Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiba-tiba
Seolah terhipnotis oleh ketampanan lelaki itu, Nabilla bahkan melambatkan kedipan matanya. Manis, itulah yang seketika tertanam di benak Nabilla setelah sempat menghindari Erik.
"Spesial." Gumam Erik.
"Erik!"
Teriakan itu sontak membuat keduanya saling menjauh, Nabilla merapikan penampilannya asal dan begitu juga dengan Erik. Mereka menoleh ketika melihat seorang wanita menghampiri, kemudian Nabilla melirik Erik yang sepertinya tak suka dengan kedatangan wanita itu.
"Siapa lo?" Tanyanya pada Nabilla.
"Aku-"
"Ngapain sih ke sini?" Sela Erik.
"Ngapain aku ke sini, ya buat ini. Pergoki kamu peluk-peluk cewek!"
Nabilla mengangkat kedua alisnya, sepertinya Nabilla paham siapa wanita itu, tak mau ambil resiko Nabilla langsung berlalu pergi. Tak ada yang mengejarnya lagi sekarang karena Erik tertahan oleh wanita itu, ah sudahlah lagi pula untuk apa dia mengejar Nabilla lagi.
Dengan menggunakan taxi Nabilla kembali ke Laundry, barangnya ada disana sehingga harus diambil sebelum pulang. Lima orang itu tampak sedang santai saja, mungkin karena sudah mendekati akhir jam kerja.
"Mba, pulang sekarang?"
"Iya, langsung pulang aja ya Aku mau mandi."
"Ok."
Nabilla kembali pergi dengan menggunakan motornya, kali ini untuk benar-benar sampai ke rumah. Badannya sudah terasa lengket dan sepertinya sudah mulai asam, Nabilla bergidik sendiri jika sampai badannya itu tercium bau.
Sejak dulu Nabilla selalu wangi, ia dikenal wanita paling bersih di antara teman-temannya bahkan Tyas sekali pun. Sepanjang jalan benak Nabilla terus saja terbayang sosok Erik, lelaki itu tidak begitu tampan bagi Nabilla namun sangat manis.
"Ah apa ini, tidak tidak ayo lupakan." Gumam Nabilla seraya menggelengkan kepalanya.
*
"Gak, gak gue gak suka!"
"Ya lo dengar dulu ih."
"Gak usah, gak penting lo!"
Tyas tak perduli dengan Erik yang terus saja mengikuti kemana pun Tyas melangkah, lelaki itu telah membuat Tyas kesal karena membawa Kia ke tempat Daniel. Seribu kali Tyas katakan jika Erik tidak boleh berurusan lagi dengan Kia, Erik yang memaksa sendiri untuk dikenalkan pada wanita baik-baik sejak lama.
"Gue gak tahu kenapa dia datang."
"Ya karena lo yang terus terima kedatangan dia!"
"Diam dulu kenapa sih?"
Tyas berdecak ketika Erik menariknya paksa, kini dua orang itu saling bertatapan dengan penuh kekesalan. Tyas sudah katakan jika Nabilla bukan untuk dipermainkan, lagi pula Erik sendiri yang bilang jika sedang serius mencari calon istri.
Keduanya sedang ada di dapur saat ini, Daniel meminta Tyas siapkan hidangan untuk mereka semua. Dan itu jadi kesempatan untuk Erik berbicara dengan Tyas, Erik keukeuh ingin didekatkan dengan Nabilla tapi sosok Kia membuat Tyas berubah pikiran.
"Gue janji, gue gak akan sakiti sahabat lo itu."
"Lo pikir gue percaya?"
"Tyas, ayolah."
"Sahabat gue bukan pemain kayak lu ya, dia belum pernah pacaran, punya temen cowok juga kagak. Dia kalau sampai sakit hati lu harus bisa bayangin gimana hancurnya, jadi mending lu pikirin lagi lah!"
Tyas beranjak begitu saja dengan membawa hidangannya, makanan cepat saji itu sepertinya cukup untuk mereka makan sekarang. Tyas menyuguhkannya pada mereka semua termasuk juga Kia, sebenarnya Kia pasti sadar dengan ketidak terimaan Tyas terhadapnya, tapi dasar tidak tahu malu wanita itu tetap bertahan diantara mereka.
"Belum pernah pacaran." Gumam Erik yang masih bertahan di dapur.
"Sepolos itu kah, bahkan dia tinggal di Kota besar seperti ini. Teman cowok pun tidak ada, wah wanita macam apa itu, langka." Tambahnya seraya menggeleng.
Erik merogoh ponselnya dan berkutat disana untuk beberapa saat, Erik mengirim Tyas pesan agar mau memberikan alamat rumah Nabilla. Erik yakin Nabilla akan cocok dengan orang tuanya nanti, sebaiknya Erik tidak buang waktu demi masa depannya sendiri.
Ting....
Balasan pesan dari Tyas sudah masuk, nasib baik Tyas mau memberikannya meski wanita itu sedang kesal. Erik melihat pintu belakang dan langsung melesat pergi lewat sana, dengan begitu Kia tidak akan bisa melihatnya pergi.
*
Di rumah Nabilla terlihat sedang menyapu teras luarnya, ia terlihat lebih segar sekarang karena sudah mandi. Nabilla sedang menunggu pesanan makanannya datang, perutnya sudah sangat lapar dan tidak bisa menunggu untuk sekedar memasak.
"Lama juga ya." Gumam Nabilla yang menyimpan sapunya.
Sepertinya malam ini akan turun hujan karena langit terlihat lebih gelap dari biasanya, Nabilla sudah memastikan semuanya baik dari sekarang. Selagi menunggu Nabilla duduk di kursi seraya memainkan game di ponselnya, sebenarnya Nabilla sedang menunggu mungkin saja Tyas mau kembali ke rumahnya.
"Hem, kalau Tyas tiba-tiba menikah berarti waktu kita habis dong. Tyas akan sibuk dengan rumah tangganya nanti, mana bisa ingat aku apa lagi temani aku."
Nabilla menggeleng, padahal sejak lama Nabilla menunggu Tyas lulus sarjana dan akan kembali menemaninya. Tapi ternyata diluar dugaan karena Tyas kembali justru untuk menikah, Nabilla tak sangka dengan keputusan besar itu.
"Menikah, apa harus menikah di usia muda?"
"Jika kita sanggup, kenapa tidak."
Nabilla seketika bangkit, ia terkejut melihat sosok Erik yang datang begitu saja. Tidak ada taxi atau apa pun itu yang mengantarkan Erik, dan lagi dari mama lelaki itu tahu rumah Nabilla.
"Kamu tidak mau menikah juga?"
Nabilla hanya diam dengan kedua alis yang terangkat, pertanyaan macam apa itu, apa juga haknya bertanya seperti itu. Nabilla mengerjap ketika Erik mengulurkan tangannya, tentu saja Nabilla ingat jika Erik melakukan hal yang sama di tempat Daniel tadi.
"Kenalan."
"Kamu ngapain ke sini, tahu dari mana rumah aku?"
"Eh, ini sambut dulu dong uluran tangannya."
Nabilla menjabatnya sekilas seraya menyebutkan namanya, Erik tampak tersenyum dengan sikap itu. Bersamaan dengan itu ada motor datang, rupanya itu adalah kurir makanan yang dipesan Nabilla.
"Atas nama Nabilla?"
"Iya, Pak."
"Silahkan, totalnya 158.000."
"Ah baik, sebentar."
Nabilla meraih kantong makanannya dan merogoh sakunya, namun ternyata kalah cepat oleh Erik yang sudah menggenggam uangnya. Erik membayarnya lebih dulu makanannya dan bahkan tidak mengambil kembaliannya, segera Erik meminta kurir itu pergi.
"Terimakasih." Ucap Nabilla seraya menyodorkan uang miliknya.
"Lebih baik bagi makanannya."
Nabilla diam, hingga akhirnya berlalu masuk untuk mengambil piring dan keperluan lainnya. Segera Nabilla kembali sebelum Erik memasuki rumahnya, baguslah lelaki itu tidak kurang ajar dengan masuk tanpa permisi.
Erik tersenyum dan turut duduk disebelah Nabilla, kursinya hanya satu sehingga mereka memutuskan untuk duduk di lantai saja. Nabilla juga enggan mempersilahkan Erik untuk masuk, lelaki itu terlalu asing untuk bisa masuk ke rumah Nabilla.
"Ini rumah kamu?"
"Iya, kenapa jelek?"
"Tidak, kamu tinggal sama siapa?"
"Jangan macam-macam ya."
Erik kembali tersenyum, ia menunggu Nabilla selesai menyiapkan makanannya, sedikit jutek tapi masih terlihat sisi baiknya. Erik sempat menatap Nabilla ketika wanita itu fokus pada makanannya, memang natural tapi tetap cantik.
Nabilla menoleh dan segera berpaling, seenaknya sekali dia menatap Nabilla seperti itu. Erik turut berpaling sesaat dan langsung mengambil piring di depannya, ia melahapnya begitu saja tanpa sempat berkata apa pun.
"Ayo makan." Ucap Erik dengan mulut penuh.
Nabilla sedikit menggeleng melihatnya, segera ia pun melahap makanannya karena memang cacing di peritnya sudah meronta. Keduanya makan dalam diam, makanan yang dipesan Nabilla cukup memanjakan lidah Erik.
"Kamu gak beli jus?"
"Gak, kalau beli pasti ada."
Erik mengangguk saja dan melahap habis makanannya, bukankah selalu seperti itu jika wanita selalu lambat kalau makan. Erik meneguk minumnya hingga habis pula, kedatangannya tidak sia-sia karena disambut makanan enak.
"Mau nikah sama aku?"
Brush....
Uhuk...
Uhuk...
Makanan berkuah yang memenuhi mulut Nabilla seketika menyembur sempurna, Nabilla juga terbatuk-batuk hingga wajahnya memerah. Segera Erik memberikan minumnya, ia juga sedikit berani menepuk punggung Nabilla.