NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Takdir

Bukan Sekedar Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: xzava

Aku tak pernah percaya pada cinta pandangan pertama, apalagi dari arah yang tidak kusadari.
Tapi ketika seseorang berjuang mendekatiku dengan cara yang tidak biasa, dunia mulai berubah.
Tatapan yang dulu tak kuingat, kini hadir dalam bentuk perjuangan yang nyaris mustahil untuk diabaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Mereka berlima duduk di kursi masing-masing, wajah letih namun tersenyum puas. Ruangan yang biasanya dipenuhi diskusi dan tumpukan buku tugas anak-anak, kini terasa lebih lapang dan tenang.

"Akhirnya PKL selesai juga," celetuk Rizki penuh semangat sambil meregangkan tangan.

"OTW skripsi cuy," sahut Aldin dengan gaya sok gagah.

"Ya elah, ngapain sih lo bawa-bawa skripsi," gerutu Yura sambil menekuk alis malas.

"Jangan gitu Din," sela Febi. "Baru juga kelar PKL... eh belum, laporan belum broh!"

"Nanti malam kita garap bareng yuk. Biar cepat kelar sekalian," ajak Hana dengan nada optimis.

"Padahal gue baru mau ngajakin nonton Suster Gunting," sahut Febi sambil nyengir jahil.

Seisi ruangan langsung tertawa. Film horor lokal itu semalam sempat mereka tonton, tapi tidak sampai selesai karena mereka harus tidur.

"Hari ini semua pulang cepat kan?" tanya Yura sambil melirik jam di dinding.

"Iya, kata Bu Tina, tadi guru-guru juga udah ada yang pulang duluan," jawab Aldin.

"Terus, besok kita gimana? Ada tugas ngawasin UAS nggak?" tanya Febi, memastikan.

"Gak ada info." Aldin menggeleng pelan. "Kita fokus nyelesain laporan aja."

Semua mengangguk paham. Rasa lega makin terasa.

"Yaudah, yuk beresin ruangan. Ini udah bukan ‘markas’ kita lagi," ucap Hana sambil berdiri.

Tanpa dikomando lagi, mereka semua langsung bergerak. Ada yang menyapu, merapikan kertas, mengelap meja, dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Suasana hening sesekali diisi canda ringan dan tawa kecil.

Setelah ruangan bersih dan rapi, mereka berdiri sejenak menatap sekeliling, tempat yang selama beberapa bulan terakhir jadi saksi perjuangan, tawa, panik, dan ngantuk berjamaah.

"Rasanya cepet banget ya," gumam Hana pelan.

"Iya. Padahal awal-awal kita kayak mau kabur tiap pagi," celetuk Yura sambil tertawa kecil.

"Itu sih lo, gue mah gak," timpal Rizki.

Mereka keluar dari ruangan dengan langkah ringan. Jalanan menuju parkiran sekolah tampak lengang. Anak-anak sudah dipulangkan tak lama setelah dosen mereka meninggalkan sekolah, karena hari itu mereka hanya datang untuk mengambil jadwal ujian.

"Mobil siapa tadi yang kita pakai ya?" tanya Febi sambil mengerutkan dahi.

"Mobil gue lah," jawab Aldin santai, sambil mengangkat kunci mobilnya seperti trofi.

"Oh iya ya. Sini," ucap Febi langsung merampas kunci dari tangan Aldin dengan cepat.

"Gue ikut mobil lo ya," kata Hana sambil melangkah santai ke arah mobil Aldin.

"Woy, Han! Enak aja lo ninggalin gue sendirian! Sini lo!" seru Rizki dari belakang.

Hana menoleh dengan wajah malas. "Males banget."

Meski begitu, ia tetap berbalik arah dan berjalan ke mobil Rizki dengan langkah dramatis seperti pemain sinetron. Yang lain hanya tergelak melihat ‘drama’ kecil itu.

Mobil pun melaju meninggalkan sekolah dengan pelan. Di dalam mobil itu, seolah mereka tidak punya tekanan. Hanya suara tawa, gurauan receh, dan playlist nostalgia tahun 2000-an yang menggema.

Sesampainya di rumah Yura, mereka langsung duduk selonjoran di lantai seperti habis ikut maraton.

"Capek banget napak tanah, pengen melayang aja rasanya," ucap Yura sambil merebahkan diri di lantai, seolah menyerah pada gravitasi.

"Sama." celetuk Hana.

Tiba-tiba ponsel Yura bergetar di dalam tas. Ia meraihnya dengan mata setengah merem. Begitu melihat layar, ia mendadak duduk tegak.

"ASTAGA!?" serunya panik.

"Kenapa?" tanya Hana yang duduk di sebelahnya.

"HP siapa ini?!" Yura menunjuk layar yang menampilkan nama pemanggil.

Febi langsung mendekat dan membaca, "Suami?"

Seketika semua mata menatap Yura penuh kecurigaan.

"Yura, lo nyembunyiin sesuatu dari kami?" goda Aldin.

"Serius, ini HP gue, tapi… gue gak pernah simpan kontak nama 'suami'," kata Yura dengan ekspresi campur aduk antara bingung dan horor.

Hana menyenggol lengan Yura. "Itu kak Ardhan kali. Kan lo kemarin pinjemin HP ke dia."

"Astaga… iya ya?" Yura menatap layar seolah bisa dapat jawaban dari situ.

"Ngapain juga dinamain 'suami'? Siapa yang ngedit kontak gue?!" Yura memelototi teman-temannya satu per satu, terutama Rizki.

"Jangan lihat gue, HP lo aja gue gak hapal PIN-nya," kata Rizki sambil ngunyah keripik.

"Eh, jangan-jangan lo yang ngedit, Feb?" tuduh Yura ke Febi.

"Ampun! Sumpah bukan gue. Tapi… lucu sih," Febi ngakak sampai nyaris jatuh.

Akhirnya mereka semua tertawa bareng, diiringi suara ponsel Yura yang masih berdering.

"Jawab gak nih?" tanya Yura.

"Jawab aja, bilang aja dari istri kedua," celetuk Hana.

Semua kembali tertawa mendengar celetukan Hana.

Yura segera menjauh dari teman-temannya dan mencari sudut yang agak sepi. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab panggilan itu.

"Halo..."

Tak ada suara. Hening. “Halo…?” ulangnya lagi, sedikit ragu.

"Siapa?" tanyanya, mencoba memancing.

Lalu terdengar suara lembut yang sangat dikenalnya, “Sayang…”

Yura spontan tersenyum kecil. Suara itu, tak salah lagi, Ardhan.

“Hmm, kenapa?” tanyanya pelan, suaranya melunak.

“Udah di rumah?” tanya Ardhan.

“Baru nyampe. Kenapa?” Yura mulai merasa ada sesuatu.

“Bisa tolongin gak?” ucap Ardhan, terdengar agak hati-hati.

“Apa?” Yura langsung siaga.

“Hari ini Rani mau ke rumah…”

Yura langsung menyipitkan mata, “Rani siapa?”

“Sepupu gue itu, yang hamil. Ingat kan?” jawab Ardhan santai.

“Dan lo nyuruh gue temenin dia?” Nada Yura mulai naik, jelas tidak nyaman.

“Sayang…” Ardhan menghela napas. “Gue belum kelar ngomong. Bisa dengerin dulu gak?”

Yura diam, menahan diri.

“Aku gak nyaman kalau dia datang sendiri ke rumah. Makanya lo dateng… Biar dia gak betah, biar cepat pulang,” jelas Ardhan.

Yura mencibir pelan, tapi suaranya menurun, “Gila sih alasannya, tapi masuk akal juga…”

“Teman-teman gue masih di sini. Masa gue tinggal?” ucap Yura, setengah menolak.

“Ajak aja sekalian. Biar rame,” ucap Ardhan.

Yura mendesah, setengah sebal, setengah geli.

“Kapan?”

“Jam tiga ya. Gue masih di kantor juga, bentar lagi balik,” kata Ardhan, suaranya mulai terdengar senang.

“Ya udah. Sekalian siapin camilan, buat tuh anak berempat, biar anteng.” ujar Yura akhirnya pasrah.

“Siap, di rumah banyak, see you sayang.”

Yura diam. Lalu mematikan telepon begitu saja.

Yura kembali bergabung dengan teman-temannya di ruang tengah.

"Eh..." sapanya, membuat keempat temannya langsung menoleh bersamaan. “Kak Ardhan ngajak kita ke rumahnya jam tiga.”

“Ngapain?” tanya Aldin, curiga.

“Katanya sepupunya yang lagi hamil mau datang, dan... biar gak betah, dia ngajak kita datang juga.” Yura menjelaskan dengan nada datar.

“Lho, kok kita yang disuruh bikin orang gak betah?” celetuk Hana, mengernyitkan dahi.

“Lo aja lah,” tolak Febi sambil mengangkat tangan malas.

“Ada cemilan banyak,” ucap Yura cepat, menoleh ke Febi dengan ekspresi menggoda.

Febi langsung berubah ekspresi, “Oke gue ikut!” serunya dengan mata berbinar.

“Gue juga,” sahut Rizki cepat sambil tertawa.

Aldin geleng-geleng kepala sambil nyeletuk, “Tukang makan mah, disogok biskuit juga langsung acc.”

Semua pun tertawa mendengarnya.

“Yaudah, kita siap-siap aja sekarang,” ucap Hana sambil bangkit berdiri.

“Otw rumah calon kak ipar!” seru Rizki sok semangat, membuat Yura langsung melempar bantal kecil ke arahnya.

“Woy, belum tentu!” protes Yura sambil tertawa.

Suasana pun kembali ramai dan penuh canda, seperti biasa saat mereka bersama.

1
Blue Zia
ceritanya seru dan ringan. cocok untuk ngilangin lelah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!