Dalam tahap Revisi!!!
Menceritakan seorang gadis introvert dan sangat pemalu yaitu NAFISA ZAHRA FITRIANI. Ia terus merasa insecure dengan dirinya, dan selalu menganggap dirinya tidak pantas untuk siapapun. Namun hal itu berubah ketika seorang pria datang ke dalam hidupnya yang memberi banyak kisah cinta manis dalam hidup nafisa. Pria itu adalah orang yang ditolong nafisa saat ia mengalami kecelakaan mobil, pria itu jatuh hati pada nafisa saat pandangan pertama. dia adalah AZLAN SYARAHIL,seorang ustadz muda yang sangat tampan dan di kagumi semua orang. Ia merasa nafisa telah mengambil hatinya dengan kesederhanaannya yg tidak ia temukan pada wanita manapun.
"Cintamu menyempurnakan diriku"
_NAFISA ZAHRA FITRIANI
"Aku mencintaimu itu bukan tanpa alasan, tapi karena kesederhanaanmu yang tiada kutemukan pada orang selain dirimu "
_AZLAN SYARAHIL
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon achamout, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Istri," jawab Ustadz Azlan.
"Ha???" Nafisa melongo mendengar apa yang dikatakan Ustadz Azlan.
"Eh... M-maksud saya... orang yang nanti mendapatkan kamu pasti akan sangat beruntung karena dia akan mendapatkan istri se-sholehah kamu," ucap Ustadz Azlan gugup. "Keceplosan..." gumamnya pelan.
Tak butuh waktu lama, Nafisa pun sampai di rumahnya.
"Terima kasih banyak, ya, Ustadz, sudah mengantar saya pulang," ucap Nafisa.
"Iya, Nafisa, sama-sama," jawab Ustadz Azlan.
"Ustadz, mau mampir dulu?" tawar Nafisa.
"Ngga usah, Nafisa. Sudah keburu malam, saya pamit dulu. Sampaikan salam saya untuk Ayah dan Ibu kamu," jawab Ustadz Azlan.
"Iya, Ustadz..."
"Assalamualaikum," ucap Ustadz Azlan, lalu melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Nafisa.
"Waalaikumussalam," balas Nafisa pelan, lalu ia segera memasuki rumah.
"Assalamualaikum, Ayah, Ibu," ucap Nafisa.
"Waalaikumussalam, nak," jawab kedua orang tuanya.
"Loh, kok kamu telat banget pulangnya, nak?" tanya Ayah.
"Iya, Yah. Tadi Nafisa ke pasar beliin titipan Ibu, terus nolongin ibu-ibu yang belanjaannya berat banget. Jadi, Nafisa antar juga sampai ke rumahnya."
"Oh, gitu... Tapi kamu naik apa tadi?" tanya Ibu Nafisa.
"Naik mobil, Bu. Tadi Nafisa diantar pulang Ustadz Azlan."
"Ha? Ustadz Azlan antar kamu pulang lagi? Kok bisa?" tanya Ibu Nafisa terkejut.
"Iya, Bu. Ternyata ibu yang Nafisa tolongin tadi itu uminya Ustadz Azlan. Makanya, Nafisa dianterin pulang," jawab Nafisa menjelaskan.
"Ciee ciee..." ujar Ibu Nafisa sambil senyum-senyum.
"Ihh, Ibu, kenapa sih? Kok senyum-senyum gitu?" tanya Nafisa, merasa malu.
"Ibu punya pikiran, kayaknya jodoh kamu tuh Ustadz Azlan deh, soalnya kamu udah keberapa kalinya ketemu dan dianterin pulang sama dia," ucap Ibu Nafisa sambil menyenggol lengan Nafisa.
"Ihh, Ibu apaan sih? Itu kebetulan aja kok," jawab Nafisa malu.
"Tapi Ibu doain semoga aja jodoh, amin... Aminin dong, Yah."
Ayah Nafisa yang tidak mengerti apa-apa hanya mengaminkan.
"Aminnn..."
"Ihh, Ayah apaan sih, ikutin Ibu."
"Ya nggak papa, Ayah kan juga pengen punya mantu yang sholeh dan ganteng kayak Ustadz Azlan itu," ucap Ayah Nafisa dengan senyum menggodanya.
"Ihh, udah ah! Nafisa malu, tau! Udah deh, Nafisa mau ke kamar ganti baju. Ini pesanan Ibu tadi." Nafisa memberikan belanjaannya pada Ibu.
"Makasih ya, nak. Aminin dong ucapan Ibu yang tadi."
"Iya... ucapan yang mana?"
"Yang Ustadz Azlan jadi mantu," ucap Ibu Nafisa sambil nyengir.
"Aaa, Ibu! Ihh, Nafisa malu... Udah deh, jangan godain Nafisa terus, Nafisa mau ke kamar," ucap Nafisa menahan senyumnya.
Ayah dan Ibu Nafisa yang melihat tingkah putrinya hanya bisa geleng-geleng kepala sambil saling tersenyum melihatnya.
🌻🌻🌻🌻
Ustadz Azlan pun sudah sampai di rumahnya.
"Assalamualaikum," ucapnya.
"Waalaikumussalam," jawab Abi dan Uminya serentak.
"Udah kamu antar nak Nafisa?" tanya Umi.
"Udah, Mi," jawab Ustadz Azlan.
"Alan, Umi mau nanya. Nafisa itu masih sekolah ya? udah mau lulus atau gimana?" tanya Umi Rahma tiba-tiba penasaran dengan Nafisa.
"Masih sekolah, Mi, tapi kayak nya dia sudah mau lulus. Emang kenapa, Mi?" jawab Ustadz Azlan merasa heran dengan pertanyaan Umi nya barusan.
"Ngga papa, Umi cuma suka aja lihat perilakunya. Dia itu anak yang baik, cantik, manis, sepertinya juga sholehah, Umi jadi pengen jadiin dia mantu," ucap Umi Rahma terkekeh pelan.
Ustadz Azlan yang mendengarnya tersenyum, wajahnya memerah seketika.
"Umi bisa aja," ucap Ustadz Azlan jadi salah tingkah.
"Eh, tapi ngomong-ngomong, wanita yang mau kamu kenalin ke Umi sama Abi, mana? Umi sama Abi udah nggak sabar mau ketemu," tanya Umi Rahma.
"Hahaha, Umi, kan Umi udah ketemu, jadi buat apa lagi Alan kenalin?" jawab Ustadz Azlan sambil tersenyum.
"Hah? Siapa?" tanya Umi Rahma bingung.
"Nafisa, Mi," jawab Ustadz Azlan.
"Ha? Nafisa, nak? Umi setuju, nak! Umi suka dia," ucap Umi Rahma to the point.
"Hahaha, Umi setuju apa?" tanya Ustadz Azlan penasaran.
"Ya, Nafisa jadi mantu Umi," jawab Umi Rahma dengan yakin.
"Umi beneran? Kalau Abi gimana, setuju nggak? Kalau Abi sama Umi setuju, Azlan mau cepat-cepat langsung lamar Nafisa," ucap Ustadz Azlan dengan wajah cerah.
"Abi setuju, nak. Jika dia wanita yang baik dan berakhlak mulia, kenapa enggak?" jawab Abi Ustadz Azlan.
Ustadz Azlan yang mendengar ucapan Abinya pun tersenyum senang.
"Besok siang kita langsung datang ke rumahnya dan lamar Nafisa," ucap Umi Rahma.
"Ha? Secepat itu, Mi?" tanya Ustadz Azlan kaget.
"Iya, Alan. Umi udah kebelet mau punya mantu, terutama cucu," ucap Umi Rahma nyengir dan langsung pergi ke dapur.
Ustadz Azlan yang mendengarnya melongo.
"Umi!!!"
"Abi setuju sama Umi kamu. Lebih cepat lebih baik," ucap Abi sambil berlalu mengikuti Umi Rahma.
Ustadz Azlan yang ditinggal hanya bisa melongo dan senyum-senyum sendiri melihat tingkah Umi dan Abinya.
🌻🌻🌻🌻
Sekarang adalah hari Minggu. Nafisa hanya rebahan saja di kasurnya.
"Huft, bosan banget. Libur gini nggak ada kerjaan, berasa jadi pengangguran. Mendingan aku ke rumah Mita deh, daripada di sini," ucap Nafisa bergumam sendiri.
Nafisa pun segera keluar dari kamarnya dan pergi menemui ibunya di dapur yang tengah sibuk membuat kue.
"Eh, nak, mau ke mana kamu? Kok siap-siap gitu?" tanya ibu.
"Aku mau main ke rumah Mita, Bu. Bosen di rumah," jawab Nafisa.
"Eh, jangan nak, kamu di rumah aja hari ini," ucap ibu.
"Kenapa emangnya, Bu? Nafisa bosen, Bu, di rumah," tanya Nafisa.
"Iya, soalnya ada tamu penting yang mau datang," jawab ibu.
"Tamu penting siapa? Terus apa hubungannya sama Nafisa?" tanya Nafisa bingung.
"Ada hubungannya sama kamu, Sa. Soalnya ini menyangkut kamu," jawab ibu.
"Ha? Ada hubungannya dengan aku? Emang siapa tamunya?" tanya Nafisa semakin bingung.
"Ada lah, nanti kamu juga tahu. Mendingan sekarang kamu bantu ibu bikin kue," jawab ibu.
"Emm, yaudah deh," ucap Nafisa. Nafisa masih bingung, siapa yang akan datang dan kenapa ada hubungannya dengan dirinya. Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalanya.
Di sisi lain, Ustadz Azlan sedang bersiap-siap. Ia berdiri di depan cermin dengan senyuman lebar di wajahnya. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, hari ia akan melamar orang yang sudah dianggapnya mampu merebut hatinya. Untung pagi tadi, sebelum Nafisa bangun, ia sempat datang ke rumah Nafisa dan memberitahu ibu serta ayah Nafisa bahwa ia akan datang bersama kedua orang tuanya.
"Nak, kamu udah siap?" tanya Umi dari luar kamar.
"Iya, Mi, Alan udah siap, ini mau turun," jawab Ustadz Azlan.
Ayah dan Umi, begitupun Ustadz Azlan, sudah siap. Mereka juga memasukkan hantaran lamaran untuk Nafisa ke dalam mobil. Kini, Ustadz Azlan dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan menuju rumah Nafisa.
Sementara itu, Nafisa dan ibunya pun sudah selesai membuat kue dan menatanya di ruang tamu.
"Nafisa, sekarang kamu ke kamar, siap-siap ganti baju," suruh ibunya.
"Kenapa harus ganti baju, Bu? Emang ini ada apa? Kenapa harus ganti baju segala?" tanya Nafisa bingung.
"Udah, mending kamu ganti aja, siap-siap. Nanti kamu juga bakal tahu," timpal ayahnya yang baru datang.
"Loh, Ayah nggak ke kebun? Habis dari mana, Yah?" tanya Nafisa.
"Ayah habis dari pasar beli cemilan ringan," jawab ayah.
"Ini sebenarnya ada apa sih? Kok Ayah beli cemilan segala? Emang siapa yang mau datang?" ucap Nafisa yang semakin bingung dan penasaran.
"Nanti kamu tahu, jadi kamu nggak usah banyak tanya. Sekarang ayo cepat ke kamar, Ibu bantu kamu siap-siap," ucap ibu Nafisa.
Nafisa pun hanya pasrah mengikuti kedua orang tuanya.
Saat Nafisa sedang siap-siap, tiba-tiba terdengar klakson mobil di luar rumah. Ayah Nafisa pun segera keluar dan menyambut kedatangan Ustadz Azlan serta kedua orang tuanya.
"Assalamualaikum, Pak," ucap Ustadz Azlan menyalami ayah Nafisa, diikuti dengan Abi dan Umi yang juga saling bersalaman dengan ayah Nafisa.
"Ayo, silakan masuk, Ustadz, Pak, Buk," ucap ayah Nafisa.
"Iya, Pak... ayo, Umi, Abi!" ajak Ustadz Azlan.
Ayah Nafisa mempersilakan Ustadz Azlan dan kedua orang tuanya untuk duduk di ruang tamu.
Sementara itu, ayah langsung pergi memanggil ibu dan Nafisa ke kamar Nafisa.
"Buk, ayo bawa Nafisa keluar, mereka sudah datang," ucap ayah.
"Iya, Yah, tunggu," jawab ibu.
Ayah Nafisa pun segera berjalan ke ruang tamu dan duduk berhadapan dengan Ustadz Azlan dan kedua orang tuanya.
"Ibu sama Nafisa mana, Pak?" tanya Ustadz Azlan.
"Lagi di kamar, sebentar lagi mereka keluar," jawab ayah Nafisa.
Ustadz Azlan hanya mengangguk-angguk menunggu Nafisa dan ibunya.
"Ayo, Pak, Buk, Ustadz diminum dan makan kuenya," ucap ayah Nafisa.
"Iya, Pak," jawab Ustadz Azlan.
Tak butuh waktu lama, Nafisa dan ibunya pun keluar dari kamar. Nafisa yang baru keluar kamar terkejut. Kenapa ada banyak hantaran lamaran? Dan terkejutnya lagi, ia melihat Ustadz Azlan yang duduk di ruang tamu bersama kedua orang tuanya.
"Ustadz Azlan..." ucap Nafisa dengan berbisik.
Ustadz Azlan yang melihat Nafisa keluar dari kamar langsung tertegun dengan kecantikan Nafisa. Setelah itu, ia dengan cepat kembali menundukkan pandangannya.
"Sabar, Lan, kamu harus tahan dulu," ucapnya dalam hati.berusaha untuk tetap tenang meskipun hati yang berdebar begitu kencang.