Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.
Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.
Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?
Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?
Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 JANGAN PERGI
Dara menyajikan makan malam di meja seperti biasanya ketika Tuan besar Danuar tiba di ruangan itu.
"Nak, Win mana? Tidak turun makan?" Tanya Tuan Danuar.
"Sepertinya tidak, pa." Jawab Dara dengan volume rendah, sedikit bimbang.
"Ini sudah jam berapa?" Tuan Danuar duduk di kursi lalu duduk menghadap piringnya.
"Hampir jam delapan" jawab Dara sambil menyendok nasi ke piring Tuan Danuar.
"Dia belum pulang?" Mertuanya itu bertanya lagi.
"Belum." sambil membuka semua tutup saji porselen di atas meja.
"Dia pulang lebih awal tadi sore setelah meeting dengan beberapa klien, aku kira di langsung pulang." Lanjutnya.
Lalu setelah mengucap sebuah do'a pendek seperti biasanya, tuan Danuar mulai makan.
"Nak, tolong kasih tahu Win kalau besok pagi papa harus berangkat ke Surabaya, cek pabrik di sana. Minta tolong Win urus dokumen yang baru sampai kemarin, papa titip dengan Tris di kantor." Kalimat permintaan itu terdengar dari ayah mertuanya itu yang sama sekali tak menyadari jika Windu betul-betul tidak suka dengan Dara sekarang, sejak pernikahan mereka.
Dara menganggukkan kepalanya kepada Tuan Danuar. Meskipun hatinya enggan bertemu Windu.
Sampai acara makan malam itu selesai, Windu tidak muncul. Bahkan sampai Tuan Danuar meninggalkan ruang makan, untuk kembali ke kamarnya beristirahat.
Dara membereskan meja makan di bantu oleh mbak Parmi, pikirannya melayang kemana-mana. Dia memikirkan sikap Windu padanya, yang semakin menunjukkan arogansinya.
"Nyonya muda, Tuan Muda Windu belum pulang?" tanya mbak Parmi hati-hati.
Dara menggelengkan kepalanya dan berbalik kepada mbak Parmi, wajahnya yang tanpa riasan itu terlihat cekung.
"Mbak Parmi, tolong bereskan meja. Aku akan memeriksa pakaian tuan muda untuk di kenakannya besok pagi." Dara meninggalkan ruang makan itu dengan langkah ringan menuju lantai atas. Dia akan memeriksa semua kebutuhan Windu, Dara tahu benar mengurus tuan muda itu sampai sedetilnya, karena nyonya Danuar telah menyerahkan semua tanggungjawab itu sejak dia di bawa oleh ibunya bertahun-tahun yang lalu.
"Aku akan menyiapkan malam ini, sebelum dia datang. Jadi aku tidak perlu menyiapkan besok pagi, setidaknya aku tidak perlu bertemu dengannya." Dara membathin.
Pintu kamar itu memang tak pernah di kunci, Dara masuk ke dalam ruangan besar itu dengan hati-hati.
Ruang kamar yang tak berpenghuni itu terasa lengang.
Kamar besar milik Windu itu tampak sedikit acak-acakan, sangat terkesan di tinggalkan begitu saja oleh pemiliknya saat pergi.
Memungut beberapa barang yang berserakan. Merapikan sepray tempat tidur, memastikan sudah di gantikan yang baru oleh pelayan.
Setengah jam kemudian, ruangan besar itu terlihat rapih. Dara menatapnya dengan puas.
Terakhir, dia menuju ruang wardrobe dengan conekting door di sebelah pintu menuju kamar mandi, ada beberapa pakaian yang baru di antar dari binatu, Dara menggantungnya di tempat-tempat sesuai lemari kategori baju.
Dalam lemari sepatu yang panjang bersusun itu, dia sudah memeriksanya. Tak ada yang perlu di cemaskan, Windu hanya perlu mengambil barang mana yang di perlukan, dan memakainya.
Sekarang dia hanya perlu memikirkan cara untuk menyampaikan pesan papa kepada Windu, mungkin dia hanya akan mengirimkan pesan lewat WA saja.
Dara menghela nafasnya, memang hanya itu ide yang memungkinkan. karena untuk berbicara dengan Windu, dia merasa masih sulit. Melihat wajah Windu saja rasanya dia harus mengumpulkan nyali.
Kemudian, dengan hati-hati dia menutup pintu kamar wardrobe itu, berfikir segera kembali dan turun ke kamarnya di bawah.
Tapi, sesaat kemudian matanya terpana, tak berkedip. Berdiri dengan tegang.
Di depannya berdiri Windu, dengan kemeja tadi pagi dan penampilan keseluruhan yang sedikit acak-acakan. Matanya merah, sangat merah. Tatapannya sayu, ke arah Dara, sedikit terkejut melihat kehadiran gadis itu.
"Aku...aku...aku akan keluar segera..." Dara berucap dengan suara gemetar.
Menundukkan wajah, membalikkan badan dan bersiap pergi, ketika lengannya di cengkeram oleh Windu.
"Aku merindukanmu..." Suara itu terdengar parau, disertai dengan bau alkohol yang segera menguar dari mulutnya.
"Aku sungguh sangat merindukanmu." Tubuh tegap itu memeluknya dengan erat dari belakang. Kepalanya menyusup di leher Dara dengan dengus nafas yang tak beraturan, Sebuah ciuman mendarat di tengkuknya, yang tak terlindung, karena memang rambut Dara pendek sebatas leher.
"Sayang, jangan pergi lagi." Bulu-bulu halus itu menggesek kulit Dara, membuatnya meremang seketika.
Pelukan ini, andai dari seorang suami yang mencintainya, maka dia akan dengan suka rela berlabuh di sana.
"Aku harus pergi..." Dara berusaha melepaskan dekapan Windu, dadanya bergemuruh tak karuan.
Bau alkohol yang keras itu membuatnya sedikit pusing, tapi Windu sama sekali tidak ingin melepaskannya. Dekapannya makin erat. Seolah dia benar-benar ingin meremukkan badan ramping gadis dalam pelukannya itu.
"Jangan Pergi..." Windu memeluk tubuh Dara, kedua jemarinya perlahan naik, dari punggung sampai rambut Dara.
"Jangan pergi, temani aku malam ini." Windu berbisik serak, bibirnya dengan perlahan menggelayar, menyusuri belakang telinga Dara, kemudian di seret lembut menuju pipi dan berakhir di bibir Dara yang tipis merona itu.
Ciuman itu tak terelakkan, begitu liar tapi terasa aneh namun nyaman, tubuh Dara melengkung menegang, separuh hatinya menolak tapi separuh lagi tiba-tiba menginginkannya.
Windu tidak sekasar malam pengantin mereka, cumbuan itu terasa bern*fsu memang tapi di sertai perasaan.
Sikap kasar Windu tadi pagi terasa seperti tak berbekas, sekarang dia seolah sangat menginginkan Dara.
Dara memang masih menyimpan trauma dari kejadian di malam pertama yang tragis itu tapi untuk memberontak pada Windu rasanya sulit, di banding tubuh suaminya itu, perawakan Dara jauh lebih kecil dan ramping.
"Aku...aku harus pergi sekarang..." Dara mendorong tubuh Windu, tapi pelukan itu benar-benar erat.
"Aku..."
Tiba-tiba bibir Windu melekat pada bibir Dara, hembusan nafas Windu terasa panas mengenai kulit wajah Dara.
Dara hanya membeliak menatap wajah Windu, sementara laki-laki yang sedang mencium bibirnya seolah sangat menikmati ciuman itu dengan mata terpejam.
Ciuman Windu, terasa lebih hangat, lembut. Dia mencium Dara dengan penuh perasaan.
"Kumohon, jangan pergi..." Bisiknya serak, bersamaan dengan bau alkohol lamat-lamat yang sampai ke hidung Dara.
Windu pulang dalam keadaan mabuk lagi, tapi entah kenapa malam ini perlakuannya lebih lembut kepada Dara.
Dara terpekur menegang dalam pelukan Windu, bahkan menjadi pasrah saat Windu mendorong halus dirinya ke atas tempat tidur.
Windu menindih tubuh Dara dan mencumb*nya, sekarang Dara merasa hampir terhanyut, Windu melakukannya dengan penuh kemanusiaan. Tak lagi kasar seperti saat dia mengklaim malam pertamanya bersama Dara.
Dara yang polos, merasa hampir tak percaya dengan perlakuan Windu yang berubah seratus delapan puluh derajat itu, meskipun tanpa memberi respon tapi Dara mulai menikmatinya, dadanya bergetar, darahnya mengalir lebih deras.
Dia pasrah saat Windu satu persatu semua pakaiannya, menyusuri tubuhnya dengan ciumannya yang basah dan bergairah. Des*han Windu membuat tubuhnya meremang, memejam mata, seolah dia adalah pengantin yang sedang menikmati malamnya.
Saat ini Dara tak punya kekuatan apa-apa, meskipun sesungguhnya dia bisa menolaknya tapi hatinya yang menyukai Windu membantah untuk berontak. Bahkan sejenak melupakan bagaimana Windu sebenarnya sangat membencinya.
...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...
...I love you all❤️...
Terimakasih
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏