Anisa dan Yusuf pasangan suami istri yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Ekonomi cukup, tiga orang anak dan mertua yang tidak ikut campur. Namun, ujian datang dari mantan kekasih Anisa dan mantan istri Yusuf. Kehadiran mantan istri Yusuf juga telah membuat ibu mertua Anisa membencinya. Seiring berjalannya waktu, Yusuf tidak bisa menolak kehadiran mantan istrinya untuk kembali. Hingga memutuskan setuju untuk menikah siri, tapi Yusuf merahasiakan pernikahannya dari Anisa. Lalu bagaimana Anisa dengan mantan kekasihnya yang juga ingin bersamanya, akankah berhasil ? Apakah pernikahan Yusuf dan Anisa akan berakhir atau malah akan semakin kuat ? Yuk baca, like, komen dan share ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
KEESOKAN HARI
DI RESTORAN BUBUR AYAM
Anisa datang lebih dulu dan duduk di salah satu kursi. Mengeluarkan hp dari dalam tasnya dan memainkannya untuk mengisi waktu menunggu. Tidak lama kemudian Arka datang dan langsung duduk di depan Anisa.
"Aku sangat bahagia ketika kamu mengirim pesan kemarin. Katakan apa yang ingin kamu bicarakan." Arka memandang Anisa sambil melipat tangannya di atas meja.
"Ka, aku ingin kerjasama denganmu." Anisa menghentikan perkataannya karena tiba-tiba merasa ragu dengan apa yang sedang dilakukannya.
"Kerjasama apa sayang? Buka toko baru?"
"Iya, jujur aku ga bisa menutup toko itu begitu saja. Aku ga tega sama karyawanku, aku mau berjuang sekali lagi," ungkap Anisa.
"Aku pasti membantumu, tapi aku ga mau kamu jaga jarak denganku. Maksudnya kita akan lebih sering bertemu setelah ini."
"Iya, aku tau soal itu, tapi aku mau menggunakan nama toko yang baru. Tapi aku belum punya gambaran yang tepat untuk tokoku yang baru nanti."
"Nanti kamu tunjuk aja satu orang temen atau saudaramu, nama dia yang akan kita gunakan untuk tokomu nanti."
"Iya, tapi siapa ya," ucap Anisa menggigit bibir bawahnya dan mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja.
"Terserah!!"
Pesanan Arka datang dan ia menyuruh Anisa makan terlebih dahulu. Setelah selesai melahap buburnya, Anisa punya ide untuk menggunakan salah satu nama teman sekolahnya dulu. Dan Arka menyetujui usulan Anisa.
Setelah selesai berdiskusi soal pemindahan toko rotinya, Anisa segera pulang ke rumahnya. Sampai di rumah Anisa memarkir mobilnya dan segera masuk. Saat Anisa masih berdiri di depan pintu, salah satu art-nya mendekatinya.
"Mbak, tadi mas Yusuf pesan ke saya. Kalau Mbak Anisa sudah pulang di suruh nyusul ke kantornya."
"Iya Mel, aku telfon dia dulu." Anisa mengeluarkan hpnya dari tas dan menelfon suaminya.
"Ada apa, Mas?"
"Kamu kesini sekarang."
"Ada apa? Kalau ga ada yang penting aku di rumah aja sama Hana."
"Anisa, kamu bisa nggak nurut aja. Ga usah bantah terus."
"Kantormu itu cukup jauh, Mas, aku capek kalau harus kesana. Lagian kenapa ga bilang dari tadi pagi kalau aku harus ikut kamu ke kantor." Anisa merasa kesal.
"Tadi pagi kamu kan buru-buru pergi. Trus tak telfon juga ga kamu angkat. Kemana kamu sebenarnya?"
Anisa gemetar mendengar suara suaminya yang sedikit meninggi. Karena bingung untuk menjawabnya, dengan berat hati akhirnya Anisa menuruti keinginan sang suami. Segera membuka suara sebelum Yusuf kembali bertanya padanya.
"Oke, aku kesana sekarang."
"Ya, tak tunggu!"
Anisa memutus sambungan telfonnya, bergegas ke kantor Yusuf. Di tengah perjalanan hpnya berbunyi dan melihat nama Arka di layar hpnya. Buru-buru Anisa mengangkat telfonnya menggunakan headset.
"Halo, ada apa, Ka?"
"Aku udah dapet tempatnya, kamu bisa lihat sekarang? Aku share lok ya."
"Aduh, aku ga bisa sekarang, Ka. Suamiku minta ketemu sekarang, besok aja ya. Aku takut dia curiga kalau aku ga segera sampai."
"Duh, padahal ada beberapa opsi buat pertimbangan nanti. Tapi ya sudah gapapa, aku share lok besok aja. Nanti kamu kabarin aku bisa datang jam berapa."
"Iya, aku janji besok datang. Udah dulu ya. Bye."
"Bye."
Anisa sampai di kantor Yusuf, keluar dari mobilnya dan segera ke ruang kerja suaminya. Di perjalanan Anisa di sapa oleh beberapa karyawan pabrik dan staff kantor. Sampai di depan pintu ruangan Yusuf, Anisa menarik napas dan menghembuskan napasnya perlahan.
ceklek
"Akhirnya sampai juga," sapa Yusuf tersenyum manis.
"Ada apa sayang?" tanya Anisa.
Yusuf menghampiri Anisa dan menggenggam tangannya. Membelai lembut kepalanya, mengajaknya duduk di sofa, setelah itu Yusuf memperlihatkan beberapa destinasi wisata pada sang istri. Anisa tertegun melihat berbagai foto tempat wisata yang di tunjukkan suaminya.
"Apa ini?" Anisa menggeser-geser spot-spot foto pemandangan indah dan gemerlapnya kota-kota besar dunia dari laptop suaminya.
"Aku mau kita liburan ke tempat itu."
"Kapan?"
"Malam ini kita berkemas, besok ada penerbangan pagi."
"Emm, aku ga bisa sayang. Untuk apa kita liburan? Aku juga udah memutuskan mau menutup saja tokoku. Jadi sekarang aku ga akan pusing mikirin toko lagi."
Yusuf menghela napas panjang, di satu sisi dia bahagia istrinya tidak akan lagi bersinggungan dengan Kania. Disisi lain kecewa karena batal bulan madu kedua. Dengan berat hati Yusuf menuruti keputusan istrinya.
"Gapapa, kan? Aku besok mau urus penutupannya. Dan sekarang maunya di rumah sama anak-anak. Trus nungguin kamu pulang deh... Hehe."
"Huft... padahal tadi aku udah bayangin kita jalan kemana aja, trus makan apa aja... eh, taunya kamu punya rencana sendiri. Tapi gapapa, yang penting kamu nggak banyak melamun kaya kemarin-kemarin."
"Maaf ya, Mas...."
"Iya, gapapa...." Yusuf tersenyum sambil memeluk istrinya dan juga mengecup keningnya.
DI RUMAH KELUARGA PAK HASAN
Pak Hasan baru saja pulang dari luar negeri. Keluar dari taksi online dan langsung membuka pintu rumahnya. Tidak ada tanda-tanda suara istrinya, Pak Hasan melangkahkan kakinya ke kamar. Saat masuk Bu Evelyn sedang duduk termangu di atas sofa.
"Ada apa kog melamun?" tanya Pak Hasan.
"Aku pusing Pa...."
"Ada apa lagi?" Pak Hasan duduk di samping Bu Evelyn.
"Yunus sepertinya berusaha mendekati Anisa."
"Ahh... Tidak mungkin, dia sendiri yang merestui hubungan Yusuf dan Anisa. Jangan buruk sangka gitu sama anakmu sendiri, sayang."
"Bukan buruk sangka, tapi aku udah tanya-tanya sama orang di sekitar toko rotinya Anisa, trus aku juga tanya sama karyawannya di cafe. Mereka bilang Yunus sering datang ke toko dan bawa Hana ke cafe."
"Dia pasti cuma mau main sama keponakannya. Kenapa kamu mikirnya malah ke Mamanya? Yunus kan belum punya anak, apalagi vonis dari dokter bilang Rahma bakal sulit punya anak setelah keguguran kemarin. Papa ga merasa ada yang aneh."
"Tapi kamu ga lupa kan tentang perasaan dan hubungan Yunus dan Anisa sebelum Yusuf menikahi Anisa?"
"Mana mungkin Papa lupa Ma, tapi kita jangan berpikir negatif dong. Papa yakin mereka bisa menjaga satu sama lain. Mama ga perlu mikir sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi."
"Tapi kejadian seperti ini banyak terjadi Pa, dua bersaudara menyukai satu orang yang sama. Dan akhirnya kedua saudara ini bermusuhan, Papa tau sendiri Yusuf dan Yunus itu baru saja baikan. Mama takut mereka musuhan lagi gara-gara Anisa."
"Nggak Ma, itu ga akan terjadi. Percaya sama papa." Pak Hasan mengelus punggung Bu Evelyn supaya lebih tenang.
Percakapan keduanya terdengar samar-samar oleh Rahma dari balik pintu kamar, meskipun tidak mendengar secara utuh, tapi ia paham dengan inti percakapan mertuanya. Rahma menitikkan airmata dan segera mengusapnya sendiri.
"Jadi mas Yunus itu punya perasaan ke mbak Anisa. Pantes aja aku merasa janggal waktu melihat dia khawatir dan perhatian ke mbak Anisa," batin Rahma.
Rahma pergi menyusul Yunus di kamar untuk bertanya. Namun, saat itu Yunus ternyata sedang tertidur. Lalu Rahma duduk termenung menatap suaminya, membelai lembut kepalanya dan membuatnya terbangun.
"Rahma," ucap Yunus dengan suara parau. Lalu ia duduk dan mengucek matanya.
"Ma-maaf, Mas. Aku udah buat kamu bangun," jawab Rahma terbata.
"Kamu hari ini ada acara kemana?"
"Emm... ga ada." Rahma menggelengkan kepalanya.
"Ikut aku ke cafe, ini hari Sabtu biasanya ramai. Kita bantu-bantu disana."
"Oke, aku siap-siap dulu."
Beberapa menit kemudian Yunus dan Rahma berangkat ke Cafe. Setelah mobil Yunus meninggalkan halaman rumah Pak Hasan, sebuah mobil warna merah masuk. Seorang wanita keluar dari dalam mobil dan melangkah menuju teras rumah. Berdiri di depan pintu, mengibaskan rambutnya, memakai kacamata dan memencet bel rumah.