NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Serena masih menjaga jarak dengan Nicholas. Tatapan matanya yang ragu seolah menelusuri sosok pria itu yang kini tampak berbeda. Ia tahu betul, Nicholas yang selama ini dikenalnya adalah sosok yang angkuh, dingin, dan sukar ditebak. Namun, mengapa kini pria itu bersikap lembut? Mengapa nada suaranya terdengar tenang, bahkan hangat?

“Minumlah dulu, agar lebih tenang,” ujar Nicholas datar namun tegas, seraya menyodorkan segelas susu hangat ke arah Serena.

Serena menatap gelas itu sejenak. Tangannya akhirnya terulur, menerima dengan hati-hati. Ia meneguk sedikit, sekadar membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Setelah itu, ia mencoba berdiri, bermaksud menuju kamar mandi. Namun, langkahnya tertahan. Rasa perih yang luar biasa menyeruak dari bagian tubuhnya, membuatnya nyaris kehilangan keseimbangan.

Nicholas yang memperhatikan gerak-geriknya segera menebak arah tujuan wanita itu. “Biar aku bantu,” ucapnya cepat, langkahnya sudah setengah mendekat.

Serena tidak menjawab. Hanya desahan lirih yang keluar dari bibirnya. “Auh... sssstt...” keluhnya pelan sambil menahan rasa sakit.

Tanpa menunggu persetujuan, Nicholas segera mengangkat tubuh Serena ke dalam gendongannya. Gerakannya cepat dan tegas, seolah ia takut wanita itu akan terjatuh kapan saja.

“Lepas... turunkan aku sekarang!” rengek Serena panik, tubuhnya berusaha meronta meski lemah.

“Diam!” bentak Nicholas dengan suara berat dan tegas. Seketika tubuh Serena menegang, pandangannya membeku. Ada sesuatu dalam nada itu—bukan sekadar perintah, melainkan kekuatan yang membuatnya tak sanggup melawan.

Senyum tipis muncul di sudut bibir Nicholas saat Serena patuh tanpa kata. Ia melangkah perlahan menuju kamar mandi, menurunkan wanita itu dengan hati-hati di depan pintu. “Bersihkan dirimu. Aku tunggu di luar,” ujarnya tenang.

Serena hanya mengangguk pelan. Setelah pintu tertutup, Nicholas bersandar di dinding, menatap kosong ke arah lantai. Pikirannya berputar, entah antara rasa bersalah atau sesuatu yang lain yang belum dapat ia pahami.

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Serena keluar dengan langkah perlahan, mengenakan pakaian bersih yang sudah disiapkan Nicholas. 

“Makanlah dulu sebelum pulang. Aku akan mengantarmu,” ucap Nicholas lembut, namun tetap terdengar seperti perintah.

Serena terdiam. Di kepalanya berputar ribuan pertanyaan yang tak berjawab.

Mengapa dia bisa berada di sini? Bagaimana dia bisa bersama Nicholas? Apa yang sebenarnya terjadi malam itu? Dan jika benar bukan pria itu sendiri yang menculikku lalu siapa yang membuatku terjebak dalam situasi ini?

Namun, Serena memilih diam. Barangkali bukan saatnya bertanya. Ia hanya mengangguk pelan, berusaha menuruti saran pria itu. “Baik,” katanya hampir berbisik.

Nicholas menatapnya sejenak, lalu tanpa peringatan kembali mengangkat tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Serena terperanjat, spontan menatap wajah pria itu dengan mata membulat..

“Untuk apa kau menggendongku lagi?” tanya Serena lirih, mencoba menahan degup jantungnya yang tak terkendali.

“Apakah aku harus jawabannya?” jawab Nicholas singkat tanpa menatapnya. Langkahnya mantap menuju ruang makan.

Serena hanya mampu menunduk. Helaan napasnya terdengar berat, matanya sesekali menatap wajah Nicholas dari bawah. Garis rahang pria itu tegas, jakunnya bergerak ketika ia menelan ludah. Aroma tubuhnya—maskulin dan lembut—membuat Serena kehilangan fokus sesaat.

Nicholas menurunkannya perlahan di atas kursi, memastikan ia duduk dengan nyaman. “Duduklah. Aku akan menyiapkan sarapanmu,” ujarnya pelan, lalu berbalik menuju dapur.

Dalam pandangan mata Serena, sosok Nicholas tampak begitu tenang dan telaten. Kedua tangannya yang kokoh dengan hati-hati menyiapkan makanan cepat saji di atas meja, lalu meletakkannya rapi ke piring. Setiap gerakannya terukur, seolah pria itu terbiasa melakukan segalanya sendiri tanpa sedikit pun kehilangan wibawa.

Serena memandanginya tanpa kedip. Dalam benaknya berputar ribuan pertanyaan yang menyesakkan dada. Bagaimana mungkin pria yang dikenal angkuh, dingin, dan keras kepala seperti Nicholas, kini menyiapkan sarapan untuknya?

Apakah semua ini karena pria itu sudah mendapatkan apa yang diinginkannya dari dia? Apakah ini bentuk rasa bersalah… atau justru kepuasan setelah berhasil menyentuhnya?

Serena menelan ludah getir. Bayangan wajah istri Nicholas—wanita cantik yang selama ini tampak sempurna di mata banyak orang—terlintas di benaknya. Apakah istrinya juga pernah diperlakukan sebaik ini? Atau hanya dia yang menjadi bagian dari kebohongan besar itu?

Segala pikiran itu membuat Serena kian muak. Ia menatap punggung Nicholas yang masih sibuk mengatur sendok dan garpu di atas meja kecil lalu menggigit bibirnya dengan kuat. 

Dalam hati Serena menghardik dirinya sendiri. “Ya Tuhan, Serena! Sadarlah! Pria itu bukan malaikat—dia orang yang telah menyentuhmu dan mengkhianati istrinya! Dia lelaki brengsek!”

Namun, suara berat Nicholas tiba-tiba memotong gumam batinnya. “Makanlah,” ucapnya tanpa menatap, “dan tidak perlu berumpat dalam hati untukku.”

Serena terperanjat. Matanya membesar, tangannya nyaris menjatuhkan sendok yang baru saja ia pegang. “Bagaimana dia tahu? Apakah dia bisa membaca pikiranku?” batinnya kalut.

Nicholas menarik kursi dan duduk di hadapannya. Wajahnya datar, nyaris tanpa ekspresi. Ia mulai menyantap sarapan paginya, seolah tidak ada sesuatu yang perlu dijelaskan. Keheningan menggantung di antara mereka. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring, dan sesekali napas berat Serena yang tidak berani teratur.

Mereka saling curi pandang, masing-masing menunggu yang lain memulai pembicaraan. Hingga akhirnya Serena berdeham pelan, mencoba mengumpulkan keberanian.

“Ehem… Tuan, bolehkah aku bertanya sesuatu?” suara Serena bergetar, namun matanya tetap terarah pada pria di sampingnya.

Nicholas tidak langsung menjawab. Ia menatap piringnya beberapa saat sebelum akhirnya mengangkat wajah dan balik bertanya datar, “Siapa namamu?”

Pertanyaan itu membuat Serena kebingungan. “Oh? Anda tidak mengenaliku?” ujarnya ragu. “Bukankah Anda sudah tahu siapa aku? Karena itu Anda menculik—”

Belum sempat kalimatnya selesai, Nicholas menghentakkan sendok ke meja dengan keras. Suara dentingannya tajam, menggema di ruangan yang sunyi, membuat Serena tersentak dan membeku.

“Aku sudah mengatakannya padamu,” ucap Nicholas tajam, tatapannya menusuk. “Kenapa aku harus menculikmu? Kamu sendiri tahu buktinya, bukan?”

Serena menggigit bibirnya. Ia tidak mau kalah. “Ya, bisa saja Anda memasukkan obat ke minumanku dan merencanakan semuanya,” ucapnya lantang, meski nadanya bergetar. “Hanya karena Anda ingin membalaskan dendam pada Gabriel, bukan? Apakah Anda sadar, perbuatan Anda ini salah? Bagaimana jika istri Anda tahu?”

Nicholas menatapnya lekat, lalu tertawa kecil—sinis dan getir. “Jadi itu yang ada di kepalamu?” katanya dingin. “Dengar ya! Aku tidak tahu bagaimana anak ingusan itu meracuni pikiranmu tentangku, tapi aku tidak pernah mengenalmu sebelumnya. Aku bahkan baru tahu kalau kau kekasihnya.”

Nicholas mencondongkan tubuh, menatap mata Serena tanpa berkedip. Suaranya kini turun satu oktaf, mengandung ancaman yang halus namun terasa menusuk. “Dan soal istriku,” lanjutnya, “jangan pernah mencampuri urusan rumah tanggaku.”

Serena menegakkan tubuhnya, membalas tatapan itu tanpa gentar. “Siapa juga yang ingin mencampuri rumah tanggamu, Tuan Nicholas?” ujarnya tajam meski percakapan mereka masih kaku dan canggung harus bicara Anda atau kamu. “Aku hanya merasa kasihan kepada istrimu… karena memiliki suami seperti dirimu.”

Kata-kata itu bagai pisau yang menembus kesabaran Nicholas. Seketika rahangnya menegang, urat di pelipisnya menonjol. Ia menatap Serena dengan pandangan tajam penuh amarah, lalu tiba-tiba mencengkeram tangan wanita itu dengan kuat dan menggebrak meja hingga sendok dan piring bergetar.

“Kau…!” desis Nicholas pelan namun mematikan.

To be continued

1
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!