Ayla adalah pembaca webnovel paling sinis yang pernah ada. Baginya, novel "Algoritma Hati Sang CEO" adalah sampah klise dengan plot hole yang menganga dimana-mana.
Apalagi soal CEO dingin yang tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama, dan villain yang otaknya tumpul setumpul pisau yang berkarat.
Stress dengan pekerjaannya sebagai CS entry level yang monoton, melampiaskan kekesalan pada novel adalah satu-satunya pelarian yang dimilikinya.
Tapi kutukan menimpanya!
Di tengah caci makinya pada sebuah plot hole konyol, Ayla mendapati pantulan dirinya di cermin perlahan berubah menjadi wajah asing yang tak ia kenali, seragam magang, dan sebuah kartu identitas yang menggantung dilehernya bertuliskan KARSA - RANI - INTERN.
Ayla bertransmigrasi kedalam novel yang paling ia benci sebagai Rani, seorang anak magang sial yang ditakdirkan dipecat karena alasan sepele.
Alya bertekad untuk membuktikan bahwa dirinya lebih pintar dari takdir bodoh yang penulis novel itu berikan untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hada Kamiya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Atap Karsa dan Sebuah Pengakuan
Angin malam di atap Karsa terasa dingin, menusuk hingga ke tulang. Lampu-lampu kota berkelap-kelip di kejauhan, menciptakan pemandangan yang indah namun ironis, mengingat kegelapan yang tersimpan di balik gedung-gedung pencakar langit ini.
Ayla berdiri di sana, sendirian, menunggu. Jantungnya berdebar, bukan karena dingin, tapi karena antisipasi. Ia memegang USB kecil yang kini menyimpan bukti mengerikan.
Tak lama kemudian, pintu atap terbuka. Sesosok bayangan tinggi melangkah keluar. Arjuna. Ia mengenakan jaket gelap, wajahnya tampak samar diterpa cahaya bulan. Aura dinginnya terasa lebih pekat di tempat terbuka ini.
"Kau datang," kata Arjuna, suaranya pelan, menyatu dengan deru angin.
"Anda yang meminta," balas Ayla, tanpa basa-basi. Ia tidak ingin membuang waktu dengan basa-basi. "Saya sudah menemukan apa yang Anda cari."
Arjuna melangkah mendekat, berhenti beberapa langkah di depan Ayla. "Apa yang kau temukan, Rani?"
Ayla mengangkat USB di tangannya. "Bukan hanya jejak Phantom Injection di sistem lama, Pak. Saya berhasil mengakses log khusus dari server utama Divisi Keamanan. Dan user ID yang sering mengakses file sensitif di luar jam kerja, yang terkait dengan Phantom Injection ini..." Ayla berhenti sejenak, mengamati ekspresi Arjuna yang tetap tenang... itu adalah Arion."
Arjuna menatapnya.
Tidak ada ekspresi terkejut di wajahnya, hanya tatapan dingin yang semakin dalam, seolah ia telah menunggu nama itu disebut. Ada semacam konfirmasi bukan atas pelakunya, melainkan atas kemampuan Ayla.
"Begitu," gumam Arjuna, mengambil USB dari tangan Ayla. "Jadi, kamu juga sampai pada kesimpulan itu. Aku tahu kamu tidak akan mengecewakanku, Rani. Kamu memang luar biasa."
"Saya bukan hanya magang biasa, Pak," Ayla membalas, nadanya tajam. "Sekarang saya tahu dia pelakunya. Jadi, apa rencana Anda? Apa yang sebenarnya Anda lakukan di sini?"
Arjuna menatapnya, tatapannya kini lebih transparan dari sebelumnya. "Seperti yang kubilang, Karsa disusupi. Dan Arion, dia bukan hanya CEO biasa. Dia adalah dalang di balik semua ini. Aku sudah lama mencurigainya, sejak proyek Phantom Injection pertama itu, lima tahun lalu."
"Itu sebabnya Anda nyaris resign?" Ayla bertanya, mengingat gosip dari Dian.
Arjuna mengangguk tipis. "Aku tidak bisa mentolerir apa yang dia lakukan. Project Chimera bukan untuk keamanan, tapi untuk menguasai. Untuk menciptakan jaringan mata-mata global, menjual data klien paling sensitif kepada penawar tertinggi, dan menghancurkan pesaing dengan informasi yang dimanipulasi." Ia mengepalkan tangannya. "Aku menolak. Tapi Arion terlalu kuat. Dia punya koneksi, dan dia punya pengaruh di dalam Karsa."
"Lalu kenapa Anda tidak resign?"
"Karena aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja," jawab Arjuna, suaranya kini diwarnai nada frustrasi yang samar. "Aku kembali. Aku memposisikan diri di R&D, untuk memantau, untuk mencari celah. Dan aku telah mencoba mencari bukti. Tapi sangat sulit, Rani. Arion itu licin, dia selalu menutupi jejaknya."
"Sampai saya datang?" sindir Ayla.
Arjuna menatapnya. Kali ini, ada semacam apresiasi di matanya. "Ya. Sampai kamu datang. Kamu adalah anomali yang tidak ada dalam perhitungannya. Matamu yang melihat pola, keberanianmu untuk bertindak, itu adalah hal yang aku butuhkan."
"Jadi, saya adalah pion Anda?" Ayla bertanya, kembali pada kekesalan lamanya.
Arjuna mengulas senyum tipis. "Bukan pion, mitra. Kita berada di perahu yang sama sekarang, Rani. Melawan Arion. Tapi kita harus sangat, sangat hati-hati. Dia akan melakukan apa pun untuk melindungi rahasianya."
Ayla menatap pemandangan kota di bawah. Rasa takutnya belum hilang, tapi ada resolusi baru di hatinya. Ini bukan lagi tentang dirinya sendiri. Ini adalah tentang keadilan, tentang mengungkap kebohongan yang menjijikkan dari CEO "sempurna" yang selama ini ia benci.
Dan sekarang ia mempunyai seorang jenius dingin sebagai mitranya, yang entah mengapa, memilihnya.
"Baiklah," kata Ayla, suaranya mantap. "Apa langkah selanjutnya?"