Bagaimana rasanya jika dicintai guru pembimbing sendiri? Ya, itulah yang di rasakan oleh pemilik nama Sefanya Arkhava. Seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA bertubuh mungil dan berparas cantik itu aktif dalam sebuah club musik yang dimana ia sangat menyukai irama lagu.
Sefa merupakan salah satu murid dengan berbagai bakat yang di milikinya dipertemukan dengan seorang guru pembimbing yang mengajarinya dalam bermain musik.
Kalandra Ghiffari pria yang berhasil sukses di usia muda kini menjadi guru pembimbing club' musik di salah satu sekolah bergengsi di kotanya. Parasnya yang tampan berhasil memikat para kaum wanita di luar sana.
Lantas seperti apa kisah pertemuan Sefa dan Kalandra? Yuk simak terus dalam kisah Love Melody
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Suasana kantin seperti biasa penuh dengan siswa-siswi yang sedang mengisi perut nya, begitu juga dengan Sefa yang kebetulan ia belum sarapan dari pagi sampai di jam istirahat Sefa makan dengan cukup banyak hingga Rania yang berada di depannya melongo melihat temannya makan selahap itu.
"Aaahhh akhirnya kenyang." Ucap Sefa yang menaruh mangkuk dan mengusap perutnya.
"Kamu gak lagi kesambet kan?" Tanya Rania secara tiba-tiba dan membuat Sefa tertawa.
"Gila aja ya aku kesambet." Sahut Sefa di sisa tawa nya.
"Habisnya baru kali ini aku lihat kamu makan sebanyak itu, biasanya juga sedikit buat jaga bentuk tubuh ideal mu itu."
"Ohh lupakan itu sejenak, kali ini aku benar-benar lapar."
Selagi menunggu Rania menghabiskan makanannya, Sefa duduk bersandar di kursinya dan memainkan sebuah game di ponselnya. Itulah yang selalu Sefa lakukan ketika di waktu senggang jika tidak bermain piano.
Sampai seorang cowok datang dan membuat kehebohan di dalam kantin karena tidak biasanya cowok itu makan di kantin, mungkin selama 3 tahun ini untuk yang pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di kantin. Ya, siapa lagi jika bukan Arsen sang pangeran sekolah yang menjadi idola pada gadis, bukan hanya di sekolah tapi juga di luar sekolah.
Rania mengetuk meja tepat di depan Sefa untuk memberi sebuah kode namun gadis itu main sibuk dengan game di ponselnya. "Sefa!" Teriak Rania dengan sengaja memanggil nama temannya itu untuk mencuri perhatian Arsen. Benar saja, cowok itu langsung menghentikan langkahnya dan melirik ke arah Rania dan juga Sefa.
Terlihat Sefa yang sedang berdebat dengan temannya karena menurutnya Rania telah menganggu nya. Arsen menarik sudut bibirnya sedikit ketika melihat Sefa dari jarak yang tidak begitu jauh. Cowok itu melangkahkan kakinya menuju meja dimana Sefa dan Rania duduk di ikuti oleh kedua temannya yang selalu setia dengan Arsen atau bisa di bilang mereka sudah seperti asisten pribadinya.
"Boleh aku duduk disini?" Ucap Arsen yang menggegerkan sebuah kursi.
Dengan spontan Sefa dan Rania menoleh ke arah Arsen dengan ekspresi yang terkejut. Mata yang bulat serta mulut yang sedikit terbuka menjadikan kedua gadis itu terlihat aneh. Sefa dan Rania mengangguk bersamaan yang kemudian duduk kembali dengan tenang tanpa keributan.
Arsen meneliti pergelangan tangan Sefa namun ia tidak menemukan barang apapun yang melingkar di pergelangan tangan gadis itu.
"Kau tidak menyukainya?" Tanya Arsen yang menatap Sefa.
"Ya?" Lagi-lagi gadis itu di buat bingung olehnya.
"Buang saja jika tidak menyukainya." Ucap Arsen kembali yang hendak beranjak.
"Apa yang kau maksud gelang ini?" Sefa mengeluarkan gelang tadi dari dalam saku nya.
Arsen pun menoleh ke arah Sefa dan melihat gelang yang di berikan nya pagi tadi di tangan gadis itu. Ia hanya mengangguk pelan tanpa berkata apapun lagi.
"Jadi benar ini dari kamu?" Tanya Sefa.
"Woaahhh Daebak!" Rania mengacungkan kedua jempol nya ketika mengetahui barang berharga itu dari Arsen.
"Emm... Tapi untuk apa kau memberi ku ini?"
Arsen berjalan menghampiri kursi yang di duduki Sefa, ia membungkuk dari belakang Sefa seolah terlihat sedang mendekap gadis itu dari belakangnya. "Karena kau gadis yang berharga." Bisik Arsen yang kemudian pergi begitu saja. Sefa yang masih kaget di buatnya masih terdiam tidak berkedip bahkan detak jantungnya pun masih tidak beraturan seperti biasanya.
"Hello Sefa..." Rania melambaikan tangannya tepat di depan wajah Sefa.
Akhirnya ia pun tersadar dari hipnotis yang di berikan Arsen terhadapnya. Bukan benar hipnotis melainkan Sefa seperti terhipnotis di buatnya. Tanpa di sadari sepasang mata memperhatikannya sedari tadi dari sudut lain.
Tidak lama setelah itu, Sefa mendapatkan pesan yang di kirimkan oleh guru pembimbing nya yang tak lain adalah Kalandra. Pria yang sering di sapa Alan itu memberitahukan juka ada pelajaran tambahan kelas musik setelah pulang sekolah nanti.
Dengan semangat Sefa membalas pesan tersebut, pesan tersebut tertulis hanya di tujukan khusus pada anak klub musik, tidak terkecuali di luar itu. Sefa yang telah memakai gelang pemberian dari Arsen bergegas kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
Rasanya pelajaran kali ini berlaku begitu cepat entah karena terlalu semangat atau karena hal lainnya Sefa tidak terlalu memperdulikan semua itu yang pasti ia sudah tidak sabar untuk memainkan jari lentiknya di atas piano.
Selesai membereskan beberapa bukunya, Sefa bergegas ke ruangan musik dan meninggalkan Rania begitu saja. "Ckckck, dasar gadis aneh." Gumam Rania yang menggelengkan kepalanya sambil menatap punggung temannya itu yang perlahan menghilang.
Sesampainya di ruang musik Sefa tidak menemukan siapapun disana, pikirnya yang lain masih berada di kelas ia duduk di depan piano kesayangannya sambil menunggu yang lainnya datang. Namun setelah cukup lama Sefa menunggu, rasa kantuk nya datang begitu saja sampai ia tidak sengaja tertidur dengan kepala di atas piano.
Selang beberapa menit Alan sampai di ruang musik, langkahnya terhenti ketika ia sampai di ambang pintu dan melihat Sefa yang tertidur dengan pulas. Tidak tega untuk membangunkannya akhirnya Alan lebih memilih untuk membiarkannya dan menunggunya disana.
Dengan keisengan nya, Alan memutari tubuh Sefa dan melihat wajah nya dari berbagai sudut, tidak bisa di pungkiri Sefa benar-benar terlihat cantik di lihat dari sudut manapun. Matahari yang perlahan akan tenggelam menerobos masuk melewati jendela dan menyilaukan wajah Sefa yang masih terpejam.
Alan pun berinisiatif untuk membuka jas nya dan menggantungnya tepat di jendela tersebut hingga mampu menghalangi wajah Sefa dari sinar matahari tersebut.
Sudah cukup lama Alan menunggu akhirnya Sefa mengerjapkan matanya dan terbangun dari tidur lelapnya. Hal pertama yang ia lihat adalah sebuah jas yang tergantung di jendela dan menutupi sinarnya, tatapan Sefa langsung beralih pada salah satu meja di ruangan itu dan terlihat Alan yang sedang asik dengan buku nya.
"Pak Alan." Ucap Sefa.
"Kau sudah bangun?" Tanya Alan yang menutup bukunya dan melangkah ke arah Sefa.
"Hm, dimana yang lainnya? Apa mereka sudah pulang? Latihannya sudah selesai kah?" Beberapa pertanyaan Sefa ajukan.
"Panggilan aku kakak atau nama jika tidak ada orang lain di sekolah." Alih-alih menjawab pertanyaan Sefa Alan malah memberitahu Sefa untuk tidak memanggilnya dengan sebutan pak ketika tidak ada orang.
Lagi-lagi Sefa di buat bengong oleh nya karena jarak mereka cukuplah dekat untuk seorang guru dan murid, bahkan terlihat seperti orang yang sedang pacaran dan akan melakukan sebuah ciuman. Sefa menelan saliva nya dengan jantung kembali berdetak tidak beraturan.
"Suasana macam apa ini?" Gumam Sefa yang kemudian memegang dada nya guna untuk menenangkan debaran jantung nya.
***