Evelyn, penulis webtoon yang tertutup dan kesepian, tiba-tiba terjebak dalam dunia ciptaannya sendiri yang berjudul Kesatria Cinta. Tapi alih-alih menjadi tokoh utama yang memesona, ia justru bangun sebagai Olivia, karakter pendukung yang dilupakan: gadis gemuk berbobot 90kg, berkacamata bulat, dan wajah penuh bintik.
Saat membuka mata, Olivia berdiri di atas atap sekolah dengan wajah berantakan, baju basah oleh susu, dan tatapan penuh ejekan dari siswa di bawah. Evelyn kini harus bertahan dalam naskahnya sendiri, menghindari tragedi yang ia tulis, dan mungkin… menemukan cinta yang bahkan tak pernah ia harapkan.
Apakah ia bisa mengubah akhir cerita sebagai Olivia? Atau justru terjebak dalam kisah yang ia ciptakan sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35.Menantang.
Owen berdiri tegak di depan meja Oliv, tubuhnya setengah menghalangi tatapan sinis kelompok Melisa. Suasana kelas langsung menegang. Beberapa siswa yang tadinya tertawa mulai saling melirik, menunggu apa yang akan terjadi.
"Ternyata perbuatan mu, yang menyebarkan berita bohong pada Oliv. "
Melisa menyandarkan tubuhnya ke kursi, menyilangkan tangan di dada. Tatapan matanya tajam, tapi bibirnya tersenyum tipis,senyum yang sama sekali tidak hangat.
"Owen kamu salah itu bukan aku. Kara yang melihat sendiri Oliv keluar dari agensi dengan sugar daddy nya" Bantah Melisa dengan wajah tidak bersalah.
Melisa pun memberikan kode pada Kara untuk mengiyakan yang ia ucapkan. "Benar, Owen!. Aku lihat sendiri ia keluar dengan cowok asing. "
Oliv hanya tersenyum, ia mencoba menahan tawanya karena mengira kalau Owen adalah sugar daddy nya.
Owen lalu mendekati Oliv, sambil berbisik ia berbicara pelan padanya. "Memangnya kamu keluar dari sana dengan cowok lain, bukankah itu aku. "
Jawab Oliv dengan suara pelan di telinganya. "Itu kamu, mereka maksud adalah kamu. Penyamaranmu berhasil menipu mereka! " Ucap Oliv sambil tersenyum.
Suara Oliv seperti hembusan angin yang mengelitiki telinganya, saat Oliv berbisik pada Owen. Reaksi Owen menjadi tegang, wajahnya memerah tersipu malu.
Melihat itu Melisa menjadi cemburu, karena Owen tidak pernah membiarkan wanita manapun mendekatinya. Tapi dengan Oliv, ia berbeda sikapnya.
"Wow," ujarnya dengan nada yang dibuat-buat kagum. "Owen, aku nggak tahu kamu punya hobi baru… jadi bodyguard pribadi Olivia,selalu saja kamu melindungi cewek pengoda ini?"
Owen melirik Melisa sebentar, tatapannya dingin. "Pengoda katamu!, bukankah gosip murahan itu kalian yang menyebarkannya."
Melisa tertawa kecil, tapi matanya menyala penuh api. "Gosip murahan? Hmm… menarik. Jadi kalau aku tanya langsung,apakah benar Oliv keluar dari Aura Talent Agency sama cowok aneh kemarin dan apa itu juga gosip murahan, ya?"
Owen mengerutkan dahi. "Apa urusanmu?"
"Urusanku?" Melisa berdiri, langkahnya pelan tapi penuh tekanan saat ia mendekat. "Urusanku adalah menjaga standar sekolah ini. Kita nggak butuh orang yang—" ia memandang Oliv dari ujung kepala hingga kaki—"… mencoba jadi sesuatu yang jelas-jelas di luar jangkauannya dengan fisiknya."
Oliv yang dari tadi diam,"mel, sudah berapa banyak kamu dan anggota mu itu menyebarkan gosip tentang aku, bukankah kalian yang menyuruh Leon dan teman-temannya untuk mengerjai ku?. "
Dengan gugup Melisa menjawabnya. "Apa..apa kamu punya bukti?," Melisa langsung mengangkat dagu. "Oh, jadi sekarang kamu berani, Liv? Karena ada Owen di sini?"
Owen melangkah maju, berdiri di antara mereka. "Melisa, cukup."
Melisa menatap Owen, kali ini suaranya lebih tajam. "Kenapa? Takut aku bilang yang sebenarnya? Atau… kamu takut aku bilang kalau kamu ini cuma bela dia karena ada sesuatu yang lebih?"
Kelas langsung riuh rendah. Beberapa siswa terkejut, sebagian lagi langsung menutup mulut menahan tawa.
Owen menatap Melisa dengan rahang mengeras. "Apa maksudmu?"
Melisa mendekat sedikit, hingga jarak mereka tinggal beberapa langkah. "Maksudku… semua orang bisa lihat cara kamu menatap dia, Wen. Dan kalau aku nggak salah, kamu nggak pernah peduli sama orang lain seperti itu,bahkan ke temanmu sendiri. Jadi apa? Kamu jatuh hati sama Olivia Morgan?"
Semua orang disana terdiam, begitu juga Oliv yang menatap Owen seakan menunggu jawaban dirinya.
Di luar kelas Luna yang melihat Leo dan Damian berlari tergesa-gesa, ia lalu menghentikannya.
"Ada apa ini?. "
"Lun, kami mau ke kelas Owen dan Oliv" Jawab Leo.
"Memangnya ada apa? " Tanya lagi Luna.
"Owen tadi berlari dengan wajah galaknya, jika tidak ada yang menghentikan nya aku takut ada masalah" Jawab Damian.
"Kalau begitu aku ikut kalian" Sahut Luna.
Akhirnya mereka bertiga bergegas pergi ke kelas mereka berdua, saat disana suasana makin panas. Damian yang berdiri di pintu kelas menghela napas panjang, sementara Leo hanya menggeleng pelan sedangkan Luna berdiri di belakang mereka melihat Melisa membuat masalah dengan Oliv.
Oliv yang terus menatap Owen, dan ia merasa kalau Melisa membuat gara-gara karena Owen perhatian dengan dirinya.
Lalu Oliv berjalan maju didepan Owen, ia berdiri diantara mereka berdua.
"Sepertinya kamu menyukai Owen? Benar bukan!. " Ucapnya sambil tersenyum.
Dengan gugup Melisa menjawabnya. "Sem..semua gadis disini mana yang tidak menyukai 3T, dan kami tidak suka kamu dan temanmu itu yang sok kecakepan selalu nempel dengan mereka. "
Para gadis disana membenarkan ucapan Melisa, Melisa mengatasnamakan penggemar mereka bertiga. Ia tidak berani mengatakan kalau ia menyukai Owen secara pribadi, melihat itu Oliv hanya tersenyum.
"Dasar pembohong!, yang aku lihat kamu menyukai Owen. "
Ucapan Oliv membuat Melisa terbungkam. "Kau.. "
"Kamu selalu bilang aku penggoda, sekarang kamu lihat bagaimana cara aku menggoda pria mu. "
Tatapan Owen langsung tertuju pada Oliv, dan mereka bertiga didepan pintu kelas mereka tidak berani mendekat.
"Aku harus bantu Oliv, mereka sudah keterlaluan" Ucap Luna yang mau berjalan menghampiri mereka.
Leo lalu menarik tangan Luna. "Jangan!, seperti nya mereka bisa mengatasinya. "
"Benar Lun, kita lihat saja aku yakin Owen bisa melindungi wanitanya. "
"Apa! " Ucap Luna yang terkejut.
Oliv menantang terang-terangan Melisa,kelas yang tadinya riuh mulai senyap lagi, semua mata kini terpaku pada Oliv yang berdiri hanya beberapa langkah dari Owen.
Tatapannya tajam, bibirnya melengkung membentuk senyum menantang, dan tanpa memperdulikan gumaman heran dari teman-teman sekelas, ia melangkah satu langkah lebih dekat.
“Owen,” ucapnya pelan, tapi cukup jelas terdengar oleh semua orang.
Owen mengerutkan kening, masih mencoba memahami maksud Oliv. “Apa—”
Sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, Oliv mengangkat tangannya, menaruhnya di dada Owen, dan dengan cepat menarik tubuhnya sedikit mendekat. Dalam satu gerakan tegas, ia mencondongkan tubuh dan menempelkan bibirnya pada bibir Owen.
Ruangan seperti membeku. Tidak ada yang bergerak, bahkan Melisa yang biasanya cepat melontarkan sindiran hanya bisa melotot dengan wajah memerah campuran marah dan terkejut.
Owen membeku sepersekian detik,otaknya belum memproses apa yang baru saja terjadi.Lalu refleksnya sedikit menegang, tapi Oliv tak memberi waktu. Ciuman itu bukan sekadar singgungan cepat yang cukup lama untuk membuat semua siswa di kelas itu tercengang, namun cukup singkat untuk meninggalkan tanda tanya besar di kepala semua orang.
Saat Oliv menarik diri, ia menatap Owen dengan mata berkilat, lalu menoleh ke arah Melisa yang wajahnya kini seperti mendidih.
“Begitu cara aku menggoda pria yang kamu suka,” katanya dengan senyum tipis penuh kemenangan.
Suara bisik-bisik mulai pecah di seluruh kelas.
Leo yang masih berdiri di pintu melirik Damian dengan alis terangkat tinggi. Damian hanya membalas dengan ekspresi “aku-nggak-nyangka” sementara Luna menutup mulutnya menahan teriakan kaget.
Melisa akhirnya bisa bersuara, suaranya bergetar menahan emosi. “Kau… kau—”
“Aku apa, Mel?” potong Oliv, nadanya santai namun menusuk.
Semua mata otomatis beralih ke Owen. Wajahnya merah padam,entah karena malu, marah, atau… sesuatu yang lain.
Melisa lalu mengangkat tangannya yang hendak memukul Oliv, dan Oliv tidak berkedip. Ia seakan menantang Melisa, tapi saat tangan Melisa mendekati Oliv.
Tiba-tiba saja Owen menangkap tangan Melisa. "Cukup hentikan! " Ucap tegasnya dengan wajah yang marah menatap Melisa.
Tangan Melisa lalu dihempaskan oleh Owen, dan Owen menggandeng tangan Oliv lalu menariknya keluar dari kelas mereka. Dan mereka bertiga yang tadi berdiri memberikan jalan pada mereka berdua, Owen terus menggandeng tangan Oliv tanpa bersuara dan Oliv hanya mengikutinya dari belakang.