Ellara, gadis 17 tahun yang ceria dan penuh impian, hidup dalam keluarga yang retak. Perselingkuhan ayahnya seperti bom yang meledakkan kehidupan mereka. Ibunya, yang selama ini menjadi pendamping setia, terkena gangguan mental karena pengkhianatan sang suami bertahun tahun dan memerlukan perawatan.
Ellara merasa kesepian, sakit, dan kehilangan arah. Dia berubah menjadi gadis nakal, mencari perhatian dengan cara-cara tidak konvensional: membolos sekolah, berdebat dengan guru, dan melakukan aksi protes juga suka keluyuran balap liar. Namun, di balik kesan bebasnya, dia menyembunyikan luka yang terus membara.
Dia kuat, dia tegar, dia tidak punya beban sama sekali. itu yang orang pikirkan tentangnya. Namun tidak ada yang tahu luka Ellara sedalam apa, karena gadis cantik itu sangat pandai menyembunyikan luka.
Akankah Ellara menemukan kekuatan untuk menghadapi kenyataan? Akankah dia menemukan jalan keluar dari kesakitan dan kehilangan?
follow ig: h_berkarya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kamu lucu saat marah, Sweetie
Gavin langsung membopong tubuh Melody ke UKS. Derap langkah mereka ber- empat menggema di lorong sekolah.
“Dia kenapa?” tanya Ibu Rina yang berpapasan dengan Gavin dan teman temannya.
“Pingsan Bu” jawab Aiden. Mereka bertiga mengekori Gavin hingga sampai di UKS.
Hingga sampai di UKS, Gavin meletakkan tubuh pucat Melody di ranjang. Gerakannya begitu hati-hati, dia memperbaiki posisi gadis itu dengan baik agar Melody nyaman.
Ketiga sahabatnya yang melihat itu memicingkan mata. Hendak berbicara, tapi ini bukan waktu yang tepat. Alhasil, saat melihat ibu Sri, petugas kesehatan datang, baik Lucas, Ethan dan Aiden pamit ke kelas lebih dulu. Tersisa Ibu Sri dan Gavin disana.
“Dia kenapa pingsan Vin?” tanya ibu Sri dengan suara lembut.
“Dia berdiri di lapangan sepanjang jam karena di hukum tadi Bu. Tiba tiba saja pingsan, mungkin orangnya lelah dan capek” jelas Gavin sembari menatap Melody lamat lamat.
Mendengar penjelasan Gavin, Ibu Sri hanya mengangguk pelan, kemudian mendekati ranjang Melody. Dia mulai memeriksa denyut nadi gadis cantik itu. Hal tersebut tidak luput dari mata tajam Gavin.
“Itu..” Gavin berguman pelan kala menyadari sesuatu. Gelang di tangan Melody. Ya, fokus Gavin saat ini adalah gelang di tangan gadis cantik itu. Gelang yang terasa begitu Familiar dalam ingatannya. Gavin menggeleng pelan, kemudian meraup kepalanya frustasi.
“Kenapa Gavin? Ada yang mau kamu bicarakan?” tanya Ibu Sri yang menyadari gelagat aneh Gavin saat ini. Pria tampan itu hanya menggeleng cepat, kemudian pamit keluar ruangan.
“Tidak ada Bu, aku pamit keluar sebentar,” jawab Gavin cepat kemudian meninggalkan Ibu Sri dan Melody di sana. Langkah pria itu kini berjalan menuju toilet.
.
.
.
Ellara duduk menyendiri di halaman belakang sekolah. sejak tadi, dia enggan masuk kelas hingga jam istirahat tiba. Dia juga tidak melanjutkan hukuman yang seharusnya sampai jam istirahat.
Gadis cantik itu perlahan bangkit dari tempat duduknya, dia pergi ke kantin untuk menganjal perut yang sejak tadi pagi belum terisi.
“Hei Sweetie,” Langkah Ellara terhenti kala seorang cowok tampan berdiri tegak di depannya dengan gaya tengil.
Arkana Rasyid, atau yang sering di sapa Arka adalah cowok populer yang di kenal badboy. Di kenal sebagai penguasa sekolah, Arka sering kali di takuti oleh beberapa siswa cupu karena sikapnya yang seenak jidat. Tapi banyak juga para gadis di SMA Harapan Bangsa yang mengagumi pria dengan sejuta pesona itu.
Dia memiliki beberapa pengikut juga, di antaranya ada Dimas, Kenzo, dan Riza.
“mau ke mana?” tanyanya lagi. Ellara tidak menjawab, dia masih berusaha menghindar dari pria itu tapi tubuh tegap Arka menghalangi jalannya.
“Bisa minggir nggak?” bentak Ellara dengan nada tinggi.
“jawab dulu, kamu mau ke mana Sweetie?” dia tidak membiarkan Ellara pergi begitu saja sebelum menjawab pertanyaannya. Ellara mendongak, menatapnya dengan sorot tajam
“Apa begitu penting?” tanyanya dengan nada suara yang terdengar malas.
“Tentu saja, kamu mau ke mana?” kekeuah Arkana tak membiarkan Ellara berlalu begitu saja.
“Menurut kamu?”
“Hehheh, jangan jutek begitu Sweetie, entar cantiknya hilang. Mau ke kantin? Yuk, bareng,” tanpa canggung dia mengandeng tangan Ellara tapi seketika gadis itu berdesis tertahan dan menghempaskan tangan Arka.
“Sweetie, tangan kamu kenapa?” melihat tangan Ellara yang di balut plaster luka sedikit, Arka panik. Dia menarik tangan Ellara yang di sembunyikan di belakang tubuhnya, memperhatikannya dengan lamat.
“Ini kenapa? Siapa yang melakukan ini, hmm?” suara Arka kali ini terdengar lembut. Wajahnya juga tampak serius, tidak ada jahilnya sama sekali.
“ Nggak usah menatap aku seperti itu, aku tidak butuh di kasihani. Dan satu lagi, kamu tidak perlu tahu ini karena apa, karena itu tidak penting!” jawab Ellara, dia yang mendapat kesempatan kemudian berjalan lebih dulu menuju ke kantin.
“Sweetie tunggu!” Arka berjalan cepat untuk menyamai langkah Ellara. Dia tiada hentinya berceloteh panjang lebar, sampai Ellara menghentikan langkahnya dan menatap pria itu dengan sorot tajam.
“Bisa diam nggak? Kamu berisik, tahu! Pusing aku dengarnya, kayak perempuan aja!” bentak Ellara lagi dan lagi. Tapi siapa sangka, walau di bentak seperti itu, sama halnya dengan Gavin, Arka hanya mengulum senyum mendengarnya.
“kamu lucu saat marah, Sweetie,” ujar Arka menatap Ellara dengan wajah jailnya seolah menantang gadis cantik itu. “gimana, mau lanjut marah atau mau makan dulu?” tanya Arka.
Ellara tak menjawab, tapi wajahnya pasrah saat berjalan masuk ke dalam kantin. Semua siswa siswi yang berada di sana mendadak diam melihat mereka berdua. Ada pula yang menyiapkan ponsel, ter-khusus para lambe sekolah. Berita tentang Ellara dan para siswa populer lainnya memang hal yang hangat di sekolah itu.
Ellara duduk di meja paling pojok. Masih di ikuti oleh Arka yang terus saja mengekori kemana perginya Ellara. Ketiga pengikut pria itu duduk di meja sebelah mereka, hingga di satu meja paling pojok hanya di duduki oleh Ellara dan Arka.
Ellara memesan makanan favoritnya. Dia tidak menanggapi Arka yang sejak tadi mengajaknya berbicara. Fokus gadis itu adalah makanan, karena tidak bisa di pungkiri, Ellara sangat laper saat ini. Di hitung sejak semalam, perutnya belum terisi apa pun selain air yang di berikan oleh Gavin tadi pagi.
Sampai makanan yang dia pesan datang, Ellara langsung makan dengan lahap, hingga Arka yang melihatnya hanya tersenyum.
“Pelan pelan makannya, Sweetie, tidak akan ada yang ambil punya mu, nanti keselek kan nggak lucu,” ujar Arka sembari membersihkan saos yang terlihat berlepotan di bibir ranum Ellara. Gadis itu mematung, memandangi Arka yang ternyata menatapnya juga. Pandangan keduanya terkunci beberapa detik, Ellara yang tersadar langsung mengambil tisu, kemudian berdehem pelan.
“kamu makan seperti bayi, blepotan gitu” guman Arka memecahkan kecanggungan.
“Halo, halo. Ayu puspitasari dan rekan cantiknya disini. kali ini, lambe sekolah yang cantiknya tiada tanding ini membawa berita paling hangat dan update terbaru tentunya,” Kantin kali ini di hebohkan dengan kedatangan tiga gadis cantik dengan pakaian glamor.
Ayu, Dina dan Elsa, gadis yang di juluki sebagai lambe sekolah, pembawa gosip terhangat setiap harinya.
Dengan buku catatan yang di gunakan sebagai mix abal abal, gadis itu siap dengan pengumuman terbarunya. Semua penghuni kantin beralih fokus pada ketiganya, tapi tidak dengan Ellara dan Arka yang masih sibuk sendiri.
“Eh, eh tunggu dulu..” Ayu berhenti bicara. Pandangan matanya menatap dua objek di sudut kantin.
“Wuahhh, berita kali ini double hangatnya gaesss... pasangan fenomenal di sekolah ini ternyata lagi pada berduaan nih...”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...