NovelToon NovelToon
CEO Posesif Untuk Putri Agresif

CEO Posesif Untuk Putri Agresif

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Chicklit
Popularitas:16.6k
Nilai: 5
Nama Author: Riri__awrite

MAAF KARYA INI di REVISI. BARU SAMPAI BAB 6

Mauren adalah seorang putri dari keluarga kaya yang sedang tergila-gila menyukai adik dari seorang CEO berhati dingin dan tampan.

Suatu hari dia sengaja mengikuti adik sang CEO ke suatu night club. Maureen bertemu dengan Sean, sang CEO.
Mereka berdua beradu mulut, karena sang CEO tidak menyukai sikap Maureen kepada adiknya.

"Berhenti!" Maureen menghentikan seorang pelayan yang membawa dua gelas wine. "Kalo kamu bisa menghabiskan segelas wine ini, aku akan pergi dari sini tanpa mengganggu adikmu," tantang Maureen.

"Tapi, Nona. Wine ini milik-"

"Nanti saya ganti!"

Sang pelayan meneguk saliva-nya kasar. Tugasnya mengantarkan minuman yang berisi obat perangsang untuk seseorang gagal total.

Mau tau kelanjutan ceritanya? Yuk mampir dulu di cerita aku. Ini hasil karya original.
"CEO Posesif untuk Putri Agresif"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riri__awrite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Station

“Maureen! Ayo cepat, keretanya hampir tiba.”

Maureen segera memutar kepalanya menghadap ke belakang. “Iya, otw, Kak.”

Pria yang berada di hadapannya menarik paksa ponsel yang digenggam Maureen hingga perempuan itu hampir terjungkal ke depan.

“Pelan-pelan, Calon Kakak Ipar,” ucapnya seraya menyeimbangkan kembali posisi tubuhnya yang condong ke depan, hampir saja menubruk tubuh laki-laki itu.

Pertemuan singkat itu segera berakhir saat Sean langsung melenggang pergi menyeret koper kecilnya. Begitupula dengan Maureen yang sedang berlari menghampiri Estian dan Key.

“Siapa?” tanya Estian penasaran.

“Oh itu, orang yang tidak sengaja aku tabrak,” alibinya. Mana mungkin dia berkata jujur jika orang yang ditabraknya adalah CEO Exela. “Maureen ada tebak-tebakan.”

Gadis itu berusaha mengalihkan topik pembicaraan saat melihat mulut Estian yang terbuka ingin mengatakan sesuatu, pastinya bertanya mengapa Maureen sempat cengo saat mengulurkan ponsel milik pria yang ditabraknya.

“Kenapa nyamuk menghisap darah?” tanya Maureen.

Key dan Estian langsung berpikir keras mendengar tebakan konyol itu, sedangkan yang memberi tebakan tengah asik melihat orang-orang yang berlalu lalang di hadapannya. Maureen melihat banyak sekali calon penumpang yang mencari bangku untuk menunggu kereta yang akan segera tiba. Untung saja mereka bertiga mendapatkan bangku tepat waktu.

“Karena nyamuk tidak mampu beli rokok,” jawab Estian dengan cepat.

Maureen menepuk pundak kakaknya. “Hebat. Bisa langsung tahu.”

Dua menit berlalu, kereta masih belum datang. Gadis yang berada di tengah-tengah antara Key dan Estian itu sedang menahan mati-matian hajatnya sejak tadi. Gadis itu bergerak gelisah menatap arah rel kereta. Bagaimana ini? Dia sudah tidak kuat menahannya.

“K-kak ... itu .... Maureen ... mau buang air kecil.” Maureen nyengir lebar, pahanya dia rapatkan berusaha menahan sesuatu yang akan keluar.

“Tapi keretanya akan segera tiba. Tahan sampai kita masuk ke dalam.” Key tidak setuju, dia takut Maureen akan tertinggal kereta. Dia tahu betul Maureen jika sudah masuk ke dalam kamar mandi bisa menghabiskan waktu satu abad.

“Tidak bisa .... “ Maureen beralih menatap kakaknya. “Kak ....”

Estian menatap keduanya secara bergantian. Namun, melihat wajah melas adiknya dia tidak rela. Apalagi wajah itu memerah pasti tidak tahan lagi. “Iya. Tapi jangan terlalu lama.”

“Kalian bisa masuk kereta dulu, Maureen bisa nyusul.”

Gadis itu segera berlari menuju kamar mandi. Maureen tidak memedulikan tatapan aneh dari orang-orang yang dia lewati, dia hanya ingin segera tiba di kamar mandi untuk membuang hajat kecilnya.

Beberapa meter kemudian netranya malah tidak sengaja menangkap sebuah koper kecil yang dia kenali sedang tergeletak di dekat pembatas boarding pass. Tidak ada tanda-tanda pemiliknya di sekitar koper itu. Tapi masa bodoh dengan koper, Maureen harus segera mencari toilet.

Maureen memberhentikan langkahnya saat tiba di dua pintu yang berada di depannya. Ada yang aneh dengan toilet di stasiun ini. Mengapa simbol pria dan wanita terlihat sama di mata gadis itu? Atau dia yang tidak bisa membedakan mana toilet pria dan wanita?

“Tidak ada tulisan toilet pria atau wanita. Aku harus masuk yang mana?” gumamnya bingung.

Tidak ada pilihan lain sebelum kereta tiba, dengan asal Maureen masuk ke dalam salah satu toilet. Oh, tidak. Baru saja masuk matanya sudah ternodai, toilet yang dia masuki ternyata untuk pria.

Maureen segera membalikkan badan, namun tubuhnya malah menubruk seseorang yang entah sejak kapan berada tepat di belakangnya. Dia menengadahkan kepalanya dan langsung membulatkan mata saat melihat siapa yang dia tabrak.

“Toilet pria,” ucapnya singkat dan datar.

Maureen mengedipkan matanya berusaha mengembalikan kesadaran. “Iya, aku salah masuk.”

“Tidak bisa membedakan simbol di depan?” tanya Sean dengan wajah lempengnya.

Maureen menggerutu dalam hati, ini bukan waktunya untuk berdebat, apalagi kini dia tidak tahan untuk sekedar berdiri. “Minggir!”

Sean mengernyitkan dahi sebelum dia menyadari Maureen yang sudah merapatkan kakinya untuk menahan kenc*ng.

“Aduh, tidak mengerti bahasa manusia sepertinya Kakak Iparku ini.” Maureen segera mendorong tubuh itu agar minggir. Berat sekali tubuhnya!

“Kakak Ipar, jika aku tertinggal kereta, siap-siap kamu yang akan tahu akibatnya!” ancam Maureen.

...----------------...

Maureen kini menatap pria yang berada di sampingnya dengan tatapan maut. Sedangkan yang di tatap hanya menampilkan wajah datar tak berekspresi.

Stasiun kereta yang tadinya ramai kini berubah menjadi sepi. Semua orang telah masuk ke dalam kereta kecuali dirinya dan pria yang berada di sampingnya.

"Kakak Ipar, bagaimana ini?!" Maureen beralih posisi menjadi berdiri, tangannya berkacak pinggang.

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu," ucap pria itu yang kini menatap balik Maureen.

"E-emang siapa namamu?" Maureen yang ditatap seperti itu menjadi kicep. Tatapan pria di depannya sungguh tajam, manik hitam pria itu penuh intimidasi.

"Sean."

Wanita itu sedikit merundukkan punggungnya. "Sean?" ulang Maureen. "Tapi lebih keren Kakak Ipar," ujarnya.

Maureen kembali mendudukkan pantatnya di samping Sean, tangannya bersedekap dada. Dia tadi sempat melihat jadwal pemberangkatan kereta sebelumnya dan yang membuat dia terkejut, kereta itu akan tiba lima jam lagi. Sungguh malang nasibnya.

"Ini semua karena kamu, Kakak Ipar. Jika saja tadi kamu langsung minggir, mungkin kita bisa sempat naik ke kereta itu." Maureen menyalahkan Sean atas semua yang menimpa wanita itu.

Sean tertinggal kereta karena dia harus pulang kembali mengambil laptopnya yang tertinggal. Salahkan Criss jika benda itu tidak sempat dia bawa. Asistennya itu seharusnya mengingatkan apa saja yang harus Sean masukkan ke dalam koper kecilnya. Jadi, tidak ada hubungannya dengan Maureen yang juga tertinggal kereta.

Maureen mendengus gusar. "Kak Estian marah," gumamnya seraya menatap layar ponsel yang menyala.

Lima belas menit berlalu. Laptop yang Sean pangku dia masukkan ke dalam kopernya. Pria itu bersiap-siap ingin meninggalkan stasiun.

"Kakak Ipar mau ke mana?" tanya Maureen saat sudut matanya melihat Sean yang berdiri dan akan menyeret koper.

"Eh, jangan tinggalkan aku sendirian di sini." Sean tetap melangkah, tidak menghiraukan Maureen. "Kakak Ipar."

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu." Bibir itu akhirnya terbuka.

Maureen terdiam sesaat dan berusaha menyeimbangi langkahnya dengan langkah lebar Sean. "Boleh ikut?"

"Tidak."

"Tapi aku tidak mempunyai tempat tujuan."

Sean menghentikan langkahnya. "Kamu bukan gelandangan," ucapnya dan melanjutkan kembali langkahnya yang tertunda.

"Intinya aku akan ikut denganmu."

Maureen terus mengikuti ke mana Sean pergi. Ya walaupun Sean hanya berhenti di depan stasiun menunggu taksi online yang telah dia pesan.

Maureen berlari kecil ketika taksi datang dan segera membuka pintu mobil.

"Pergi," ucap Sean ketika Maureen sudah merundukkan tubuhnya di mobil.

Dengan wajah menyebalkan Maureen menggeleng tegas. "Tidak."

Sean ingin melemparkan gadis itu ke benua Antartika sekarang juga. Sejak tadi gadis itu tidak mengindahkan perintahnya yang menyuruh untuk segera pergi.

"Pak, saya tidak jadi pesan taksinya," ucap Sean pada sang sopir yang sudah siap untuk menancap gas kapan saja.

"Di cancel, Tuan?" tanya sopir taksi itu.

"Eh, tidak, Pak. Jangan dengarkan dia." Maureen yang sudah duduk di kemudi belakang segera menyanggah ucapan Sean.

Menyebalkan. itu kata yang tertanam di benak Sean sejak tadi. "Jika begitu biarkan dia saja yang pergi."

"Tidak bisa! Kamu harus ikut, Kakak Ipar! Pak, saya ini adik ipar dia. Tolong bujuk dia, Pak," bohong Maureen.

Supir itu menatap iba kepada Maureen, lalu memutar kepalanya menghadap Sean yang berdiri di luar mobil.

"Tuan, kasian adiknya."

Sean menatap sang sopir. "Dia bukan adik ipar saya."

Maureen meringis mendengarnya. Memang benar dia bukan adik Sean, tapi dia yakin suatu hari Sean akan menjadi kakak iparnya yang berhati dingin dan songong.

"Tuan, sesama saudara tidak boleh berkata seperti itu. Mau bagaimanapun dia tetap adik ipar, Tuan."

Maureen mengembangkan senyumnya. Sopir itu terlalu polos untuk dibodohi dengan ucapan asal Maureen.

Pria itu mengalah. Dia segera mengambil tempat di samping Maureen. Sopir itu kemudian menatap mereka dari kaca tengah mobil. "Nah, saya jadi seneng liatnya jika sudah akur seperti ini," ucapnya.

Hembusan napas pasrah terdengar dari samping Maureen membuat gadis itu terkikik geli, kemudian bertanya. "Kakak Ipar mau kemana?"

Sean melirik Maureen sekilas dan menatap ke depan kembali. "Hotel Ayah," ucapnya.

Gadis itu mengangguk paham. "Hotel? Hotel tempat Devan bekerja? Serius?" cecarnya tak percaya.

Sean hanya berdeham sebagai jawaban dari pertanyaan itu.

"Demi apa, aku ketemu masa depanku yang cerah hari ini?!", pekik Maureen histeris. Gadis itu segera merapikan anak rambutnya yang sedikit berantakan.

1
YouTube: hofi_03
aku mampir thor 🥰 mampir juga yuk ke novelku judulnya Sahabatku Berkhianat
Cokies🐇
jangan galak" bang
Cokies🐇
kelakuan
El
loh kok berhenti mendadak
padahal aku udah sayang sama Sean 😭
El: wkwkwk
maaf yaa baru bisa mampir 🤗🤗🤗
Riri_awrite: hai kak El...
eh knp aku kangen ya sm kamu 😭
nanti mampir deh di karyamu biar ilang nih kangennya😭
total 2 replies
El
aku udah tegang padahal😭
El
si kampret
El
nah kan rasain
El
nanti nyesel
El
akan aku tunggu kebucinanmu Sean 🤨
El
gak Sean, gak Devan kelakuannya bikin pengen nonjok 😤
El
aku senang saat Sean menderitaaaa 🤣
El
hajar aja
hajarr aku dukung 😤
meilin
seru bgt ka..... semangat up nya
raazhr_
ada loh Van, kmu aja yg blum rasain😔
raazhr_
aku mampir kak, aku baca pelan-pelan ya ceritanya bgus auto ku save 😉🌷
raazhr_
waduh, Maureen are you gwenchana?🥺
raazhr_
to the point bgt ya Maureen🤣
〈⎳ FT. Zira
setangkai 🌹mendarat untukmu thor.. buruan update yaa
〈⎳ FT. Zira
mau ketawa takut dosa.. tpi aku gak tahan🤣🤣🤣
Silvi Aulia
ceritanya makin seru 🤗

aku mampir lagi nih bawa like and subscribe 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!