Nareshpati Sadewa Adibrata akhirnya bertemu lagi dengan.gadis yang sudah menolaknya delapan tahun yang lalu, Nathalia Riana.
Nareshpati Sadewa Adibrata
"Sekarang kamu bukan prioritasku lagi, Nathal."
Nathalia.Riana
"Baguslah. Jangan pernah lupa dengan kata katamu."
Semoga suka♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pov Nathalia Rania part dua
"Sudah, Nathal. Nurut aja dari pada kakimu tambah bengkak," sergah Abian ganti mengomelinya.
Nathalia berdecak. Dia malu berat sekarang. Setelah delapan tahun ngga bertemu, malah sekarang digendong laki laki itu. Hatinya, jantungnya, ginjalnya, semuanya tantrum.
Yang bikin Nathalia kesal, saat ini ngga ada jarak diantara mereka. Tapi Naresh bisa setenang ini?
"Tanganmu megang leher Naresh biar ngga jatuh kamunya." iseng Luna meraih tangan Nathalia dan nyangkutin ke pundak Naresh.
"Kaku banget tangannya, Nath," canda Ayra yang melihat tangan yang tadinya terkulai di samping Nathal, sebelum Luna menyampirkannya tadi
Nevia dan yang lainnya ngga bsia lagi menahan tawa.
"Tenang, Nathal. Naresh bakal hati hati gendong kamu," kekeh Baim.
"Aman pokoknya. Ya, kan , Resh." Abiyan menyahuti dan melempar umpan.
"Amanlah." Naresh malah menanggapi juga membuat Nathalia melebarkan matanya. Laki laki itu kini melangkah mendekati lift di tengah derai tawa sepupu sepupunya.
"NARESH!" Suara melengking Racel menyadarkan mereka.
Naresh sampai lupa dia pergi bersama Racel.
Nathalia cs juga begitu. Mereka terlalu fokus pada Naresh saja.
"Pacar Naresh marah," cuit Nevia pelan kemudian tertawa tertahan.
"Naresh, sih, maen gendong Nathalia aja." Adelia juga menyahut.
"Jangan jangan instingnya, tuh, tajam banget kalo tentang Nathal," tebak Luna membuat tawa Ayra dan Nevia tambah berderai.
Dengan langkah kesal Racel mendekati Naresh yang tega teganya meninggalkan dia demi perenpuan yang lebih jelek dari dirinya itu.
Naresh mengacuhkannya. Di depan matanya Naresh malah menggendong perempuan itu. Padahal banyak yang mau menolongnya.
Racel ngga ngerti kenapa Naresh bisa sampai sebegitunya. Dia belum tau banyak tentang Naresh rupanya.
Gadis itu mantannya? batin Racel curiga. Dalam hatinya, dia iri banget dengan perempuan ini.
Nevia dan Ayra langsung melangkah mundur, memberikan pacar Naresh jalan.
"Kamu tunggu di sini. Bentar lagi aku balik," ucap Naresh ngga mau dibantah. Nada suaranya jauh dari kesan membujuk.
Nathalia jadi kasian juga melihat wajah kesal calon istri Naresh. Nathalia mengkondisikan seandainya dia berada di posisi calon istrinya Naresh, pasti saat ini dia sudah malu banget.
Untung saja bukan dia yang berada di posisi itu.
"Aku diturunkan aja. Udah ngga apa apa."
"Katanya ngga apa apa, Naresh. Udah turunin aja. Kita pulang sekarang," desak Racel sambil melirik sinis pada Nathalia.
Tau diri juga.
Adelia dan ketiga sepupunya serentak memberikan kode gelengan kepala pada Naresh.yang melihat ke arah mereka.
"Tunggu di sini sebentar saja," ucap Naresh kemudian melangkah lagi. Mengabaikan calon istri yang dipilihkan papanya.
Yes!! Adelia dan ketiga sepupunya tersenyum senang karena Naresh mengabulkan permintaan mereka.
"Di suruh tunggu, tuh," sinis luna sambil melangkah pergi.
"Lama juga ngga apa apa, Naresh," tawa Ayra ikutan menyiram bensin agar semakin berkobar.
Racel menatap sebal.
Abiyan hanya nyengir melihat kelakuan sepupu sepupu perempuannya.
"Aku ngga apa apa. Kasian tuh calon istri.kamu," omel Nathalia.
"Sudaaah jangan ngomel mulu, ih. Udah ditolong juga," larang Adelia. Dia juga ikut masuk ke dalam lift, juga si kembar Ayra dan Luna. Adelia menekan tombol close.
"Bukan gitu," protes Nathalia. Dia mau turun karena takut jantungnya ngga berdetak lagi. Nathalia juga risih karena tubuh mereka saling berdekatan. Aliran darahnya jadi sangat deras mengalir. Apalagi Nathalia mengenakan kebaya yang mencetak bentuk tubuhnya.
Naresh ngga merasa aneh dan deg degan?
"Nevia. Ayo masuk," panggil Ayra ketika melinat sepupunya yang masih saja mematung di samping Milan.
"Emm..... kalian duluan aja. Aku nanti ke sananya bareng Milan," tolak Nevia sungkan. Rasanya ngga tega ninggalin Milan.
"Oke, kalo gitu."
Nathalia melirik Naresh yang tetap tenang, tidak menunjukkan kegugupannya.
Naresh berbeda sekarang. Dulu Naresh tidak seperti ini. Dia pemalu. Tapi Naresh yang sekarang sudah expert. Nathalia saja saat ini sudah gerudak geruduk jantungnya.
Berharap Naresh ngga tau apa apa tapi sepertinya ngga mungkin. Pasti dia bisa merasakan degup jantung Nathalia yang sangat keras. Pasti sudah memukul dada Naresh.
Begitu pintu lift terbuka, Adelia dan kedua sepupunya berjalan duluan. Sengaja meninggalkan Naresh dan Nathalia.
Nathalia melirik Naresh lagi. Laki laki itu tetap kokoh, ngga goyah. Tatapannya lurus ke depan. Ngga memperhatikan Nathalia yang beberapa kali mencuri lirik padanya
"Lihat aja terus. Kenapa ragu ragu."
Eh
Ucapan Naresh mengejutkan Nathalia. Dia sedikit membuat gerakan lebih merapat ke arah Nares. Tangannya masih berada di pundak Naresh, mencengkeram erat.
Dia tau? Wajah Nathalia merona
"Aku ngga lihat kamu," bantahnya cepat.
"Hemm..." Naresh tetap menatap ke depan.
"Aku pegal. Di gendong juga ngga nyampe nyampe," sindir Nathalia. Tubuhnya bergerak lagi. Seolah sedang mencari kenyamanan.
"Aku ngga tanggung jawab kalo kamu diputusin calon istri kamu." Kembali Nathalia bergerak pelan. Kebaya dengan banyak payet ini membuatnya makin ngga nyaman.
"Belum jodoh."
Nathalia melotot mendengar respon Naresh. Laki laki ini sudah pintar berdebat.
Dulu aja cuma bisanya diam tiap abis ngelakuin sesuatu. Hanya sepatah dua kata singkat.
"Dari nenek." Naresh menaruh sepotong pai coklat di atas mejanya kemudian pergi.
"Ini." Naresh mengulurkan sebotol minuman dingin setelah jam olah raga usai. Saat itu Nathalia kehilangan botol minumannya karena sudah diambil diam diam oleh Abiyan. Setelah itu dia pergi.
Memasangkan tali sepatu, membantunya membawakan buku buku pr teman teman ke ruang guru, mengusir anjing galak yang membuatnya ngos ngosan berlari, dan banyak lagi
Seolah Naresh tau apa yang dia butuhkan.
Karena bantuannya selalu kilat dan dia langsung pergi seperti hantu, Nathalia selalu lupa berterimakasih.
Seperti sekarang. Lebih memilih mendapat kemarahan calon istrinya demi menolongnya.
Delapan tahun bukan waktu sebentar. Nathalia juga mengenal beberapa laki laki yang menjadi teman sepupunya atau relasinya. Banyak juga yang tertarik dengannya karena dia kaya raya dan cantik.
Tapi Nathalia selalu membandingkannya dengan Naresh. Apa pun yang mereka lakukan, menurut hatinya ngga sebanding dengan yang dia dapat dari Naresh.
Tapi anehnya, dulu hingga sekarang pun dia selalu kesal mendapatkan perhatian Naresh. Selalu ingin marah.
Beda dengan laki laki yang lain, yang selalu dia senyumi dan ucapin makasih jika mereka memberikannya sesuatu. Seringnya buket bunga, hal yang ngga dia butuhkan dan suka.
Jadi semua buket bunga yang dia dapat, selain menghiasi meja kerjanya, dia transfer ke Adelia yang memang menyukai bunga.
Menurutnya, ini adalah percakapan terpanjang mereka selama ini.
Nathalia mendekatkan hidungnya ke jas Naresh.
Harumnya juga beda. Sekarang memang lebih maskulin dibanding dulu. Seingatnya dulu harum parfum di baju Naresh yang sempat dia hidu, dominan harum segar buah buahan.
Nathalia melirik Naresh lagi. Dia berusaha mengingat penampilan Naresh yang dulu. Khas nerd banget.
Dia suka yang dulu, tapi gara gara ledekan sepupu sepupunya yang suka sok tau dengan perasaannya, dia jadi risih dan ilfeel dengan Naresh. Bawaannya kesal terus kalo lihat dia.
"Nathal, kalo kamu yang ngomong pasti didengerin. Suruh ganti kaca matanya. Kasian hidungnya keberatan," usul Abiyan.
"Kalo pake kaca mata yang lebih stylish, pasti Naresh lebih ganteng, ya," kikik Adelia menanggapi.
Tentu saja ngga Nathalia kabulkan. Dia lebih suka Naresh seperti itu. Biar ngga ada yang suka kecuali dia. Hanya dia yang boleh suka, titik.
Tapi sekarang Naresh sudah berubah total. Memang benar kata Adelia, sekarang dia jauh lebih ganteng dari dulu. Sekarang juga udah punya calon istri.
Dia bukan satu satunya lagi yang suka sama Naresh.
abiyan jgn sampai jatuh cinta sm ratna