NovelToon NovelToon
Jodohku Guruku

Jodohku Guruku

Status: tamat
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua / Cinta setelah menikah / Cintamanis / Tamat
Popularitas:144.9k
Nilai: 5
Nama Author: Eli Priwanti

Nurma Zakiyah adalah seorang siswi Sekolah Menengah Umum (SMU) yang ceria, namun hidupnya seketika dilanda tragedi. Sang ayah terbaring sekarat di rumah sakit, dan permintaan terakhirnya sungguh mengejutkan yakni Nurma harus menikah dengan pria yang sudah dipilihnya. Pria itu tak lain adalah Satria galih prakoso , guru matematikanya yang kharismatik, dewasa, dan terpandang.
Demi menenangkan hati ayahnya di ujung hidup, Nurma yang masih belia dan lugu, dengan berat hati menyetujui pernikahan paksa tersebut. Ia mengorbankan masa remajanya, impian kuliahnya, dan kebebasannya demi memenuhi permintaan terakhir sang ayah.
Di sekolah, mereka harus berpura-pura menjadi guru dan murid biasa, menyembunyikan status pernikahan mereka dari teman-teman dan rekan sejawat.
Bagaimanakah kelanjutan rumah tangga Nurma dan Satria?
Mampukah mereka membangun ikatan batin dari sebuah pernikahan yang didasari keterpaksaan, di tengah perbedaan dunia, harapan, dan usia, bisakah benih-benih cinta tumbuh?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepergok Ibu

"Assalamualaikum," ucap Ibu Nurma sambil melangkah masuk, membawa tas belanjaan yang cukup besar. Ia tampak kelelahan.

"Lho, Nurma? Satria? Kenapa kalian sudah di rumah? Dan kenapa... kenapa di sini gelap sekali?"

Ibu Nurma menyalakan lampu ruang tamu. Matanya terbelalak melihat pemandangan di depannya. Nurma duduk kaku di sofa dengan kemeja sekolah yang setengah terbuka dan lipstik yang berantakan, sementara Satria berdiri di samping sofa, wajahnya yang babak belur akibat pertarungan, kini ditambah keringat dingin dan sedikit tanda darah yang belum sempat ia bersihkan total.

Pandangan Ibu Nurma beralih dari kemeja Nurma ke sudut bibir Satria yang robek.

"Ya Tuhan! Nak Satria! Ada apa dengan wajahmu?! Dan Nurma, kenapa bajumu seperti itu?! Kalian... kalian berkelahi?!" seru Ibu Nurma, menjatuhkan tas belanjanya ke lantai.

Satria dan Nurma sama-sama kaku dan salah tingkah. Wajah Nurma terasa sangat panas, memerah karena malu. Ia merutuki kedatangan Ibunya yang sangat tidak tepat waktu. Andai saja Ibu datang lima menit lebih lambat, mungkin ia dan Satria sudah...

Bu Widia, Ibu Nurma, meletakkan tas belanjaannya dan mendekati mereka dengan langkah cepat, khawatir melihat menantunya.

"Nak Satria, jawab Ibu! Kenapa wajahmu seperti ini? Kalian kenapa? Kenapa kemeja Nurma terbuka?" desak Bu Widia, suaranya naik satu oktaf.

Satria berdeham, mencoba menguasai rasa malunya dan kembali ke mode 'Guru Matematika yang Profesional' di depan mertuanya, meskipun dengan pipi yang sedikit memerah.

"Maaf, Bu. Kami... kami baru pulang dan langsung bergegas duduk. Soal kemeja Nurma... tadi di sekolah ada sedikit kecelakaan kecil, Bu," kata Satria, mencari alasan yang paling masuk akal. "Tapi ini lebih penting. Nurma..."

Satria memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya, tetapi dengan versi yang disaring. Ia duduk di kursi kosong di seberang Bu Widia, sementara Nurma tertunduk malu di sofa.

"Nurma sempat menjadi korban upaya penculikan, Bu," kata Satria dengan nada serius. "Saat dia berada di taman belakang, sekelompok orang mencoba membawanya pergi. Saya kebetulan tiba di lokasi tepat waktu dan terjadi sedikit perkelahian."

Bu Widia langsung terperanjat, matanya melebar karena terkejut. "Ya Tuhan! Penculikan?! Siapa yang berani melakukan itu?!"

Ia segera berlutut di depan Nurma, memeluk putrinya erat-erat. Nurma, yang seharusnya menangis ketakutan, justru merasa hangat dan sedikit bersalah karena telah membuat ibunya khawatir. Namun, ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa rasa malu itu lebih besar daripada rasa trauma diculik, membuatnya hanya mampu membalas pelukan ibunya tanpa air mata.

Bu Widia melepaskan pelukan. Ia menatap wajah Nurma dari dekat, mencari bekas luka atau trauma. Ia melihat Nurma baik-baik saja, bahkan pipinya merona. Matanya kembali menatap Satria, yang kini mengawasi Nurma dengan tatapan protektif.

"Syukurlah kamu selamat, Nak. Terima kasih, Nak Satria. Terima kasih banyak kamu sudah menyelamatkan putri Ibu. Ibu tidak tahu bagaimana jadinya kalau kamu tidak ada," ujar Bu Widia, suaranya penuh rasa syukur. "Ibu tidak menyangka menantu Ibu, guru matematika yang kelihatannya kalem, ternyata seorang perwira yang tangguh."

Bu Widia lantas menunjuk luka di bibir Satria.

 "Wajahmu harus segera diobati! Ayo, kita ke klinik terdekat saja, Nak Satria. Luka ini lumayan dalam."

Satria tersenyum tipis. "Tidak perlu ke klinik, Bu. Saya tidak suka bau rumah sakit," tolaknya halus. Ia melirik Nurma, senyum nakalnya muncul sejenak. "Biar Nurma saja yang mengobati. Saya ingin dirawat oleh istri saya sendiri."

Nurma mengangkat kepala. Mata mereka bertemu, dan Nurma langsung mengerti maksud Satria. Itu adalah cara Satria memintanya untuk melanjutkan apa yang terputus, sebuah janji bahwa ia akan mendapatkan momen mereka kembali, diiringi rasa malu yang masih membekas. Nurma membalas senyum Satria.

Bu Widia yang melihat interaksi intens nan hangat itu hanya bisa menggelengkan kepala, namun ada senyuman lega di wajahnya.

"Baiklah, baiklah. Anak-anak zaman sekarang," komentar Bu Widia sambil tertawa kecil.

 "Sepertinya kalian berdua sudah semakin dekat, ya. Ibu senang melihatnya."

Malam itu, di kamar, Nurma dengan telaten membersihkan luka Satria, sementara Bu Widia menyiapkan makanan di dapur. Suasana menjadi lebih tenang dan intim.

Setelah memastikan Bu Widia sudah tidur pulas, Satria dan Nurma kembali ke ruang tamu. Satria menggenggam tangan Nurma erat-erat.

"Aku harus menyelesaikan ini, Sayang," kata Satria serius. "Douglas sudah diamankan, tapi utang itu masih ada. Aku tidak mau dia atau orang lain punya alasan untuk mengganggumu lagi."

Satria menarik napas. "Besok pagi aku harus menemui Ayahku. Pak Prakoso. Dia yang mengurus semua asetku dan tahu jaringan mana yang harus dihubungi untuk menyelesaikan masalah uang sebanyak itu. Aku harus melunasi 50 miliar itu secepatnya, sebelum lusa Ayahku kembali ke Surabaya untuk tugas."

"Tapi... 50 miliar itu sangat banyak, Mas Satria," bisik Nurma khawatir. "Aku tidak mau kau sampai menjual semua yang kau punya hanya untuk utang Ayahku."

Satria mengusap rambut Nurma lembut.

 "Tidak ada harga yang terlalu mahal untuk keselamatan dan kebahagiaanmu, Nurma. Aku adalah Kapten, aku punya lebih dari cukup. Tugasmu sekarang hanya satu: tetap di rumah, tetap aman, dan tunggu aku menyelesaikan ini. Setelah ini selesai, tidak ada lagi rahasia, tidak ada lagi ancaman, hanya kita."

Satria lalu mengecup dahi Nurma lama, memberikan janji yang tak terucapkan bahwa ia akan kembali sebagai suaminya yang bebas dari semua beban masa lalu.

Tiba-tiba, tanpa aba-aba, Satria meraup tubuh Nurma. Ia mengangkat gadis itu dalam gendongan bridal style, membuat Nurma refleks menjerit kecil karena terkejut.

“Mas Satria! Apa yang kau lakukan?” bisik Nurma, sambil melingkarkan tangan ke leher suaminya. Wajahnya kembali memerah, malu jika sampai suara itu terdengar oleh Bu Widia.

Satria tersenyum nakal, senyum yang menunjukkan otoritas seorang perwira yang kini juga berstatus suami.

“Malam ini, aku adalah Kapten mu, dan aku hanya mengikuti perasaanku,” jawabnya, suaranya pelan namun mantap.

Ia berjalan cepat menuju kamar mereka.

Krek!

Setelah dengan hati-hati menurunkan Nurma, Satria segera memutar kunci pintu kamar. Suara klik itu terasa seperti segel, menutup mereka dari dunia luar. Nurma berdiri mematung, jantungnya berdegup tak karuan, antara rasa takut dan antisipasi.

Sedangkan Satria duduk di tepi ranjang. Ia menepuk pahanya, memberi isyarat agar Nurma mendekat. Dengan langkah ragu-ragu, Nurma menghampirinya dan duduk di atas pangkuan suaminya. Kehangatan tubuh Satria dan aroma maskulin yang selalu menenangkannya langsung menyambut.

Satria tidak berbicara. Ia hanya menatap Nurma tanpa berkedip. Tatapannya dalam, memantulkan ketulusan, cinta, dan gairah yang berusaha ia tahan. Di mata Satria, Nurma melihat masa depan yang ia impikan.

Nurma, yang merasa sangat malu ditatap seintens itu, tertunduk. Ia memainkan kancing kemeja Satria yang masih kusut.

 "Mas..." bisiknya, suaranya tertahan.

Satria mengangkat dagu Nurma lembut, memaksa mata mereka bertemu lagi. Ia kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Nurma, napasnya yang hangat membuat bulu kuduk Nurma meremang.

"Ayo kita lanjutkan yang tadi di sofa sempat tertunda," bisik Satria, nadanya serak dan menggoda.

Nurma terbelalak. Tenggorokannya tercekat, ia tidak percaya suaminya akan mengatakan hal itu. Semua ketulusan dan ketenangan yang baru saja ia rasakan seolah lenyap.

 Mode pasrahnya yang tadi sempat muncul kini kembali diselimuti rasa takut yang familiar. Ia mulai mencari alasan, apa pun, agar Satria tak melanjutkan adegan dewasa seperti tadi.

"Mas Satria... a-aku... aku belum siap. Aku... aku lelah. Dan besok kan kau ada urusan penting dengan Ayahmu," Nurma berbisik cepat, menggumamkan semua alasan yang ia temukan.

Melihat ekspresi wajah Nurma yang tegang, mata yang melebar, dan pipi yang merona hebat, Satria tidak bisa menahan tawa kecilnya. Tawa yang renyah, melepaskan semua ketegangan yang ada.

Ia menarik tubuh Nurma ke pelukannya, membenamkan wajah istrinya di ceruk lehernya.

"Ssssttt... Kamu lucu sekali kalau lagi tegang seperti ini," bisik Satria sambil mengusap punggung Nurma.

 "Kamu tenang saja, Sayang. Aku hanya ingin menggodamu saja. Aku tidak akan melanggar janjiku. Aku akan menunggu sampai kamu benar-benar siap, baik fisik maupun hati."

Satria melepaskan pelukannya sebentar, memberikan kecupan lama di dahi Nurma.

 "Aku tahu kamu masih takut. Tapi ingat, aku mencintaimu, dan kamu aman bersamaku."

Ia menggeser posisi Nurma dari pangkuannya. "Yasudah, sebaiknya kamu tidur dan istirahat. Besok kamu tidak usah pergi ke sekolah, dan aku juga akan izin satu hari tidak mengajar karena ada urusan dengan Ayah."

Nurma mengangguk patuh. Rasa lega dan malu bercampur menjadi satu. Ia segera beranjak dan memposisikan dirinya di atas ranjang. Tak perlu waktu lama, ia menarik tubuh Satria mendekat dan memeluknya erat. Ia sendiri sudah merasa candu jika tidur tidak memeluknya. Aroma tubuh maskulin dari Satria benar-benar membuatnya merasa nyaman dan terlindungi, jauh dari segala ancaman yang baru saja mereka hadapi.

Satria membalas pelukan itu, mencium puncak kepala Nurma dan berbisik,

"Tidur yang nyenyak, Sayang. Besok semuanya akan selesai."

Bersambung...

1
Rais Raisya
ga bosen bosen ka baca ya
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: Alhamdulillah kak, terimakasih 🙏
total 1 replies
Rais Raisya
jdi ikut bucin ka
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: wah... kok sama sih kak 🤭
total 1 replies
Nar Sih
kejutan yg bikin meleleh yg bca kak ,lihan kebucinan mereka🥰
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: aku juga ikut bucin kak 🤣🤭
total 1 replies
Fit Riya
wiiii makit ga nyabar nungu dede bayi nya cepat lahir pasti lebih seru de😄
Fit Riya
ko aku jadi senyum senyum sendiri ya bacanya🤭
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: akhirnya Kakak baca di sini juga 🤭
total 1 replies
Rais Raisya
blum ada lanjutannya ýa ka🙏
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
so sweet bgt
nnk pw
hurang tetap hitang
Rais Raisya
lanjut ka
Ye Ni
bagus
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: terimakasih kak 🙏
total 1 replies
nnk pw
utang hsr d bayar. ga ada alasan ngelles
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Iqlima Al Jazira
aku padamu satria🤭
Teh Euis Tea
baik bgt satria, beruntung nurma dapatin satria
hermi ismiyati
bagus banget
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: terimakasih kak 🙏😊
total 1 replies
Nar Sih
waah ...cerita satria dan nurma bnr,,bikin hti yg bca gembira 👍😍
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: terimakasih kak 🙏😊
total 1 replies
Nar Sih
tuh nurma kmu beruntung kan punya suami seperti satria ,yg bnr,,sayang baget ke kmu dan kmu harus bersyukur sgla keinginan mu sekalu di turuti semagat nurma buat kuliah online nya ya💪
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: semangat juga kak 💪
total 1 replies
Amalia Putri
lanjut thor jangan lama up nya 💪💪💪
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: siip kk
total 1 replies
Rais Raisya
lanjut ka
Rais Raisya
ga bosen2 baca ya lanjut terus ya ka💪
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼: hari ini libur up dulu ya kak, lanjut besok 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!