Kisah bujang lapuk penjual celana kolor keliling yang memiliki kisah pahit bersama wanita, tiba tiba dihadapkan pada kejadian di mana dia harus menikahi tiga belas wanita secara bersama.
Kejadian apakah itu? Bagaimanakah ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Untuk Berlindung.
"Apa? Menikah?"
Sontak semua mata wanita itu menatap Jiwo dengan penuh tanya. Terbesit juga ada rasa takut pada hati mereka. Pastinya ini adalah tawaran aneh yang membuat mereka harus bersikap waspada.
"Saya juga nggak pernah kepikiran, ada ide seperti ini. Maka itu, saya tanya dulu pada anda semua?" ucap Jiwo. Kali ini dia mencoba tenang. Dia juga tidak mau dianggap pria brengsek yang hanya memanfaatkan keadaan mereka.
"Ceritakan pada kami, kenapa menikah?"
Sejenak Jiwo mengulas senyum. Kepalanya dia garuk meski tidak terasa gatal. Dia memikirkan rangkaian kata yang tepat untuk menjelaskannya. Hingga akhirnya dia bisa menyampaikan alasan kenapa memilih jalan menikah.
Semua wanita yang menatap Jiwo, tak satupun yang mencela ucapan pria itu. Bahkan mereka mencerna dan membenarkan kalau dipengungsian mereka sangat kesusahan, tanpa penghasilan dan tidak bisa melakukan apapun karena pergerakan mereka terbatas. Jiwo juga menceritakan tujuan menikahi mereka. Semua wanita itu nampaknya mengerti dengan apa yang Jiwo katakan
"Apa anda akan menikahi kami semua, atau kami akan di bagi-bagi dengan pria lain? Kalau kita dibagi-bagi dan terpisah, kami tidak setuju."
"Apa kalian ingin aku yang menikahi kalian semua?" Jiwo bertanya dengan debaran dada yang semakin kencang menggema.
"Kami akan berunding dulu baiknya bagaimana, bukankah menikah bukan sesuatu yang main-main?"
"Baiklah, silakan kalian berunding. Kalau begitu saya tinggal dulu," Jiwo pun beranjak menuju kamarnnya buat istirahat.
"Apa aku sudah gila!" pekik Jiwo sambil menatap atap kamarnya. Sebaik-baiknya pria, tetap saja ada pikiran liarnya. Begitu juga Jiwo. Bahkan pikiranya sudah berkelana hingga cara melakukan malam pertamanya. Jiwo terkekeh sendiri membayangkan malam pertama bersama tiga belas wanita. Astaga!
Karena di rumahnya sedang ada tamu, Emak pergi ke warung untuk membeli cemilan serta telur buat lauk. Untuk beras, masih ada persediaan. Begitu juga dengan sayur. Ayam di rumah sedang tidak bertelur, jadi Emak terpaksa beli telur di warung.
"Mak, kok di rumah Emak tadi aku lihat kayak lagi banyak orang? Emak ada acara?" tanya seorang ibu yang baru datang di warung yang sama dengan Emak.
"Itu orang asing yang kebetulan nyasar kesini."
"Orang asing Mak? maksudnya, Mak?"
Emak lantas bercerita kepada tiga ibu yang ada disana termasuk pemilik warung juga. Emak menceritakan sama persis dengan apa yang Jiwo katakan.
"Astaga! Kasian banget mereka, Mak."
"Ya begitulah, aku aja sampe nangis waktu Jiwo cerita. Makanya Jiwo minta ijin sama Pak Rt agar mereka bisa nginep di rumah semalam."
"Loh, kalau semalam saja, terus besok mereka nasibnya gimana, Mak?"
"Itu dia, Makanya Pak rt nyaranin Jiwo buat nikahin mereka semua."
"Apa!" pekik semua ibu yang ada disana.
"Nggak nyangka kan? Emak juga nggak nyangka. Tapi saat mendengar alasan dan tujuannya,memang masuk akal sih."
"Emang apa tujuannya, Mak?"
Emak kembali menceritakan semuanya secara rinci. Semua ibu yang ada disana nampak manggut-manggut. Bahkan ada yang membenarkan alasan dari Pak rt. Mungkin mereka juga pernah dengar berita tentang pengungsi negara konflik.
"Ya kalau mereka semua mau dan Jiwo sanggup menafkahi mereka ya mending dilaksanakan, Mak. Apapun akhirnya nanti, kita nggak tahu."
"Benar, Mak. Kali aja salah satu dari mereka ada jodohnya Jiwo juga."
"Jiwo juga sekarang sedang berunding sama mereka. oh iya. Kalian punya pakaian bekas nggak? Kasian mereka. Nggak ada pakaian ganti."
"Astaga! Setragis itu, Mak?" Emak mengangguk.
"Aku ada, Mak. Nanti aku coba bawain."
"Aku juga, Mak."
"Kita sekalian aja minta ibu ibu yang lain dan bilang sama Bu rt sekalian, gimana?"
"Setuju!"
Senyum Emak pun terkembang. Dia bersyukur mempunyai tetangga yang pada baik dan peduli sesama. Meskipun kadang ada yang julid, tapi ya namanya sifat manusia memang banyak macamnya.
Emak dan Ibu ibu yang lain pun membubarkan diri. Mereka sangat antusias untuk membantu Emak secara suka rela. Hingga petang menjelang, hampir semua tetangga berdatangan ke rumah Jiwo untuk memberi bantuan.
Jiwo yang memang sudah dikasih tahu tentang hal ini, lantas mengucapkan terima kasih kepada para tetangga. Begitu juga para pengungsi itu. Mereka sungguh terharu atas kebaikan yang mereka terima. Meskipun hanya pakaian bekas, mereka sangat bersyukur, karena mereka memang sangat membutuhkannya.
Bukan hanya pakaian yang mereka dapat. ada juga warga yang memberi beberapa jenis sembako, sandal jepit, bahkan pakaian khusus wanita serta pembalut dan peralatan mandi.
Jiwo, Emak dan para pengungsi merapikan barang barang yang mereka dapat. Rasa bahagia, sungguh terpancar di raut wajah para pengungsi itu.
"Mister."
"Iya."
"Kami telah sepakat, kami semua siap dinikahi oleh anda, mister."
Awalnya Jiwo merasa syok, tapi tak lama kemudian senyumnya terkembang. "Baiklah."
yach.. namanya juga fantasi/Smug/