NovelToon NovelToon
Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Pemain Terahir DiGame Sampah Mendapatkan Class Dewa!

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:884
Nilai: 5
Nama Author: Nocturnalz

Di dunia yang dipenuhi oleh para gamer kompetitif, Kenji adalah sebuah anomali. Ia memiliki satu prinsip mutlak: setiap game yang ia mulai, harus ia selesaikan, tidak peduli seberapa "ampas" game tersebut. Prinsip inilah yang membuatnya menjadi satu-satunya pemain aktif di "Realms of Oblivion", sebuah MMORPG yang telah lama ditinggalkan oleh semua orang karena bug, ketidakseimbangan, dan konten yang monoton. Selama lima tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menaklukkan dunia digital yang gagal itu, mempelajari setiap glitch, setiap rahasia tersembunyi, dan setiap kelemahan musuh yang ada.
Pada sebuah malam di tahun 2027, di dalam apartemennya di kota metropolitan Zenith yang gemerlap, Kenji akhirnya berhasil mengalahkan bos terakhir. Namun, alih-alih layar ending credit yang ia harapkan, s

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturnalz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28: Serigala di Ambang Pintu

Hari-hari pertama kami di stasiun pemadam kebakaran terasa seperti fajar dari sebuah era baru. Di bawah arahan Ryo, garasi yang tadinya dingin dan kosong perlahan berubah menjadi bengkel yang hidup. Ia mendirikan [Tungku Mana Darurat] kami di sudut yang aman, mengatur meja kerja, dan dengan telaten menyortir komponen-komponen yang ia selamatkan dari truk-truk pemadam yang hancur. Zirah barunya memberinya kepercayaan diri, dan ia bergerak dengan tujuan seorang master yang telah menemukan kanvasnya.

Sementara itu, atap gedung menjadi wilayah kekuasaan Anya. Ia mengubah taman yang tadinya tak terawat menjadi pos pengamatan yang efisien sekaligus kebun alkimia kecil kami, di mana [Herba Suria] yang kami tanam mulai tumbuh subur di bawah perawatan Elara. Dari atas sana, dengan busur di punggungnya, ia adalah penjaga kami yang waspada.

Elara, dengan kehadirannya yang menenangkan, membawa sentuhan sihir ke dalam benteng beton kami. Ia menggunakan nyanyian-nyanyian pemurnian kecil untuk membersihkan sisa-sisa aura negatif dari infestasi jamur, membuat udara di dalam terasa lebih bersih dan lebih ringan. Nephie, yang kini sudah bisa mengucapkan beberapa lusin kata, akan mengikutinya berkeliling, menirukan melodinya dengan suara loncengnya yang mungil.

Kami tidak hanya bertahan hidup. Kami mulai membangun. Kami menciptakan sebuah rumah. Perasaan damai dan penuh harapan ini adalah sesuatu yang belum pernah kurasakan sejak "Sinkronisasi Besar".

Namun, di dunia ini, kedamaian adalah kemewahan yang fana.

Pada sore hari ketiga kami di sana, saat aku sedang membantu Ryo mengangkat sebuah mesin berat, suara siulan tajam Anya terdengar dari atap—sinyal bahaya kami.

"Kenji-san! Ada yang datang!" teriaknya. "Sekelompok orang! Lebih dari sepuluh! Mereka bersenjata dan bergerak cepat ke arah sini!"

Adrenalin langsung memompa. "Formasi pertahanan!" perintahku dengan suara keras dan jelas.

Kedamaian kami pecah seketika. Ryo segera menjatuhkan peralatannya, mengenakan helm darurat yang baru saja ia buat, dan mengambil palu serta perisainya. Elara mengumpulkan Nephie dan membawanya ke ruang kontrol di lantai dua, tempat teraman di gedung ini. Aku dan Anya bertemu di dekat gerbang garasi utama yang tertutup rapat.

Aku mengintip melalui celah kecil. Sekelompok orang—sekitar dua belas orang—berjalan di tengah jalan dengan arogansi seorang penakluk. Pakaian mereka adalah tambal sulam dari zirah kulit, lempengan logam rongsokan, dan perlengkapan olahraga yang dimodifikasi. Senjata mereka brutal dan praktis: kapak besar, pipa-pipa yang diruncingkan, dan beberapa pedang yang tampak kasar. Mereka bukan guild yang terorganisir seperti Vanguard. Mereka adalah segerombolan serigala.

Pemimpin mereka berjalan di depan. Seorang pria bertubuh besar dengan rambut mohawk merah dan bekas luka di wajahnya. Ia menyampirkan sebuah kapak dua tangan raksasa di bahunya dan tertawa bersama orang-orangnya.

[Mata Sang Penamat]-ku memberiku gambaran yang jelas tentang ancaman di depan kami.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Nama: Tatsu (Pemimpin: Geng Burung Bangkai)

Level: 10

Class: Berserker

Status: Arogan, Agresif, Serakah.

Catatan Analisis: Mengandalkan kekuatan fisik yang luar biasa dan intimidasi. Kemampuan taktisnya rendah, lebih suka menyerbu langsung.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Geng Burung Bangkai. Nama yang cocok. Aku juga bisa melihat level anggota lainnya, sebagian besar berada di antara Level 7 dan 9. Secara jumlah, mereka unggul telak.

"Mereka sudah mengincar tempat ini," bisikku pada Anya, [Ingatan Sempurna]-ku menghubungkan titik-titik. "Aku ingat melihat jejak perkemahan tua di dekat sini saat kita pertama kali datang. Mereka mungkin adalah kelompok yang ingin merebut stasiun ini tapi tidak cukup kuat untuk membersihkan para Mayat Kembung. Sekarang mereka melihat lampu kita, melihat tempat ini bersih, dan datang untuk menagih 'hadiah' yang tidak pernah mereka menangkan."

"Jadi... mereka datang untuk mencuri rumah kita," kata Anya, nadanya dingin, busurnya sudah di tangan.

Kelompok itu berhenti sekitar tiga puluh meter dari gerbang kami. Tatsu, sang pemimpin, meludah ke tanah dan menatap benteng kami dengan tatapan serakah.

"HEI, TIKUS-TIKUS KECIL DI DALAM!" teriaknya, suaranya kasar dan keras. "Kerja bagus sudah membersihkan sarang ini untuk kami! Kami sudah mengincarnya selama berminggu-minggu! Sekarang, buka pintunya, serahkan semua perlengkapan dan persediaan kalian, dan kami mungkin akan cukup berbaik hati untuk membiarkan kalian pergi dengan nyawa kalian!"

Aku naik ke balkon kecil di lantai dua yang menghadap ke gerbang, memberiku posisi yang lebih tinggi. "Tempat ini sudah kami klaim," balasku dengan suara tenang namun tegas, memastikan suaraku terdengar jelas. "Pergilah sekarang, dan aku akan melupakan pelanggaran batas wilayah ini."

Tatsu tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh gerombolannya. "Dengar itu? Dia pikir dia bisa memberi kita perintah! Nak, aku tidak tahu kau ini siapa, tapi lihatlah sekelilingmu! Kami ada dua belas orang! Dan kau? Mungkin hanya tiga atau empat dari kalian yang bersembunyi di sana! Jangan bodoh!"

Negosiasi telah gagal bahkan sebelum dimulai. Orang seperti Tatsu hanya mengerti satu bahasa: kekuatan.

"Kalau begitu, kau tidak memberiku pilihan lain," kataku, nadaku sedingin es.

"Pilihan apa?" ejeknya.

"Pilihan untuk tidak memusnahkan kalian semua."

Gertakanku membuat Tatsu berhenti tertawa. Wajahnya memerah karena marah. "OMONG KOSONG! HANCURKAN PINTUNYA! KITA AMBIL SEMUANYA! BUNUH SIAPA SAJA YANG MELAWAN!"

Pertarungan dimulai. Gerombolan itu menerjang ke arah gerbang baja kami, kapak dan gada mereka menghantam logam dengan suara yang memekakkan telinga. Gerbang itu kokoh, tapi tidak akan bertahan selamanya.

"Anya, ke atap! Serang penyihir atau pemanah mereka lebih dulu!" perintahku. "Ryo, Elara, bersamaku!"

Anya melesat menaiki tangga menuju atap. Beberapa detik kemudian, anak-anak panah perak mulai menghujani dari atas. Anya tidak menembak para petarung yang berkerumun di depan, melainkan mengincar dua orang di belakang yang memegang busur darurat. [Anak Panah Pena Bertuah]-nya menembus zirah kulit mereka dengan mudah, membuat mereka menjerit kesakitan dan mundur dari formasi. Gangguan dari atas berhasil memperlambat serangan mereka ke gerbang.

Sementara itu, di lantai dua, aku berdiri di dekat jendela yang terbuka. "Elara, buff aku."

Elara mulai menyanyikan [Nyanyian Titan], kekuatanku meningkat. Aku menatap gerombolan yang terkonsentrasi di depan gerbang. Target yang sempurna.

Aku mengulurkan tanganku. "[Sumur Gravitasi]!"

Bola energi gelap melesat dan meledak di tengah-tengah mereka. Kekuatan gravitasi yang pekat menarik empat anggota Geng Burung Bangkai yang paling dekat ke pusatnya, membuat mereka tersandung dan saling bertabrakan, gerakan mereka menjadi sangat lambat. Formasi mereka hancur total.

"SIHIR MACAM APA ITU?!" teriak salah satu dari mereka, panik.

Tatsu, yang berada di luar jangkauan skill-ku, meraung marah melihat kekacauan di barisannya. "JANGAN PANIK, DASAR BODOH! TERUS HANCURKAN PINTUNYA!"

Dengan kekuatan seorang Berserker, ia mengayunkan kapak raksasanya lagi dan lagi. Terdengar suara 'KREEEKK!' yang keras, dan salah satu engsel gerbang akhirnya menyerah. Dengan satu tendangan terakhir, gerbang itu roboh ke dalam.

Tatsu menyeringai penuh kemenangan. "Sekarang habislah kalian—"

Seringainya membeku. Berdiri di ambang pintu garasi yang kini terbuka, menghalangi jalannya, bukanlah seorang penyihir yang ketakutan atau prajurit yang gemetar.

Di sana berdiri Ryo.

Dengan [Zirah Dada Kulit Ogre]-nya yang kokoh, perisai menara terangkat, dan palu perang di tangan, ia tampak seperti golem yang tak tergoyahkan. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Tatsu dengan ekspresi yang mantap.

"Minggir, kau kaleng rombeng!" geram Tatsu, menganggap Ryo hanya sebagai seorang tank biasa. Ia menerjang maju, kapak raksasanya yang menyala dengan aura merah seorang Berserker turun menebas perisai Ryo.

CLAAAAAAANG!

Suara benturan logam yang memekakkan telinga bergema di seluruh stasiun, begitu keras hingga membuat gigi kami bergemeletuk.

Kapak Tatsu memantul dari perisai itu. Ryo, sang teknisi yang beberapa hari lalu gemetar ketakutan, kini berdiri tegak. Ia bahkan tidak mundur satu langkah pun. Kekuatan penuh dari seorang Berserker Level 10 telah dihentikan total. Skill pasif [Benteng Penempa] telah menyerap dan menetralkan sebagian besar dampaknya.

Seluruh Geng Burung Bangkai, termasuk Tatsu, menatap pemandangan itu dengan tak percaya.

Ryo tidak memberinya waktu untuk pulih dari keterkejutannya. Ia mengangkat palunya dan menghantam bagian depan perisainya. "[Pukulan Resonan]!"

Sebuah gelombang sonik transparan meledak dari perisai itu, menghantam Tatsu dan dua anak buahnya yang berada di belakangnya. Mereka terhuyung mundur, telinga mereka berdenging, dan sebuah ikon perisai retak muncul di atas kepala mereka. Status [Pertahanan Menurun].

Itu adalah sinyal kami.

"Elara!" teriakku.

Dari lantai dua, Elara menyelesaikan nyanyiannya. Kali ini, bukan untukku. [Lagu Kelincahan] menyelimuti Anya di atap. [Aria Fokus] memperkuat sihir Nephie yang bersembunyi bersamanya.

Aku sendiri melompat dari balkon, mendarat dengan berat di belakang barisan Tatsu yang sedang tertegun. Para perampok itu berbalik, terkejut melihatku muncul entah dari mana.

Aku menyeringai. "Giliranku."

Dengan [Nyanyian Titan] yang masih aktif, aku mengayunkan gada Ogre-ku. Para anggota Geng Burung Bangkai yang pertahanannya telah diturunkan oleh Ryo sama sekali bukan tandinganku. Gada raksasaku menghancurkan zirah dan tulang mereka dengan mudah. Di atas, anak panah Anya menghujani mereka yang mencoba melarikan diri dari jangkauanku.

Pertarungan itu berubah menjadi pembantaian. Tatsu, yang masih belum pulih dari keterkejutannya, hanya bisa melihat pasukannya dimusnahkan oleh tiga orang—sebuah dinding yang tak tergoyahkan, seorang pemanah hantu, dan seorang iblis dengan gada tiang lampu.

Melihat anak buahnya lari tunggang langgang, Tatsu akhirnya sadar bahwa ia telah membuat kesalahan perhitungan yang fatal. Ia telah membangunkan seekor naga yang sedang tidur. Dengan geraman frustrasi, ia menatap Ryo dengan kebencian murni. "Ini belum berakhir!"

Ia berbalik dan melarikan diri, menghilang di antara reruntuhan.

Dalam waktu kurang dari lima menit, pertempuran telah berakhir. Beberapa anggota Geng Burung Bangkai tergeletak di tanah, terluka parah atau mati, sebelum akhirnya lenyap menjadi partikel cahaya. Sisanya telah melarikan diri.

Kami berdiri di depan gerbang kami yang hancur. Kemenangan ini terasa berbeda. Ini bukanlah kemenangan melawan monster tanpa pikiran. Ini adalah kemenangan melawan keserakahan manusia. Kami telah mempertahankan rumah kami.

Kami membuktikan bahwa kami bukan mangsa yang mudah. Tapi dengan melakukan itu, kami juga telah mengumumkan perang. Geng Burung Bangkai mungkin telah dipukul mundur, tapi mereka tidak akan melupakan penghinaan ini.

Aku menatap ke luar, ke jalanan yang kini kembali sunyi. Kehidupan damai kami untuk membangun kekuatan dalam isolasi... telah berakhir. Era Player versus Player telah dimulai.

1
Babymouse M
Uppppp🔥
Mamimi Samejima
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
Shishio Makoto
Cepat update, jangan biarkan kami menunggu terlalu lama!
Nocturnalz: terimakasih dukungannya, saya usahakan untuk update secepatnya
🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!