Pertempuran sengit di akhir musim kedua mengubah segalanya. Xander berhasil menundukkan Edward dan sekutunya, namun harga yang harus dibayar sangat mahal: darah, pengkhianatan, dan tumbangnya Evan Krest—sekutu terkuat yang selama ini menjadi sandaran kekuatannya.
Kini, di season ketiga, badai yang lebih besar mulai berhembus. Cincin takluk yang melilit jari para musuh lama hanyalah janji rapuh—di balik tunduk mereka, dendam masih menyala. Sementara itu, kekuatan asing dari luar negeri mulai bergerak, menjadikan Xander bukan hanya pewaris, tapi juga pion dalam permainan kekuasaan global yang berbahaya.
Mampukah Xander mempertahankan warisannya, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menjaga sisa-sisa kepercayaan sekutu yang tersisa? Ataukah ia justru akan tenggelam dalam lautan intrik yang tak berujung?
Pewaris Terhebat 3 menghadirkan drama yang lebih kelam, pertarungan yang lebih sengit, dan rahasia yang semakin mengejutkan.
SAKSIKAN TERUS HANYA DI PEWARIS TERHEBAT 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Malam yang bertabur bintang akhirnya tiba. Bulan sabit tampak menggantung gagah di langit. Kota Royaltown masih terlihat ramai dengan lalu lalang kendaraan, pejalan kakaki, serta bangunan dan toko yang menjadi pendukung kehidupan warganya.
Kediaman utama tampak sangat sibuk dengan para pengawal yang mempersiapkan keberangkatan Xander, Lizzy, dan Alexis ke pertemuan keluarga Ashcroft malam ini. Tampak deretan mobil yang terparkir rapi, lengkap dengan beberapa helikopter.
Govin tampak sibuk mengatur seluruh persiapan di depan teras. Di saat yang sama, Mikael mempersiapkan kelompok khusus untuk mengamankan Xander, Lizzy, dan Alexis.
Mikael mengecek beberapa kali persiapan. Pria itu sudah menjalani tugas ini selama lima tahun, tetapi jika harus jujur ia masih sedikit gugup dan tertekan karena tidak bisa seperti ayahnya, Miguel. Lima tahun sudah berlalu, tetapi ia hanya mendapatkan kabar lima kali dari Miguel selama waktu tersebut.
Mikael tidak ingin bertanya banyak pada Xander yang menugaskan Miguel untuk tugas panjang dan sangat penting. Ia tahu jika ditugaskannya Miguel adalah untuk mempersiapkannya untuk menggantikan Miguel. Ia merasa lega karena Miguel baik-baik saja dalam kabar terakhirnya sekitar seminggu yang lalu.
"Mikael, bagaimana persiapannya?" tanya Govin.
"Semuanya sudah siap, Tuan." Mikael membungkuk singkat.
"Aku mengandalkanmu." Govin bergegas pergi menuju kediaman utama, berdiri di depan kamar Xander. "Semua persiapan sudah selesai, Tuan."
"Aku mengerti." Xander menatap pantulan dirinya di cermin di saat Lizzy merapikan jasnya. Sejujurnya, ia cukup gugup untuk pertemuan malam ini.
"Di mana Alexis?" tanya Xander seraya mengamati sekeliling kamar.
"Dia sedang bermain bersama Dragon dan yang lain," jawab Lizzy.
"Ayah, Ibu!" Alexis muncul dari pintu, berlari seraya membawa pistol mainan.
Xander memangku Alexis. "Apa kau sudah siap berangkat?"
"Aku siap kapan pun, Ayah. Tapi ke mana kita akan pergi? Aku melihat banyak mobil dan para pengawal di luar?"
"Kau akan bertemu dengan keluargamu di rumah kakek buyutmu."
"Benarkah?" Alexis tampak bingung. "Kenapa aku baru bertemu mereka sekarang?"
"Mereka sangat sibuk dan baru memiliki waktu sekarang." Xander menaruh Alexis di pundaknya. "Kau harus menjaga sikapmu selama berada di sana. Kau tidak boleh sembarangan mengikuti orang yang kau kenal meskipun mereka adalah keluargamu. Apa kau mengerti?"
"Aku mengerti, Ayah."
Xander, Lizzy, dan Alexis keluar dari kamar. Govin, Mikael, dan pengawal lain mengikuti mereka dari belakang. Para pengawal dan maid membungkuk saat Xander, Lizzy, dan Alexis menuruni tangga.
Xander menurunkan Alexis ketika berada di teras. Para pengawal sudah berbaris rapi di sisi kiri dan kanan, membungkuk hormat.
Alexis tiba-tiba cemberut, menoleh pada Xander. "Ayah, kenapa aku tidak boleh satu mobil bersamamu? Aku ingin ke rumah kakek buyut bersamamu."
Lizzy mengelus lembut rambut Alexis. "Kami melakukannya demi keselamatanmu, Alexis. Kau pasti akan mengerti suatu saat nanti. Ibu akan menemanimu."
"Hei, kau ingat, kau harus melindungi ibu dan adikmu," kata Xander.
Alexis tiba-tiba tersenyum.
"Aku mengerti."
Lizzy dan Alexis memasuki mobil lebih dahulu. Xander masuk ke mobil berbeda bersama Govin. Rombongan mobil mulai meninggalkan halaman, melewati gerbang. Helikopter mulai terbang, mengikuti dari belakang.
Xander memandangi layar yang menunjukkan Lizzy dan Alexis.
Sementara itu, seluruh anggota keluarga Ashcroft sudah tiba di ruangan. Mereka berbincang di saat para pelayan tampak sibuk mengatur hidangan dan minuman. Alunan musik terdengar indah.
"Aku menduga jika ada sesuatu yang akan terjadi malam ini," ujar Dalton seraya menatap halaman luar.
"Apa yang kau maksud adalah kejutan dari Alexander?" tanya Jasper, meneguk minuman.
"Ya." Dalton menoleh pada anggota keluarga Ashcroft, menatap putranya yang tengah dipangku oleh Alana. "Hampir semua anggota yang sebaya dengan kita sudah menikah dan memiliki anak, tapi sampai saat ini kabar mengenai pernikahan Alexander tidak pernah sekalipun kita dengar. Aku tidak akan terkejut jika dia datang bersama istri dan anaknya dalam pertemuan malam ini."
"Aku juga memikirkan hal yang sama. Sangat tidak mungkin jika Alexander belum menikah hingga saat ini, terlebih posisinya sebagai pewaris utama keluarga Ashcroft. Harus aku akui jika Alexander berhasil membuat hubungan di antara kita mulai membaik. Proyek bisnis di negara Caldora juga membawa keuntungan yang sangat besar untuk keluarga kita. Selama lima tahun terakhir, tidak ada kejadian buruk yang menimpa keluarga kita."
Dalton berdecak. "Jangan mengatakan hal menjijikan di depanku, Jasper. Bagiku Alexander tetaplah musuhku dan hal itu tidak akan berubah sampai kapan pun."
"Kita tidak memiliki sekutu apapun lagi sekarang. Edward tiba-tiba menghilang begitu saja, begitupun dengan keluarga Lennox. Jika kita ingin melawan Alexander, kita sama saja menghancurkan kita dan keluarga kita sendiri, Dalton."
Dalton mendengus kesal, menatap kesal Darius yang tengah memangku putranya. Ia meninggalkan Jasper dengan langkah terburu-buru, mengambil putranya dari Darius. "Jangan menyentuh putraku tanpa seiizinku."
Dalton membawa putranya menjauh dari kerumunan. "Ayah sudah mengatakan untuk tidak dekat dengan pamanmu, Dustin."
"Paman Darius hanya ingin menggendongku dan dia juga baik padaku. Kenapa Ayah tidak suka saat aku bersama Paman Darius?" Dustin berkaca-kaca.
"Jangan berani membantah ayahmu!"
Dustin tiba-tiba menangis.
Alana segera mendekat, menoleh pada kerumunan yang tengah memperhatikan Dalton dan Dustin. "Apa yang kau lakukan, Dalton? Kau membuat Dustin menangis."
Alana mengambil Dustin dari pangkuan Dalton. "Kau sudah keterlaluan. Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Jangan melibatkan kekesalanmu pada Darius pada anakmu sendiri. Dia hanya anak kecil yang tidak mengetahui apa pun."
"Kenapa kau selalu membela Darius, Alana? Aku ini suamimu."
"Aku tidak pernah membela Darius, Dalton. Aku hanya tidak suka kau kasar pada Dustin. Kau terus menekan Dustin dengan tingkahmu. Dia hanya anak-anak."
"Justru karena dia masih anak-anak sehingga aku memberitahunya untuk tidak dekat dengan Darius. Darius adalah pengkhianat. Dia yang sudah menyeret ayah, kedua pamanku, dan yang lain ke penjara."
"Dalton cukup!" Alana menghembuskan napas panjang. "Jika kau ingin mengalahkan Darius atau membalaskan dendam padanya, kau seharusnya tidak menekan Dustin, tapi kau seharusnya membantunya untuk berkembang.”
"Aku tidak menekannya."
"Kau menekannya, Dalton. Buka matamu lebar-lebar dan lihatlah dengan pikiranmu yang jernih! Apakah selama ini Dustin nyaman berada di sisimu?"
Dalton menoleh pada Dustin yang masih menangis.
"Dia ketakutan setiap kali melihatmu. Dia tidak mendapatkan kenyamanan setiap berada di dekat ayahnya sendiri. Kau selalu mengatakan jika kau tidak mendapatkan perhatian dan pujian dari ayahmu dahulu. Lalu kenapa kau melakukan hal yang sama pada putramu sendiri?”
Dalton seketika tercenung, mengingat semua perilakunya pada Dustin. Ia memang cenderung keras dan memaksakan kehendak hingga tidak jarang membuat putranya menangis.
"Jangan sampai menyesal jika Dustin sampai membencimu." Alana membawa Dustin ke lorong, mendengus kesal.
Alana memejamkan mata, kembali teringat dengan gencarnya Dalton saat mengejarnya dahulu meski ia sudah menolak pria itu berkali-kali.
Alana tidak menyukai Dalton karena rumor yang mengatakan jika pria itu hobi bermain wanita.
Akan tetapi, pada akhirnya ia luluh dan mau menerima cinta pria itu. Ia melihat Dalton berubah drastis dan serius dalam menunjukkan rasa cintanya hingga lahirlah Dustin. Akan tetapi, ia tidak menyukai sikap keras Dalton pada Dustin.
Dalton segera menyusul Alana dan Davis. "Alana, Dustin."
Alana berhenti, menunggu Dalton. Dustin menoleh pada Dalton sesaat, bersembunyi di balik leher Alana.
Dalton tiba-tiba memeluk Alana dan Dustin. "Maafkan aku. Aku bersalah.”
Kekesalan Alana perlahan pudar meski tidak berbalik dan membalas pelukan Dalton.
Dalton memeluk Alana dan Dustin dengan erat, menyadari jika tindakannya keliru. Ia tidak sepantasnya menekan Dustin karena kebenciannya.
"Ayah." Dustin mengelus rambut Dalton. "Aku tidak akan menangis lagi."
Dalton tiba-tiba menangis. Ia memiliki keluarga baru dan sudah menjadi kewajibannya untuk melindungi keluarganya.
Alana perlahan berbalik, menghembus napas panjang. "Aku mohon berubahlah sebelum aku dan Dustin pergi."
"Kalian adalah hidupku sekarang. Jangan tinggalkan aku sendirian." Dalton memangku Dustin, memeluknya erat. "Maafkan Ayah karena sudah membentakmu, Dustin. Ayah selalu menyayangimu."
Darius mengintip dari kejauhan, mengembus nafas panjang. Hingga lima tahun berlalu, hubungannya dengan Dalton juga belum berubah meski ia sudah melakukan berbagai cara untuk memperbaiki hubungan.
Dalton, Alana, dan Dustin kembali berkumpul dengan keluarga Ashcroft yang lain.
"Dalton, Alana," ujar Tessa seraya mendekat.
"Kami baik-baik saja, Bu." Alana tersenyum.
Tak lama setelahnya, rombongan mobil Xander tiba di kediaman utama keluarga Ashcroft. Xander keluar dari mobil, menatap rumah mewah di depannya. Ia menoleh pada mobil Lizzy dan Alexis.
Xander memasuki kediaman begitu pintu terbuka lebar. Semua perhatian seketika tertuju padanya. Ia berjalan melewati deretan pengawal dan beberapa keluarga Ashcroft, berhenti di tengah-tengah ruangan.
"Aku datang membawa sebuah kejutan di pertemuan malam ini. Aku harap kalian menyukainya." Xander tersenyum lebar.
bahkan ada keluarga yg sudah kalah tapi gak mau mengakui kekalahan.
Sungguh di luar prediksi pembaca..
Tetap semangat & sehat selalu Thorr...
livy sepupu larson