Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.
Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.
Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pernikahan
Rayhan sekilas menatap Amira sedikit kecewa. Bagaimana tidak, wanita itu kabur di hari yang seharusnya menjadi hari bersejarah. Ia merasa tidak di hargai, namun ia hanya diam tak mau memperpanjang masalah.
Sedangkan Amira hanya menunduk malu, ia tahu ia salah.
Rayhan mengayunkan langkahnya mendekati Salma, "Kondisi Tante semakin membaik. Tapi biarkan istirahat dulu, Om!" ujarnya pada Abi Rafiq.
"Alhamdulillah, makasih yaa Nak Rayhan udah meriksa Tante Salma!" ujar Abi Rafiq.
"Sama-sama, Om."
"Amira cepat minta maaf sama Rayhan. Kamu sudah membuatnya kecewa. Om Basir dan Tante Asma pun ikut sedih karena kejadian tadi," ujar Abi Rafiq.
Amira pun mengadahkan kepalanya menatap Rayhan. Ia berdiri lalu mendekati pria bertubuh tinggi tegap itu. Matanya masih memerah, bahkan sesekali ia menitikan air mata.
"Maafin aku yaa. Titip juga permintaan maafku buat Om dan Tante." Amira berkata dengan suara pelan.
"Iya gapapa, saya mengerti. Tapi kamu harus tahu, Amira. Sebenarnya saya juga belum siap untuk menikah lagi. Tapi karena perjodohan ini adalah permintaan orang tua yang mana mereka pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya, maka saya menerimanya dengan lapang dada. Saya harap kamu juga seperti itu!" ujar Rayhan menatap Amira.
"Iya!" Jawab singkat Amira, lalu kembali duduk di samping sang Ayah.
Abi Rafiq menghela nafas lalu menghampiri Rayhan, "Maaf yaa, Nak Rayhan. Mohon kemaklumannya yaa buat Amira, dia masih kecil."
Rayhan mengangguk tersenyum, "Ia gapapa, Om. Saya juga mengerti kok."
***
Dua Minggu berlalu, hari pernikahan pun di laksanakan secara intimate yang hanya di hadiri oleh keluarga dekat saja. semua ini tentu saja atas kesepakatan antara Amira dan juga Rayhan, karena keduanya belum siap untuk mengumumkan pernikahan ini ke publik.
Amira kini terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna putih yang di hiasi dengan manik mutiara. Tubuh mungilnya di balut dengan gaun indah semampai. Rambutnya di tutup oleh hijab syar'i dengan warna yang senada dan mahkota yang menghiasi kepalanya.
Semuanya adalah pilihan Ummi Salma, ia tak pernah mau ikut serta dalam pemilihan gaun ataupun MUA. Dream wedding nya sudah musnah di telan kekecewaan.
"Saya terima nikahnya Amira Khumaira bin Rafiq Abdullah dengan Mas kawin lima gram berlian dan juga seperangkat alat shalat di bayar Tunai!"
Rayhan mengucapkan ijab Qabul dengan sangat lancar tanpa pengulangan. Semua orang disana mengucap syukur bahagia.
"Sah!"
"Alhamdulillah!"
Rayhan mengusap wajah dengan kedua tangannya, sedangkan Amira hanya menundukan dengan mata yang sudah berlinang di peluluk matanya.
"Sekarang kalian sudah Sah menjadi suami istri!" Ujar Abi Rafiq menatap putri kecilnya yang sudah menjadi istri orang lain. Tanggung jawabnya kini berpindah pada pria yang baru saja mengucap ijab Qabul dengannya.
"Nak Rayhan, Abi titip putri Abi yaa. Didik dia dengan penuh kelembutan. Cintai dia seperti Abi mencintainya tanpa syarat. Sayangi Amira seperti kamu menyayangi Ibumu. Jangan pernah sakiti ia walau hanya dengan jari kelingkingmu. Abi membesarkannya dengan penuh cinta, tak pernah sekalipun tangan ini melukainya. Abi harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik, memuliakannya seperti yang di ajarkan Rasulullah. Abi percaya padamu, kamu laki-laki yang shaleh yang takut akan Allah. Sekarang Amira adalah tanggung jawab mu. Baktinya padaku berpindah padamu." Abi Rafiq menghela nafas dengan mata yang sudah memerah menahan air mata.
"Kelak jika kamu sudah tidak mencintainya lagi, atau kamu lelah dengan sifatnya dan menyerah dalam mendidiknya. Tolong jangan sakiti dia, pulangkan saja Amira pada Abi dan Ummi. Abi titip putri kecil Abi padamu!" Sambungnya.
Semua orang yang mendengar penuturan itu terharu, Ummi Salma dan juga Amira terisak menangis haru.
Begitupun juga dengan Rayhan yang saat ini menatap Amira. Gadis kecilnya ini sekarang sudah menjadi tanggung jawabnya. Semua yang di lakukan Amira adalah tanggung jawabnya dunia dan akhirat.
"Insyaallah saya akan menjaga Amira. Menyayanginya dengan setulus hati. Mendidiknya dengan penuh kesabaran. Melindunginya dari apapun yang membahayakan. Saya tidak akan menyia-nyiakan amanah ini. Insyaallah Saya akan melakukan yang terbaik semampu saya," ujar Rayhan. Abi Rafiq pun menepuk pundak menantunya tersebut. Menatapnya seolah mengatakan sebuah pengharapan dan penjagaan untuk putrinya.
Setelahnya Rayhan dan Amira saling memasangkan cincin kawin di jari manis masing-masing. Tangan Amira sedikit bergetar karena untuk pertama kalinya menyentuh tangan pria itu.
Amira terkejut saat pria itu menyimpan tangannya di ubun-ubunnya lalu melantunkan do'a. Dan jantungnya seketika berdebar saat pria yang kini menjadi suaminya itu mencium keningnya. Dengan terpaksa Amira pun menggenggam tangan Rayhan lalu menyalaminya.
***
Amira dan Reyhan kini menginap terlebih dahulu di rumah Abi Rafiq dan Ummi Salma. Keduanya akan menginap disini selama satu hari sebelum akhirnya akan tinggal berdua di apartemen. Karena Umma Asma yang nantinya akan main ke apartemen mengingat ada urusan mendadak yang tak bisa di tinggalkan.
Kali ini keduanya tengah berada di kamar Amira yang sudah di hias dengan sedemikian rupa. Taburan bunga berwarna merah yang membentuk love dan sprei berwarna putih kini terpampang nyata di depannya membuat Amira bergidik ngeri melihatnya.
"Ganti dulu bajunya, Amira. Sebentar lagi Ummi nyuruh kita buat makan malam bersama!" ujar Rayhan lembut. Pria itu kini sudah membersihkan dirinya dan memakai baju santai kaos berwarna hitam.
"Gimana mau ganti baju, orang kamunya juga masih disini!" Amira menatap kesal Rayhan.
Rayhan mengelus dadanya pelan. Inilah konsekuensi yang akan ia ambil ketika menikah dengan Amira. Gadis kecil itu masih labil, masih perlu bimbingan.
"Yasudah, Mas keluar dulu yaa. Tapi jangan nangis terus. Nanti kepala kamu pusing kalau nangis terus,"
"Yaa gimana gak nangis. Di paksa nikah sama orang yang ga kita cintai." Celetuk Amira.
"Saya juga berat, Amira. Tapi mau bagaimana lagi? Kamu mau menentang takdir?"
"Eeeuuhh!" Amira memukul bantal yang pegangnya. Air matanya semakin mengalir deras.
"Aku mau ngasih tau satu hal sama, Mas. Sebelumnya Amira sudah memiliki kekasih hati, dan Amira sangat mencintainya. Jadi jangan harap Amira akan mencintai Mas dan melakukan kewajiban sebagai layaknya seorang istri. Anggap saja pernikahan ini tidak pernah terjadi," ujar Amira.
Rayhan menelan ludahnya kasar. Wanita yang sebelumnya ia kenal begitu baik dan lugu ini kini berani berbicara keras padanya. Baginya pernikahan adalah sebuah hal yang sakral yang tidak bisa di permainkan. Bagaimana bisa Amira berpikir seperti ini?
"Kamu juga harus tahu bahwa aku masih mencintai mendiam istriku.Tapi kamu bisa pegang janjiku tadi d hadapan Abi, bahwa Mas akan menjagamu, melindungiku, dan membimbingmu. Mas akan melakukan tugas Mas sebagai suami tanpa mendzalimi. Dan tugas mu sebagai seorang istri harus tetap di tunaikan, atas dasar cinta ataupun tidak!" tegas Rayhan.