NovelToon NovelToon
Dia Yang Tak Biasa

Dia Yang Tak Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Duniahiburan / Wanita perkasa / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Showbiz / Cintapertama
Popularitas:29
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

​Lina adalah pewaris kekuatan supranatural Dorong & Tarik yang hebat, sebuah energi kinetik yang hanya mengalir di garis keturunan perempuan keluarganya. Jika Lina fokus, ia bisa memindahkan truk. Tapi karena ia ceroboh, ia lebih sering menghancurkan perabotan rumah, membuat Ayah dan adiknya, Rio, selalu waspada.
​Kekuatan yang harus ia sembunyikan itu, ia gunakan secara terlalu ikhlas untuk membantu seorang kakek mendorong gerobak rongsokan, yang menyebabkannya melesat kencang di jalanan.
​Insiden konyol ini ternyata disaksikan oleh CEO Aris, seorang pebisnis jenius nan tampan yang sedang diburu musuh misterius. Aris langsung terobsesi dan merekrut, apa yang terjadi di kehidupan lina Bersiaplah mengikuti drama komedi supranatural ini.lerstgooo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5- Kekacauan di awal kerja

​Keputusan Lina untuk pindah adalah ledakan emosi. Ia merasa tercabik antara tanggung jawab pada keluarga dan ancaman nyata yang harus ia hadapi.

​Lina buru-buru berlari ke mobil sport merah Aris. Ia bisa merasakan tatapan Dika yang menusuk di punggungnya, tatapan yang membawa rasa sakit, kekecewaan, dan kecemburuan yang tidak terucapkan. Itu adalah tatapan yang jauh lebih berat daripada shockwave kinetik yang pernah ia hasilkan.

​“Ini urusan pekerjaan, Dika. Dan ini lebih aman bagiku!” teriak Lina, menutup pintu mobil Aris dengan bunyi BLAM yang terlalu keras.

​Di jok penumpang, ia menarik napas. Tubuhnya bergetar.

​Aris menyalakan mesin. Ia melirik Lina, senyumnya kini menghilang, digantikan oleh ekspresi yang penuh pengamatan. Chemistry di antara mereka saat itu terasa seperti kawat tegang—rapuh, berbahaya, namun membawa percikan api.

​“Dia pikir kau akan kutinggalkan di tepi jalan setelah aku selesai denganmu,” Aris bergumam, suaranya pelan.

​Lina menoleh ke Aris. “Dia pikir aku rapuh. Dan dia tidak tahu apa yang sedang kita hadapi.”

​“Itu yang terpenting,” balas Aris. “Dia teman baikmu. Dia akan berusaha keras untuk ‘menyelamatkan’mu dari bahaya yang tidak ia mengerti. Itu akan menjadi masalah kita.”

​Saat mereka meninggalkan kompleks, Rio—yang masih mengenakan helm proyek dan panci sup—melambaikan tangan ke arah Lina. Air mata Lina menetes. Ia bukan hanya meninggalkan rumah; ia meninggalkan kehidupan normalnya.

​Apartemen Aris terletak di lantai teratas sebuah penthouse megah yang dikelilingi dinding kaca. Pemandangan kota di malam hari terbentang luas, terasa seperti dunia lain.

​“Ini kamarmu,” kata Aris, menunjuk kamar tamu yang lebih besar dari ruang tamunya. “Pemandangan ke arah timur. Untuk kamar saya… di seberang sana.”

​Lina membuang tasnya ke kasur. “Kita tidak akan pernah sekamar, kan?” tanyanya, nada suaranya sedikit defensif.

​Aris tertawa renyah. “Tentu saja tidak. Aku ingin hidup lebih lama, Lina. Kecanggungan kinetikmu saat tidur bisa membuatku terbangun di atas Menara Phoenix Tech.”

​Komedi situasi ini membuat Lina sedikit rileks. Aris memang menyebalkan, tetapi setidaknya ia tidak mengambil kesempatan.

​Aris kemudian menyerahkan selembar kertas tebal—"Peraturan Cohabitation CEO & Bodyguard."

​Lina membacanya dengan dahi berkerut, menanggapi setiap poin dengan reaksi emosional:

​Zona Netral Kinetik: Di dalam apartemen, gunakan Dorong & Tarik hanya untuk keperluan darurat yang mutlak. (Lina cemberut. Padahal ia sudah merencanakan untuk menggunakan kekuatan ini untuk mengambil snack di rak atas.)

​Radius Aman: Harus berada di dalam radius 10 meter dari Aris setelah pukul 10 malam. (Lina panik. “Apa? Kenapa?!”) “Karena itu saat musuh paling suka menyerang. Dan saya tidak mau Anda berada di ujung apartemen saat saya butuh perisai,” jawab Aris, matanya tidak berbohong.

​Dapur & Dosa Kinetik: Lina bertanggung jawab atas urusan dapur dan kebersihan minimal. Dilarang keras menggunakan Dorong & Tarik pada peralatan elektronik. (“Aku tidak pernah menggunakan kekuatan pada peralatan, Tuan Aris!” Lina berbohong. Ia ingat blender Ayah yang terbang.)

​Kontak Fisik: Dilarang keras melakukan kontak fisik yang tidak perlu. (Ini yang paling penting. Kami harus mempertahankan Chemistry profesional, Aris menekankan, senyumnya samar-samar.)*

​Rahasia Mutlak: Tidak ada yang boleh tahu Anda adalah pengawal. Di luar, Anda adalah 'Asisten Pribadi yang Canggung.'

​“Aturan nomor empat itu penting,” kata Aris, melangkah mendekat. Tatapan mata mereka terkunci. “Kita akan menghabiskan banyak waktu bersama. Chemistry ini harus profesional, Lina. Jika tidak, itu akan membahayakan misi kita.”

​“Saya mengerti,” jawab Lina, suaranya serak. Ia tahu bahaya itu tidak hanya datang dari luar, tetapi dari getaran aneh yang muncul setiap kali Aris sedekat ini. Ketegangan romantis di antara mereka sangat nyata.

​Lina segera menemukan bahwa Aris adalah bencana di dapur—kekurangan yang tidak sesuai dengan image CEO jenius. Aris hanya bisa memasak mi instan dan menghangatkan makanan beku.

​Malam itu, Lina berjuang keras memasak nasi. Aris duduk di meja bar marmer, mengawasinya dengan ekspresi takjub.

​“Lina, kenapa nasi itu mengeluarkan asap ungu?” tanya Aris, curiga.

​“Aku tidak tahu! Mungkin ini beras premium yang sangat unik!” Lina membalas, frustrasi.

​Aris tertawa. “Lucu sekali. Saya tidak tahu Anda punya bakat menjadi ahli kimia di dapur.”

​Saat Lina membalikkan badan, Aris mencoba mengambil remote TV yang terletak di sofa di seberang ruangan. Tentu saja, tidak sampai.

​“Aku butuh remote itu,” pinta Aris, matanya penuh harapan, menatap Lina dengan tatapan yang meminta izin.

​“Itu melanggar Aturan Nomor Empat Anda,” sindir Lina.

​“Aturan Nomor Empat berlaku untuk kontak fisik manusia. Energi kinetik tidak dihitung, Bodyguard Lina,” Aris membalas dengan mata berbinar. Ia tahu Lina tidak bisa menolak permintaan yang terdengar seperti tantangan.

​Lina menghela napas, merasa dilema. Ia tidak ingin Aris menganggapnya sebagai mainan, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan Aris menderita.

​Ia memejamkan mata. Fokus. Ia membayangkan dorongan itu sekecil embusan napas.

​KLAK!

​Remote itu terbang, tepat di tangan Aris. Namun, karena sedikit overdose energi, remote itu menghantam telapak tangan Aris dengan keras.

​Aris mengaduh pelan. “Lina! Astaga! Itu terasa seperti dipukul palu!”

​“Maaf, Tuan Aris! Itu masih mode ‘Sentuhan Keras Kinetik’!” Lina membalas, menahan tawa. Momen itu melucuti ketegangan mereka, menggantinya dengan kehangatan dan keakraban yang canggung.

​Saat mereka berdebat soal dosis energi, bel pintu berbunyi.

​Lina dan Aris saling pandang. Siapa yang tahu Aris ada di penthouse ini?

​Aris berbisik, wajahnya kembali serius. “Penyusup? Cepat, bersembunyi di kamar saya.”

​Lina menggeleng. “Tidak. Aku pengawal Anda. Saya akan periksa.”

​Lina berjalan hati-hati ke pintu. Ia melihat melalui lubang intip. Detektif Dika.

​Lina membuka pintu. Dika berdiri di sana, membawa sekantong makanan. Wajahnya cemas dan lelah.

​“Aku tahu kau tidak akan makan dengan benar di sini. Aku membawakanmu makan malam. Aku… aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja,” kata Dika, suaranya tulus. Emosi yang nyata dari Dika muncul—rasa khawatir yang tidak bisa ia sembunyikan.

​Aris muncul di belakang Lina, hanya mengenakan kaus v-neck santai yang menonjolkan fisiknya. Chemistry segitiga itu meledak lagi.

​“Terima kasih atas makanannya, Detektif. Tapi asisten magang saya sudah makan,” kata Aris dingin.

​Dika mengabaikan Aris, menatap Lina. “Lina, kau benar-benar tinggal di sini?”

​Lina mengangguk. “Ini untuk keamananku, Dika.”

​Dika menghela napas panjang. “Baiklah. Tapi ada yang aneh. Pagi ini aku melihat Van Hitam yang kau sebutkan tadi. Mereka bukan penjahat biasa. Mereka sangat terorganisir. Aku khawatir, Lina.”

​Aris mengambil kesempatan itu. Ia meletakkan tangannya di bahu Lina (kali ini, sentuhan yang disengaja). “Jangan khawatir, Detektif. Saya punya alat keamanan terbaik di kota ini.”

​Dika melihat tangan Aris di bahu Lina. Cemburunya tidak tertahankan. “Aku akan mengawasimu, Aris. Jangan sakiti dia.”

​Setelah Dika pergi, Lina dan Aris saling menatap.

​“Dia benar-benar melihatmu sebagai adiknya,” sindir Aris.

​“Dia peduli,” balas Lina. Ia melepas hoodie yang ia kenakan, menyisakan kemeja yang sedikit basah karena uap dapur.

​Tiba-tiba, ponsel Aris berdering. Nomor asing. Aris menjawabnya. Wajahnya langsung menegang, matanya memancarkan bahaya.

​“...Tentu. Kami akan ke sana sekarang.” Aris mematikan telepon.

​“Ada apa?” tanya Lina, kecemasan kembali membanjiri dirinya.

​“Penyergapan,” kata Aris, suaranya berubah menjadi perintah. “Mereka tidak bodoh. Mereka tahu kita meninggalkan formula chip kuantum di kantor. Mereka akan menyerang Phoenix Tech. Sekarang.”

​Lina menelan ludah. Belum sehari ia tinggal bersama Aris, dan permainan ini sudah meningkat ke level tertinggi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!