NovelToon NovelToon
MY BODYGUARD

MY BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Obsesi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Fantasi Wanita
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.

Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.


Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13_Terulang Lagi

Sinar mentari menerobos masuk kedalam kamarnya menyapa hangat wajahnya yang masih betah di dunia mimpinya. Gadis itu tidak merasa terusik sedikitpun oleh cahaya hangat matahari yang menyentuh kulitnya, justru gadis itu menikmati sentuhan hangat itu membuatnya semakin ingin berlama lama dalam dunia mimpinya yang saat ini ia bangun.

"Amour bangun," Gadis itu menggeliat bergumam tidak jelas sehingga membuat Rey menahan senyumnya.

" Amour Cepat bangun!" Rey menarik selimut yang menutupi tubuh adiknya. Lalu duduk di sisi ranjang dan menyentuh lembut surai hitam milik Raya.

" Amour."

" Engg... Apaan sih kak? Aya Masih ngantuk. Udah sana keluar!" Usir Raya kembali menarik selimut guna menutupi seluruh tubuhnya

" Sugar."

Raya menutup rapat kedua telinganya saat Randi - kakak keduanya memanggilnya. Raya mengumpat tidak jelas dan mendengus saat kedua kakaknya itu ikut bergabung di kasur king size-nya.

" Sugar. Bangun cepat bangun!" Raya mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya saat Randi menariknya.

" Aya masih ngantuk. Lagi pula hari ini masuk siang. Sana keluar!" Teriak Raya di balik selimutnya.

" jangan menjadi pemalas Amour. Cepat bangun. Kamu itu perempuan!" Kembali Rey menarik selimut itu yang masih saja berhasil menutupi tubuh mungil adiknya.

" Aku. Gak. Mau. Bangun!" Kembali Teriak Raya membuat Rey dan Randi menggelengkan kepalanya.

" Little princess bangun nak. Jangan membuat kakak kakakmu kesal."

" Ayah!" Mendengar suara Ayahnya. Gadis itu segera menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan bangkit dari tidurnya.

" Ayah," Teriak Raya saat melihat wajah Ayahnya di layar Ponsel milik kakaknya. Menyambar ponsel Rey yang kini berpindah tangan padanya. Rey dan Randi ikut duduk dan bergabung bersama adik kesayangannya itu dengan mereka yang duduk di samping sisi Raya.

" Ayah," Panggilnya lagi dengan suara menahan tangis.

" Jangan nangis. Putri ayahkan gak cengeng!" Pria paruh baya itu tersenyum menenangkan putri semata wayangnya yang sudah terlihat menahan air mata.

" Raya gak nangis kok. Raya kangen Ayah! Ayah kapan pulang?" Cairan bening lolos begitu saja dari sudut matanya membasahi pipinya yang berisi.

" Besok ayah pulang!" Tutur pria itu

" Ayah juga kangen kalian!" Sambungnya lagi.

William menatap satu persatu anak anaknya. Rey, Randi dan Raya. Wajah bantal mereka di pagi hari seperti ini yang sangat ia rindukan. Tertawa dan bercanda ria bersama terutama putri kecilnya, Liam rindu dengan kemanjaan putrinya itu.

" Ayah pulang hari ini aja, biar Rey menggantikan Ayah mengerjakan pekerjaan disana. Jam sembilan Rey akan terbang ke Thailand." Ucap Rey membuat Liam mengerutkan keningnya.

" Tidak perlu. Toh cuma sehari lagi biar Ayah saja yang mengurus pekerjaan ini Rey!"

Rey melirik Raya yang juga saat ini menatapnya" Tapi Rey gak mau liat Cia sedih. Dia sangat merindukanmu, yah."

" Hemmm. Lebih baik Ayah pulang sekarang. Randi juga nggak pengen liat Cia sedih, biar Kak Rey yang mengurus sisanya yah," Timpal Randi membuat Ayahnya menggelengkan kepala.

" Cia dengerin ayah nak," Raya menghapus air matanya yang masih saja lolos dari sudut matanya tanpa ia minta. Gadis itu menyimak perkataan Ayahnya " maaf ya, ayah nggak ada kabar sama kalian. Ayah sibuk sama pekerjaan, ada beberapa berkas juga yang harus segera ayah selesaikan biar ayah juga cepat pulang." Jelas Liam dengan lembut.

" Ayah jahat. Ayah gak tau apa kalo Aya khawatir sama Ayah? Berkali kali Aya hubungi Ayah tapi tetep nggak bisa di hubungi, Ayahhh...." Raya kembali terisak. Jujur Raya tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dulu pernah Ayahnya pergi keluar negeri lebih dari satu bulan untuk mengurus pekerjaannya.  Raya tidak mempermasalahkan itu semua selama Ayahnya selalu menghubungi dan mengabarinya setiap hari, sehingga tidak membuat gadis itu khawatir ataupun kehilangan sosok pria itu. Tapi berbeda dengan sekarang walaupun ayahnya baru satu minggu meninggalkannya dan tidak ada komunikasi diantara keduanya membuat Raya merasa kehilangan sosok pria baruh baya itu.

" Ssssttt. Jangan nangis Cia, ayah pasti pulang kok, nak."

" Denger nggak Ayah tadi bilang apa? Jangan nangis.  Tar yang ada ayah kepikiran kalo kamu nangis kaya gini." Bisik Rey yang di balas anggukan oleh Raya.

"Ayah nggak usah cemas, ayah selesaikan saja dulu pekerjaan ayah. Masalah Cia kami yang urus." Randi mengambil alih ponsel milik kakaknya itu.

" Ih sini!" Rebut Raya mengambil ponsel di tangan Randi.

" Ayah cepat selesaikan urusan ayah disana. Cepatlah pulang. Aku merindukanmu!"

" Kami juga merindukanmu!" Seru Rey dan Randi bersamaan. Raya mendorong jauh kedua kakaknya yang membuat Raya sesak karena posisi mereka yang menghimpit tubuh Raya agar dapat melihat wajah Ayah mereka.

Pria paruh baya itu tertawa melihat aksi mereka. Seminggu tanpa anak anaknya membuat Rindu itu semakin menggebu " Rey, Randi jangan terus terusan mengganggu Cia. Kalau tidak, tunggu hukuman yang akan ayah berikan pada kalian!"

" Baik Ayah!" Kompak Rey dan Randi.

" Kalo begitu cepat kalian bangun dan segera mandi jangan lupa  kalian sarapan terlebih dahulu. Ayah harus kerja sekarang. Cia baik baik di sana. Rey Randi jaga adik kalian dengan baik. Ayah tidak punya banyak waktu. Ayah tutup dulu telponnya nanti Ayah hubungi lagi. I love you Little princess! See you"

" Love you too Ayah!" Balas Raya sebelum panggilan Video call itu berakhir. Raya mengembalikan telpon milik Rey lalu menatap satu persatu kakak kakaknya yang masih betah pada posisinya. 

" Kyaaaaa..... Makasih. Makasih buat kakak kakakku yang baik. Aduh jadi makin sayang deh!" Raya menarik kedua pria itu kedalam pelukannya. Senyum merekah terukir indah di bibirnya. Berkat mereka rasa rindu akan sosok Ayahnya kini terobati. Entah dengan cara apa mereka bisa menghubungi ayahnya yang sibuk itu, tapi Raya salut pada kedua Hero - nya ini.

" Jadi udah gak ngambek lagi nih ceritanya?" Goda Rey melepaskan pelukan Raya.

" Ihh orang Aya gak ngambek kok. Jangan asal ngomong Yah. Gak baik!"

" Masa sih gak ngambek? Bukannya semalem kamu bilang ' percuma Kak Rey jadi CEO kalo urmmmmppp!"

"Semalem Aya khilaf!" Raya membekap mulut Randi agar tidak melanjutkan perkataannya yang jelas jelas Raya pun masih mengingat perkataannya itu sampai saat ini.

" Ka Rey!" Raya memilin milin selimutnya " Maafin perkataan Aya yang semalam yah. Aya khilaf!" Ucapnya di sertai cengiran kuda.

Rey tersenyum. Tangannya mengacak gemas surai hitam milik Adiknya " Kamu nggak perlu minta maaf karena kamu nggak membuat kesalahan Amour. Yaudah sana gih mandi kita sarapan bareng!"

Raya mengangguk " Siap Pak CEO!" Ucapnya mengembangkan senyum. Rey dan Randi ber tos Ria. Merayakan keberhasilan mereka yang memberikan kejutan tak terduka pada adik kecilnya itu. Bahkan kini senyum manis terus menghiasi wajah cantik Adiknya.

Raya mengesah pelan saat mengetahui jika saat ini semua dosen sedang Rapat dan semua Mahasiswa di perkenankan untuk pulang awal. Sialnya lagi Raya kehilangan Meli dan Hana. Entah kemana kedua mahluk itu pergi, yang jelas sedari tadi Raya belum juga menemukan mereka. Kakinya terus melangkah menelusuri lorong kampus, ponsel yang sedari tadi bertengker di telinganya menunggu jawaban dari seberang sana tapi tidak kunjung membuahkan hasil.

" Ck. Meli Hana kalian kemana sih?" Kesal Raya. Puluhan kali ia berusaha menghubungi Meli dan Hana tapi mereka tak mau menjawabnya. Raya mengikuti langkah kakinya yang entah akan membawanya kemana gadis itu terus berjalan, menajamkan matanya mencari dua sosok mahluk yang sedari tadi ia cari.

" Kemana lagi coba gue cari mereka?" Raya menyandarkan tubuhnya pada Pohon yang saat ini ia jadikan tempat untuk meneduh dari sinar matahari yang sangat menyengat. Tangannya mengusap peluh yang membanjiri wajahnya.

" Butuh minum?" Raya menoleh kerah sampingnya. Mendapati seorang pria yang menyodorkan air mineral padanya. Pria itu ikut duduk bergabung bersamanya.

" Nih," Ucapnya kembali sambil menyodorkan Air itu.

" Makasih." Mau tidak mau akhirnya Raya mengambil air mineral yang di sodorkan pria itu lalu meminumnya.

" Udaranya sejuk yah?" Raya memejamkan matanya menghirup dalam dalam udara yang dirasanya masih bersih dan segar untuk memenuhi pasokan dalam paru parunya.

" Eh!" Raya mengerjap dan membuka matanya saat Merasakan ada sesuatu pada telinganya. Tangannya terulur menyentuh dan meraba benda apa yang saat ini bertengker pada telinganya.

Bunga

Saat ini terdapat bunga sepatu putih yang menghias indah di telinganya. Raya menoleh pada pria yang saat ini sedang menatap padanya. Alisnya mengerut menuntut penjelasan dari pria itu.

" Bunga yang cantik terlihat sangat cantik saat wanita cantik sepertimu memakainya!" Shaka tersenyum saat melihat Raya memalingkan wajahnya karena merona.

" Bagaimana dengan tidurmu semalam? Nyenyak bukan?!" Tanya Shaka setelah melihat Raya kembali bersikap seperti biasa.

" Nyenyak darimana?Gara-gara Lo sama Ke...!"

" Kamu, aku. Bukan Lo gue!" Koreksi Shaka membuat Raya terdiam.

" Tadi Ke Apa?" Tanya Shaka saat Raya tak mau melanjutkan perkataannya.

Raya menelan salivanya kasar. Tidak mungkin jika ia bilang kalau semalam Key pun menelponnya dan mengganggu waktu tidurnya seperti yang Shaka lakukan " Ke.. kelakuan Lo, eh kamu. Lah kenapa malah pake aku kamu?" Ucap Raya mengalihkan pembicaraan.

" Nggak papa, suka aja." Jawabnya " Emang kelakuan aku kenapa?"

" Aneh!"

" Aneh gimana?"

" Ya gimana ya. Kamu sadar gak sih kalo sikap kamu itu aneh. Bentar-bentar dingin, cuek dan Acuh. Dan dengan waktu yang singkat pula kamu juga bisa bersikap kasar dan suka teriak gak jelas seperti semalam dan kamu juga bisa bersikap hangat seperti saat ini. Anehkan?"

" Enggak kok," Serga Shaka cepat.

" Ck. Orang Aku yang ngerasain ko kalo kamu itu Aneh. Berapa kepribadian lagi yang kamu punya? Selain dingin, suka marah-marah dan hangat Apa ada yang lain?" Tanya Raya memainkan alisnya.

" Aduh," Raya mengelus hidungnya yang baru saja di cubit  Shaka. Gadis itu memanyunkan bibirnya Aksi protes pada pria yang ada di hadapannya.

" Aku akan bersikap Hangat dan manis seperti ini jika kamupun bersikap manis padaku!"

" Maksudnya?" Tanya Raya Polos. Shaka mengacak gemas surai hitam milik Raya. Entah sadar atau tidak bibirnya tertarik keatas mengukir sebuah senyuman yang sangat jarang orang lain lihat.

" Sudahlah jangan bahas itu lagi!" Katanya mengalihkan pembicaraan " oh iya bagaimana semalam? mimpi indah?"

Raya di buat bingung dengan pertanyaan pria itu. Ada Apa dengan Shaka sebenarnya?

" Gimana mau mimpi indah kalo lagi dan lagi kamu dan Dia selalu hadir di pikiranku. Bahkan baru jam empat subuh aku benar-benar bisa memejamkan mata!" Tutur Raya Spontan.

" Aku dan Dia? Dia siapa?"

Sial. Raya merutuki dirinya sendiri.

Kenapa ia sampai lupa dan bisa keceplosan? Untung Raya tidak menyebutkan nama Key kalau tidak? Mungkin Shaka akan kembali marah seperti semalam " Dia... dia itu tidak penting. Yang terpenting saat ini adalah darimana kamu mendapatkan Nomorku?"

" Nomor kamu? Kamu tau Meli dan Hana bukan?" Raya mengangguk. Akhirnya Raya bisa bernafas lega karena ia bisa mengalihkan pembicaraan mereka.

" Kamu tau nggak sekarang mereka dimana?"

Raya menggelengkan kepalanya " Justru sedari tadi aku mencari mereka tapi sampai sekarang belum ketemu juga."

" Mereka lagi Kencan sama Ian dan Mike."

" APA?" Raya menarik punggungnya yang bersandar pada pohon. Bahkan saking terkejutnya mulut Raya terbuka sedikit sehingga membuat Shaka gemas dengan aksi polos Raya.

" Mereka udah jadian?" Entah darimana pertanyaan itu muncul tiba tiba Raya berucap seperti itu.

Shaka menggelengkan kepalanya " Belum. Tapi mungkin sebentar lagi!" Jawabnya sambil mengangkat bahunya Acuh.

" Pantesan nggak bisa di hubungi, ternyata lagi kencan." Gumam Raya manggut manggut " Terus kamu dapet nomor aku dari mereka gitu?"

Shaka mengangguk " Dengan bantuan Ian sama Mike."

Raya mendengus tidak suka saat Shaka dengan santai berkata seperti itu. Apakah pria itu tidak bisa berbasa basi untuk meminta langsung pada Raya? 'Dasar Cemen'

Cibir Raya dalam hati.

Kedua mahluk itu terdiam. Menikmati kebersamaan dan keheningan yang mereka ciptakan sendiri. Bersandar di bawah pohon yang rindang beralaskan rumput, di temani langit yang cerah dan kupu kupu yang berterbangan mengelilingi bunga yang sedang bermekaran membuat moment indah tersendiri untuk keduanya. Sesekali baik Shaka ataupun Raya, saling lirik satu sama lain.

" Kenapa?" Tanya Shaka saat Melihat Raya mengucek matanya.

" Ngantuk," Tuturnya berusaha untuk terjaga. Suasana yang damai dan terpaan angin yang sejuk membuat rasa kantuk menghampiri gadis itu " gara-gara kamu nih nelponin aku terus semalam aku nggak bisa tidur, mangkanya sekarang ngantuk."

" Maaf ya, aku bakal tanggung jawab kok."

" Tanggung jawab, gimana caranya?" Raya berusaha mengerjapkan matanya ia tidak boleh tertidur dan harus tetap terjaga.

" Eh," Raya terkejut saat Shaka merangkul bahunya dan menarik Raya agar mendekat padanya " Tidur gih," Shaka menyandarkan kepala Raya pada pundaknya.

" Tapi...,"

" Percaya sama aku, aku nggak bakal apa-apain kamu." Raya mengangguk lalu membetulkan posisinya mencari tempat yang nyaman untuk menghantarnya kedalam dunia mimpinya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuat Raya benar-benar terlelap. Terbukti jika saat ini gadis itu menutup rapat matanya dengan nafas yang teratur. Shaka menggunakan satu tangannya untuk menyelimuti Raya dengan Jaket kulitnya. Tatapan matanya tidak pernah lepas dari wajah gadis yang saat ini tidur pulas di pundaknya. Sesekali Raya menggeliat untuk mencari posisi yang nyaman dan sesekali pula Shaka mengusap pelan surai hitam milik Raya agar gadis itu merasa nyaman.

Kembali sudut bibir Shaka tertarik keatas mengukir sebuah senyuman yang tak pernah ia tunjukkan selain pada Mama dan Papanya. Hanya Raya lah satu satunya gadis yang mampu membuat Shaka seperti ini, gadis polos yang mampu mencuri perhatian dari seorang Shaka. Hati pria itu menghangat saat mengingat jika ini kali kedua Raya tertidur pulas di pundaknya dengan saksi bisu langit yang menjadi atap mereka saat ini.

1
Juprianto
Karyanya bagus cm kurang seru dan panjang thooor/Smile/
Juna: makasih udah mau mampir, masih proses menuju konflik nya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!