Alina sudah terjatuh.

Namun Sherina merasa takut dengan sikap Alina, jika kebanyakan anak akan menangis setelah terjatuh, beda lagi dengan Alina.. dia buru-buru beranjak bangun, lalu membersihkan debu-debu yang menempel di baju nya.

"Ibu maafkan Alina, karna Alina tidak mendengar kan Ibu" Alina meminta maaf pada Sherina karna tak. mendengarkan teguran nya.

Sherina di buat melongo dengan tingkah anak tirinya itu, Sherina juga merasa akan sikap nya itu.

" Tidak apa-apa Alina, Ibu tidak marah pada Alina, tapi lain kali Alina harus hati-hati, " Sherina mana bisa marah pada anak sebaik itu, gila aja Author yang bikin alur novel nya, sampe bisa bikin Sherina tak punya hati nurani sedikitpun.

Alina tampak terkejut dengan reaksi Sherina, karna ini kalian pertamanya Sherina bersikap begitu lembut padanya.

"Terimakasih Ibu, " Alina ceria kembali, dan mereka. melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda.

Sherina dan Alina terus berjalan, jalanan yang mereka lalui tak begitu bagus, juga gak tidak terlalu rusak, mereka berjalan santai yang sesekali terdengar obrolan mereka.

Sherina tak serial tadi, dan Alina merasa bahagia atas perubahan sikap Sherina terhadap nya.

Nanti setelah pulang dia akan menceritakan semuanya pada kakak-kakak nya.

setelah tiga puluh menit menempuh perjalanan, mereka akhirnya tiba juga di bawah kaki gunung yang sering di kunjungi para warga.

Sherina melihat sekitaran sana yang tampak subur, disana juga terdapat banyak umbi-umbian yang bisa Sherina ambil, namun Sherina heran kenapa orang-orang tak mengambil nya.

"Ibu ayo kita cari tanaman liar sebelah sana, di sebelah sana ada sungai kecil" Alina menarik tangan Sherina agar mengikuti nya.

"Sebentar Alina.. itu disana banyak Ubi yang bisa kita ambil" Sherina menolak Alina dengan lembut.

"Ubi.. apa itu Ubi?" Alina baru mendengar nama itu.

"Sini Alina akan Ibu tunjukan, " sherina dengan sabar menunjukkan Ubi itu pada Alina, setelah di perlihatkan Alina tampak terkejut, karna menurut para warga tanaman itu hanya tanaman hama yang tak bisa di makan.

Sherina tak terkejut dengan jawaban itu, karna dari beberapa novel yang dia baca pun begitu banyak alur cerita novel kuno, yang tak mengetahui berbagai makanan yang bisa di olah.

"Ini bisa si makan Alina.. nanti Ibu akan memasak nya untuk kalian, " Sherina janji pada dirinya sendiri, bahwa dia akan mengurus semua anak timnya itu, dan sherina benar-benar akan. mengubah alur novel itu.

"Benarkah Ibu?" Alina tampak ragu dengan ucapan Sherina.

"Apakah Alina tak mempercayai Ibu?" Sherina berpura-pura sedih.

"Tidak Ibu.. bukan begitu, hanya saja biasanya Ibu tak begini" Alina nampak panik melihat wajah sedih Sherina.

"Dengarkan Ibu Alina.. mungkin selama ini Ibu terlalu jahat pada kalian, hingga kalian akan sangat sulit untuk mempercayai Ibu, tapi Ibu mohon.. tolong berikan Ibu kesempatan, Ibu berjanji pada Alina dan lain nya, Ibu akan berubah dan Ibu akan mengurus kalian dengan sepenuh hati" Sherina mengungkapkan tujuan nya pada Alina, Sherina tak perduli Alina mengerti atau tidak, yang terpenting dia sudah mengungkapkan tujuan nya.

Tes.. tes.. tes.. tiba-tiba saja Alina menangis, dia berhambur ke pelukan Sherina, tentu saja Sherina panik dengan tangisan dadakan itu.

"Alina.. ada apa? apa Ibu menyakiti mu lagi?" Sherina tak. mengerti mengapa Alina tiba-tiba menangis.

"Hiks.. hiks.. Ibu Alina mohon.. Ibu hiks.. hiks.. jangan berubah lagi hiks.. hiks.. Alina suka Ibu yang seperti ini" Alina berbicara di sela-sela tangis nya.

"Ibu janji, Ibu akan selalu seperti ini, menjadi Ibu yang baik untuk Alina dan para Kakak Alina" sherina terus mengelus lembut punggung kurus Alina.

"Ayo berhenti menangis.. bukan kah kita harus mencari bahan makanan" Sherina meminta Alina meng sudahi rasa sedih nya.

Tanpa membuang waktu lagi sherina memulai memanen semua sayuran yang dia temui, Sherina juga menemukan tanaman obat yang langka, tentu saja hal itu membuat Sherina bahagia.

"Sistem, apa akau bisa membawa barang-barang ini ke ruang ajaib ku?" tanya Sherina melalui pikiran nya.

"Tentu saja Tuan, bahkan Tuan juga bisa memasukan mahkluk hidup ke dalam nya, Tuan juga bisa langsung menanam tanaman itu di dalam sana" jawaban Sistem sungguh membuat Sherina bahagia luar biasa.

Maka dengan semangat Sherina memanen semua yang dia temui, Sherina juga menangkap hewan liar yang bisa di konsumsi, bahkan sebagian hewan itu Sherina masukan ke dalam ruang.

"Ibu.. kita panen besar, hasil buruan Ibu juga banyak.. Alina tak menyangka Ibu sehebat ini, " Alina begitu bahagia dengan hasil buruan mereka, Alina juga bahagia karna Ibu nya itu mendapatkan beberapa ekor Ayam liar berikut telur nya, sudah dapat di pastikan pasti Alina akan makan enak.

……………………………………

"Mana Alina? kamu bilang Alina akan kembali dengan wanita kejam itu, tapi mana? sampai saat ini mereka belum ada, padahal hari sudah mau menjelang sore, " Zivan marah besar karna Alina belum juga pulang, Zivan kembali merasakan kekhawatiran yang besar, takut adik kecil nya itu kenapa-napa.

"Tenang lah Kakak, lagi pula hari belum berubah malam, " Alina mencoba membujuk sang kakak.

"Tenang kamu bilang!! Alena apa kamu tak khawatir pada Adik kecil mu itu?" Zevan bertanya dengan sinis.

"Bukan begitu Kakak.. tentu saja aku khawatir pada Alina, tapi jangan terlalu khawatir.. karna aku yakin Alina akan baik-baik saja, aku juga percaya bahwa wanita kejam itu telah berubah" Alena tak mau terus berdebat dengan kakak tertuanya itu.

"Kamu bodoh Alena.. bisa-bisa nya kamu langsung percaya pada berubah anak itu" Zevan tak suka juga adik-adik nya itu terus membela Sabrina.

Bersambung.. semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya👋👋