FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.
Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.
Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.
Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?
Yuk kepoin.
Semoga banyak yang suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Tertekan
Sebulan sudah kepergian Kaffa ke Papua. Namun, tidak satu kali pun Kaffa menghubungi Davira. Davira tahu, Kaffa tidak mungkin menghubunginya. Kaffa membencinya.
Davira masih terngiang kata-kata Kaffa beberapa jam setelah pernikahan siri itu digelar. Kaffa meminta Davira untuk mengatakan apa tujuannya menjebak dirinya malam itu. Namun, Davira bungkam sampai Kaffa berangkat satgas.
"Jangan sampai kebencianku berkarat dan menggunung sampai aku tiba kembali di rumah ini, bila kamu tidak mengatakan apa tujuanmu sebenarnya, Davira."
Davira tertegun dengan semua kalimat tegas yang dilontarkan Kaffa hari itu. Tubuhnya bergetar karena takut. Kaffa benar-benar marah kepadanya.
Davira tersentak ketika bayangan sang mama mertua tiba-tiba melintas. Dia berdiri kaku tepat Bu Daisy tiba di hadapannya. Matanya seketika tegas menatap, tidak ada lagi keteduhan di sana.
"Vira, apa kamu sudah merasakan tanda-tanda dalam tubuh kamu?" Pertanyaan ambigu itu terlontar dari bibir Bu Daisy. Davira sejenak mencerna apa yang dimaksud mama mertuanya itu.
"Ini sudah satu bulan?" lanjutnya lagi tanpa menunggu Davira menjawab.
"Maksud Mama?" Davira bertanya karena dia memang kurang memahami perkataan sang mama mertua.
Bu Daisy menggeleng, rahangnya mengeras. "Ck, kamu tidak paham atau memang pura-pura tidak paham? Maksudku, kamu sudah ada tanda-tanda isi atau mengandung?" lontarnya tegas.
Sejenak Davira terhenyak, Davira tidak menduga kalau mama mertuanya itu akan mempertanyakan hal itu.
Davira kembali bingung harus katakan apa. Cintanya pada Kaffa sangat besar, tapi dia tidak mungkin menjadi perempuan hina dengan sengaja menjebaknya lalu melakukan perbuatan terkutuk itu dengan sengaja demi sebuah validasi?
"Bagaimana aku bisa mengandung kalau malam itu, tidak ada yang terjadi pada kami?" batinnya.
"Davira?" Bu Daisy menyenggol lengan Davira. Davira tersentak dari lamunan.
"Vira belum tahu, Ma," jawab Davira. Dia teguh tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya, karena takut sang mama mertua memutuskan supaya Kaffa menalaknya. Sekali ditalak, pernikahan siri mereka langsung gugur dan bercerai.
Bu Daisy menatap Davira tajam, dari atas hingga bawah. Wanita itu tidak menduga, Davira yang kalem cantik dan sopan serta berhijab itu, ternyata tidak sebaik penampilan luarnya. Davira tidak lebih dari serigala berbulu domba yang sewaktu-waktu bisa menerkam dengan rencana liciknya. Begitu dugaan Bu Daisy kepada Davira.
"Meskipun kamu ternyata hamil, tapi aku tidak percaya kalau anak yang dikandungmu adalah anak dari benih putraku Arkaffa," dengus Bu Daisy di depan Davira.
Davira diam, sudah sejauh itu mama mertuanya menduga dirinya buruk. Tapi Davira sadar, semua itu memang ulahnya yang sudah menjebak Kaffa.
"Aku jadi ingin tahu berapa banyak lelaki yang sudah menjamahmu sampai kamu tega menjebak putraku? Agar putraku bisa bertanggung jawab dan menikahimu. Katakannnn," lanjutnya menyentak.
Air mata Davira menetes untuk yang ke sekian kali. Dia tidak tahan mendengar tuduhan hina dari mama mertuanya. Tapi, mau bagaimana lagi, semua sudah menjadi risiko, karena dia yang sudah memilih jalan itu.
Terlebih ketika sang mama mertua menyebut dirinya 'aku', Davira sungguh sedih dan sakit hati. Sang mama yang dulu begitu lembut bahkan saat memanggil namanya. Tapi, kini tidak lagi. Semua berubah karena ulahnya.
Bu Daisy bergegas pergi setelah mengatakan kalimat menyakitkan barusan. Wajahnya merah menyala.
Davira menangis, dia bergegas menuju belakang rumah. Dia terduduk di bale-bale rumah sembari menatap kolam kecil yang hanya ada dua ikan emas di dalamnya.
Belakang rumah itu sudah bersih dan terlihat sangat teduh, asri. Tidak ada lagi rumput liar tumbuh. Davira yang membersihkannya tadi pagi sekali.
Lamunannya kini tertuju pada Kaffa, dia sangat rindu sekaligus merasa bersalah pada pria itu.
"Kenapa aku harus mencintai Kak Kaffa, padahal dia kakak angkatku? Lihatlah atas keserakahan dan kelicikan aku, aku jadi dimusuhin mama dan papa. Padahal aku disayangi mereka bagaikan anak kandung?"
"Tapi, aku mencintai Kak Kaffa. Apalagi Mbak Marini ternyata menduakan Kak Kaffa. Wajar aku merasa takut Kak Kaffa jatuh pada perempuan yang berkhianat."
Titik-titik air mata mulai menetes merambati pipinya yang kuning langsat, membentuk kilatan warna bening di wajah Davira. Davira menangis, ada rasa sesal di dadanya yang dalam. Ia mengakui caranya salah, tapi di sisi lain ia melakukan itu hanya karena sebuah kata cinta.
"Aku memang salah, tapi aku mencintai Kak Kaffa. Aku ini maruk dan tidak tahu diri. Kenapa aku harus mencintai Kak Kaffa?" tanyanya lagi mengamuk pada dirinya sendiri sembari melempar batu kecil didekatnya.
Davira segera menyeka air matanya yang terlanjut jatuh, lantas ia meraih Hp di saku rok panjangnya. Dia membuka aplikasi hijau, lalu mengetik nama Kaffa dan keluarlah nama pria itu di sana.
Ada rasa rindu yang tidak bisa ditahan lagi. Davira sangat menantikan Kaffa tiba-tiba menghubunginya dan menanyakan kabar kepadanya. Tapi, semua itu tidak mungkin. Davira yakin itu, karena Kaffa kini membencinya, sangat membencinya.
"Tut tut tut."
Davira tersentak saat sambungan telpon tiba-tiba terhubung. Ia langsung menatap layar HP, tulisan berdering terlihat jelas di sana. Tandanya Hp Kaffa tengah aktif.
Davira buru-buru menekan tombol merah mengakhiri panggilan. Padahal tadi, hanyalah tidak sengaja tertekan.
Jantung Davira sontak berdebar sangat kencang, dia takut Kaffa marah padanya.
"Kenapa harus tertekan? Ya ampun," desahnya menyesal.
"Seandainya Kak Kaffa adalah seorang suami yang menikahi aku atas nama cinta, pasti saat ini aku akan bahagia berbicara dengannya di telpon. Aku akan katakan bahwa aku merindukannya," bisiknya diiringi senyum merekah.
***
Sementara itu, di salah satu pos penjagaan di wilayah Papua Barat distrik Kanohe, Kaffa menggenggam erat-erat ponselnya.
Wajahnya sedikit berbinar, karena ia baru saja sukses menghubungi Marini. Kebetulan sinyal sedang lumayan bagus. Ada dua baris sinyal. Kaffa buru-buru menghubungi Marini, begitu sinyal ada.
Senyum Kaffa belum pudar, dia masih terbayang obrolannya barusan bersama Marini. Kaffa menyampaikan rindu dan cintanya pada Marini, meskipun kalimat itu hanya dibalas gumaman pendek, yakni helaan napas.
Belum hilang rasa bahagia Kaffa karena Marini. Tiba-tiba ponselnya kembali berdering, Kaffa buru-buru melihat siapa yang menghubunginya. Kaffa berdoa itu adalah Marini.
Sayang sekali, dering panggilan itu dari sebuah nama yang saat ini sangat dia benci.
"Buat apa gadis murahan itu menghubungi aku? Bukankah dia bisa menghubungi pria lain yang bisa jadi sebelum menjebakku telah main bersamanya?" rutuk Kaffa kesal.
Bersamaan dengan itu, dering telpon dari Davira berhenti. Lalu lima belas menit kemudian sebuah pesan datang menyusul. Berupa kalimat perhatian.
"Assalamualaikum Kak Kaffa. Apa kabar. Vira harap Kakak sehat dan baik-baik saja. Mohon maaf, tadi HP nya tertekan."
dr awal sudah dianggap rendahan..
klo kafa g suka mending talak aja biarkan davira bahagia dgn caranya
krn tdk prnh mo jujur tu yg sdh bw davira dlm kebodohanx😏🙄
sm halx dgn diri qt,
suami mna yg tdk marah lo dpati qt ber2 sm laki" lain sx pun qt cm anggap tmn yg suami qt tdk knl???
psti mrh kan....
sm lo suami qt kdpatan ber2 sm perem lain qt j9 psti marah.
z ttap d pihak kafa, krn sbgai istri tdk mnjaga MARWAHNYA.
pinterx cm mghilang sj n jd prempuan bodoh.
z jd jemek jengkel dgn sifat davira ni, dsni jd tokoh utama tp tokoh utamax goblok bin o'on🙄🙄🙄
bner yg d blg kafa lo davira ni pengecut, kafa jg tdk slh dgn kata" yg d lontarkan buka sj hijab mu n menarikx hingga lepas
krn kafa jg py hAk krn suamix, lo kafa blg bk sj hijab mu mang benar ...
krn apa....krna davira goblok, sbgai istri tdk bs mnjaga MARWAHNYA
seenakx jln sm laki" lain bhkan smpe dbw krmh ortux,
untung ortux arda menolak
jd perempuan tu hrs tegas davira, jgn jd prempuan goblok trus.
lo ad apa" tu mulut mu bicara jgn diam jd pengecut.
lm" z jd pngin ulek mulut davira ni biar bs bicara jujur bkn jd pengecut trus mnerus