 
                            Setelah kematian bayi malangnya yang baru saja lahir, tepat 2 jam setelah itu Ayu Maheswari tewas secara tragis ditangan suaminya sendiri. Jiwanya menolak mendapat perlakuan keji seperti itu. Ayu tidak terima. Ia berdoa kepada Tuhan-nya, meminta dibangkitkan untuk membalaskan dendam atas ketidak adilan yang ia terima.
Begitu terbangun, Ayu tersentak tetiba ada suaminya-Damar didepan matanya kembali. Namun, Damar tidak sendiri. Ada wanita cantik berdiri disampingnya sambil mengapit lengan penuh kepemilikan. 
"Tega sekali kamu Damar!"
Rupanya Ayu terbangun diraga wanita lemah bernama Rumi. Sementara Rumi sendiri adalah adik angkat-Raisa, selingkuhan Damar.
Ayu tidak terima! Ia rasa, Rumi juga pasti ingin berontak. Dendam itu semakin tersulut kuat. Satu ambisi dua tujuan yang sama. Yakni ingin melihat keduanya Hancur!
Rumi yang semula lemah, kini bangkit kuat dalam jiwa Ayu Maheswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Di keramaian kota Jogja itu, Afan terpaksa menepikan mobilnya terlebih dulu. Dan setelah itu, ia turun untuk melihat gadis yang hampir ia tabrak.
Sementara gadis itu, ia masih shock, hingga terduduk lemas di tepi trotoar. Gadis cantik itu masih mengurut dadanya, menunggu itikad baik dari pengendara mobil tadi.
Gadis itu adalah Rumi.
"Kamu tidak apa-apa, maaf saya tidak sengaja," ucap Afan ketika sudah berada didepan gadis tadi.
Dan perlahan Rumi mengangkat pandangannya.
Deg!
"Afan...?" Batin Ayu tercengang dalam raga Rumi. Ia segera bangkit, menatap Afan semakin pucat.
Afan sontak saja memicingkan matanya. Ia dengar kalimat lirih gadis tadi. Dan hal itu membuatnya juga tersentak. Bagaimana bisa gadis didepannya itu mengetahui namanya.
"Kamu mengetahui nama saya? Bagaimana bisa?" Celetuk Afan hampir tak percaya.
Dari sorot mata itu, terukir rasa rindu yang tak mampu Ayu sampaikan. Tangan Rumi sudah terangkat. Ingin ia usap wajah Afan begitu lama, dan mengatakan 'Afan, aku Ayu! Aku telah di bunuh keluargamu' namun tangan Rumi hanya menggantung di udara, hingga perlahan turun.
Sementara Afan, sejak tadi ia terus saja mengerutkan dahi, menatap gadis didepannya agak aneh.
"Hei, kamu baik-baik saja? Apa ada tubuhmu yang sakit?" Afan kembali menatap arloji di pergelangan tangannya. "Saya tidak memiliki banyak waktu. Jadi tolong bekerja samalah!"
"Sa-saya... Saya tidak apa-apa! Silahkan jika kamu ingin pergi," kata Rumi yang nyaris patah.
Afan tidak begitu yakin dengab ungkapan gadis didepannya kini. Akan tetapi, ia juga harus segera sampai di perusahaan. Dan lagi pula, gadis didepannya itu tidak terluka. Jadi Afan sedikit tenang meninggalkannya.
Namun sebelum pergi, Afan mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Sebuah kartu nama dan beberapa lembar uang.
"Ini, ambilah sebagai bentuk tanggung jawab saya! Dan ini katu nama saya. Jika kamu merasa tubuhmu ada yang tidak beres, kamu dapat menghubungi saya." Afan menyerahkan uang dan kartu namanya.
Rumi menatap kedua barang itu agak ragu. Lalu pandanganya terangkat menatap manik yang hampir kecoklatan didepannya.
"Uangnya tidak usah. Saya ambil kartu namanya saja!" Rumi mengambil kartu nama ditangan Afan, lalu mendorong beberapa uang tadi.
"Kamu yakin? Atau... Ambilah tidak apa-apa. Siapa tahu kamu butuh beli makanan?" Afan masih mencoba meyakinkan.
Rumi menggelengkan kepalanya lemah. "Pergilah! Saya tidak apa-apa."
Afan kembali meremat uangnya. Dan setelah itu ia benar-benar berjalan menuju ke mobil miliknya, dan meninggalkan gadis asing tadi.
"Afan... Aku sangat merindukanmu. Apa kamu tidak berniat mencariku, dan... Dan menguak kematianku karena perbuatan durjana keluargamu?" Ayu menatap kepergian sahabatnya itu dengan sorot mat sendu. Ia yang terjebak dalam diri Rumi hanya mampu menahan, sebab jika ia langsung mengatakan yang sejujurnya, pasti Rumi akan di cap sebagai wanita gila.
Mobil Afan sudah mulai berjalan pergi. Dan kini Ayu hanya dapat mendesah lirih melepaskan sahabatnya. Namun setidaknya Ayu sudah mendapat kartu nama Afan, yang tadi pria itu berikan pada Rumi.
Rumi kembali melanjutkan jalannya kedepan, dan menghampiri taxi online yang telah menunggunya sejak tadi. Rencananya, ia akan pergi ke hotel tempat yang hampir membuatnya tewas waktu lalu. Dan setelah membeli novel di toko buku tadi, setidaknya perjalanan Rumi kali ini tidak terasa kosong.
Terbelenggu Takdir Ke 2~
Novel yang dibaca oleh Rumi selama perjalanan menuju hotel. Ayu yang sejak dulu memiliki hobi membaca, jadi hal itu pasti akan menimbulkan kecurigaan bagi keluarga besar Rumi nantinya. Sementara Rumi, ia paling tidak sabar membaca buku maupun novel. Gadis muda itu lebih menyukai tontonan drama korea.
Baru membaca satu bab, tak terasa air mata Rumi luruh membasahi pipinya. "Apa masih ada pria seperti Ragantara di kehidupan nyata? Betapa beruntungnya sosok Hafsah, di cintai begitu hebat." Lirih Rumi sambil menyeka air matanya. Ia lalu menutup novel tadi, sebab taxi yang ia tumpangi sudah berhenti didepan halaman Hotel berbintang itu.
Hotel Brawijaya
Begitu turun, Rumi tatap sejenak bangunan megah didepannya. Disinilah Rumi di permalukan hingga berakhir tragis dalam koma panjangnya. Di dalam jiwa Rumi, Ayu merasa tidak terima. Tangan itu teremat erat, bahkan sorot mata yang dulunya lemah, kini terbuka lebih tajam.
Dan sebelum Rumi masuk, ada sebuah mobil Alphard yang baru saja berhenti di teras lobi. Rumi mengukir senyum hangat, kala tantenya datang. Namanya Ana, wanita berusia 38 tahun. Bungsu dari keluarga Bu Sintia itu sejak dulu selalu bersimpati dengan masalah kehidupan Rumi. Apalagi sikap keluarganya yang selalu mengacuhkan anak malang itu.
Rumi membuat janji dengan Tante Ana, meskipun jiwa Ayu tampak asing dengan pertemuan itu. Namun sebelum bertemu, Ayu sudah membaca chat whatsaap antar Rumi dan Tante Ana itu. Jadi, Ayu dapat menilai, jika wanita cantik didepannya kini begitu menyayangi Rumi.
"Hallo Rumi, apa kabar? Maaf Tante belum sempat menjengukmu," kata Tante Ana mengusap lengan Rumi.
Rumi tersenyum begitu elegant. Senyum itu tipis, serta ia menunduk sekilas untuk menghargai keberadaan Tante Ana. "Tidak apa, Tante. Rumi sudah sehat, Tante bisa melihat sendiri 'kan?" kekeh Rumi menutup mulutnya.
Tante Ana mengangguk. Lalu tak lama itu dirinya mengajak Rumi untuk masuk ke dalam terlebih dahulu. Tante Ana belum menyadari tentang hal asing dalam diri keponakannya itu.
Disaat mereka berdua berhenti didepan meja resepsionis, kedua wanita itu bersikap sopan sambil menangkupkan tangan di dada.
"Selamat datang, Ibu..."
Rumi tak menjawab apapun. Ia hanya diam, menatap kedua resepsionis tadi dengan wajah tenang. Ia hanya melipat tangan di dada, maju selangkah lebih dekat. Kali ini, Ayu sudah ingin berontak, namun terpaksa harus ia tahan terlebih dulu.
Setelah menyadari kedatangan Rumi, putri bungsu Pak Darma. Kedua resepsionis tadi tertunduk penuh ancaman.
Apalagi wajah Tante Ana sudah menahan kemarahan. "Katakan pada Revan, jika saya ingin bertemu sekarang juga!"
Brak!
Kedua resepsionis tadi tersentak, kala Tante Ana menggebrak meja didepannya, dan melayangkan tatapan begitu tajam.
Sementara Revan, ia adalah Manager hotel itu sendiri. Hotel besar itu di kelola, atau di dirikan oleh Kakak sulungnya bernama Tuan Sakti. Dan setelah hotel itu berkembang dengan pesat, jadi Pak Darma tampak tertarik, hingga menginveskan sebagian hartanya ke Hotel itu.
"Ba-baik, Bu Ana! Tu-tunggu sebentar." Wanita bernama Rita itu begitu gusar, bahkan jantungnya bergemuruh, hingga keringat dingin menyamai panggilannya.
Setelah menyampaikan pesan dari Tante Ana, panggilan itu berakhir. "Bu Ana, silahkan masuk! Anda sudah di tunggu Pak Revan di ruangannya."
Tante Ana dan Rumi hanya melengos acuh melenggang dari sana.
Bersambung..
...----------------...
jangan lupa tinggalkan jejaknya kak❤❤
ayu itu istrinya damar yang sudah di bunuh mertuanya sendiri kak. lalu Ayu bertransmigrasi ke tubuh Rumi.
sementara Rumi, dia adik angkat Raisa, selingkuhanya Damar. apa masih bingung kak🤗😍
Rumi nich knp jga.