Di usia mudanya, Falya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Padahal sebelumnya kehidupannya sangat sempurna. Tapi karena kesalahan fatal ayahnya, akhirnya ia dan keluarganya menanggung beban yang sangat berat.
Dan suatu hari,ia tak sengaja bertemu dengan sosok arwah penasaran yang justru mengikutinya ke mana pun dia pergi.
Siapakah sosok itu sebenarnya? Dan seberapa kuatnya seorang Falya menjalani kehidupannya???/
########
Untuk pembaca setia tulisan receh mak othor, mangga....di nikmati. Mohon jangan di bully. Mak othor masih banyak belajar soalnya. Kalo ngga ska, skip aja ya! Jangan di ksaih bintang satu hehehehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 05
Zidan memandangi rumah teman barunya itu. Rumah yang cukup besar namun minim pencahayaan jadi terkesan agak horor.
"Horor amat sih rumah kamu ini? Ngga mampu bayar listrik?'' sindir Zidan. Falya memutar bola matanya malas sambil melepaskan helm nya.
"Kalo mau numpang, ngga usah banyak omong deh!'' sahut Falya. Zidan hanya mengangguk pelan sambil mencibirkan bibirnya. Ia mengikuti Falya dengan santainya. Sepertinya penghuni rumah ini sudah tidur karena suasananya sudah sangat sepi.
"Ortu mu ke mana? Sepi? Udah pada tidur?'' tanya Zidan.
"Udah di surga!'' jawab Falya.
"Oopss...maaf!'' kata Zidan. Falya masuk ke kamarnya saat akan menutup pintu, Zidan sudah lebih dulu masuk ke kamarnya.
"Hei??Kok ikut masuk sih? Sana keluar!'' pinta Falya.
"Kenapa? Aku juga mau istirahat, jadi hantu juga capek tahu'' celetuk Zidan yang langsung merebahkan diri di ranjang Falya. Falya berkacak pinggang sambil menarik nafas dalam-dalam. Ia mengumpulkan kekuatan sekaligus mencoba bersabar sebelum akhirnya....
"Bangun ngga!!!'' Falya bisa menyentuh kedua tangan Zidan dan menariknya meski sepertinya terlalu berat untuknya.
Jadi, bukan Zidan yang bangun melainkan Falya yang jatuh terjerembab di atas tubuh Zidan.
Untuk sepersekian detik, keduanya sama-sama terdiam. Posisi mereka sepertinya...enggak banget deh! Bahkan tanpa sengaja Falya sudah menyentuh bibir Zidan. Dan setelah itu Falya tersadar lalu menggelengkan kepalanya.
Pintu kamar Falya tiba-tiba terdorong dari luar membuat gadis itu kelabakan seperti sudah ke gep sedang beradegan mes**. Ia buru-buru bangkit dari atas tubuh Zidan yang tertawa.
Yang mendorong pintu kamar Falya adalah Gio. Ia ingin mengatakan tentang masalahnya dengan sang kekasih. Tapi samar-samar ia justru mendengar kakaknya seperti sedang bicara dengan orang lain dan itu bukanlah kakak sulungnya.
"Gi-Gio? Ngapain masuk kamar kakak ngga ketuk pintu?'' tanya Falya gagap.
"Kakak kenapa sih? Biasanya aku juga langsung masuk. Lagian kakak dari tadi ngobrol sama siapa sih?'' tanya Gio.
"Ngga? Kamu salah denger kali!'' kata Falya. Gio melihat wajah lelah kakaknya akhirnya mengurungkan niatnya untuk mengatakan masalahnya dengan Celin. Mungkin dia akan mencari waktu yang tepat. Walaupun Gio yakin, kakaknya akan sangat kecewa padanya.
"Ya udah lah!'' Gio pun meninggalkan kamar Falya. Gadis itu bernafas lega.
"Udah bang Zidan keluar sana! Atau kalo ngga, nebeng kamar Gio. Kalian kan sama-sama cowok!'' kata Falya lagi.
"Ngga mau, aku mau di sini!'' sahut Zidan dengan tangan satu menopang kepalanya. Falya berkacak pinggang dengan mulut menganga lebar.
"Hantu ngeyel!'' ujar Falya yang memilih menyahut handuk dan mengambil pakaian ganti untuk mandi di kamar mandi yang ada di dekat dapur.
Zidan menatap sekeliling kamar Falya.
''Dari dekorasinya, sepertinya Falya bukan dari kalangan yang susah sekali...'' monolog Zidan. Setelah itu, ia pun menghilang entah ke mana.
Falya kembali ke kamarnya sudah dengan kondisi yang jauh lebih segar. Matanya memindai setiap sudut kamarnya takut masih ada si hantu ngeyel itu. Tapi ternyata Zidan tidak ada. Gadis itu pun memilih untuk merebahkan diri di ranjangnya.
"Hah! Bisa lurusin punggung juga!'' monolgnya. Ia membuka-buka aplikasi ponselnya beberapa saat hingga akhirnya ia tertidur pulas karena lelah.
Zidan yang tak tidur justru berada di puncak gedung rumah sakit. Entah kenapa ia merasa ada keterikatan dengan tempat ini. Walaupun katanya dia hantu, tapi sejauh ini ia tak pernah bertemu dengan makhluk mitologi seperti poci,kunti,gunder dan sejenisnya.
Zidan menatap sebuah bangunan yang entah berada dalam radius berapa ratus meter dari bangunan ia berpijak saat ini. Gedung itu yang paling tinggi di sekitarnya. Zidan pun merasa kalau gedung itu tak asing untuknya. Ia mencoba untuk mengingat-ingatnya.
Tapi tiba-tiba saja kepalanya terasa begitu sakit. Ia memegangi kepalanya yang seperti siap untuk meledak. Kepingan-kepingan sebuah kejadian melintas begitu saja. Tapi Ia tak bisa mengingatnya.
Dan di ruangan Rayan, suster Angel terkejut melihat tubuh pasiennya menegang. Namun meski begitu, belum ada tanda-tanda kalau Rayan akan sadar dari komanya.
"Ya Tuhan, demam lagi dia!'' ujar suster Angel. Perempuan dewasa itu pun segera menyuntikan obat lewat infus. Setelah beberapa saat, tubuh Rayan pun kembali rileks.
"Sebenarnya dia ini kenapa? Hal buruk yang menimpa mu sungguh....'' suster Angel tak melanjutkan bicaranya. Karena pasiennya sudah kembali tenang, ia pun duduk lagi di samping Rayan..
.
.
.
Fida sedang memasak di dapur dengan di temani Kirey yang ada di strolernya. Falya yang bangun kesiangan pun terlambat memasak unutuk kakak dan adiknya.
"Sorry...telat bangun!'' kata Falya dengan bahasa isyarat. Fida mengiyakan dengan syarat juga.
"Hey...Kirey cantik! Unch...unch...pipinya enak banget di toel-toel!'' kata Fida berjongkok di depan Kirey. Fida tersenyum melihat keakraban antara Falya dan baby Kirey.
Entah seharusnya bagaimana Kirey memanggil Falya nantinya. Di satu sisi, Falya sudah menganggap Fida kakak kandungnya sendiri. Yang otomatis, Kirey adalah keponakannya.
Tapi di lain sisi, ayah kandung Kirey adalah papa Falya itu artinya Kirey adalah adik Falya.
"Gio mana ya? Belum bangun tuh bocah?'' gumam Falya. Gadis itu pun beranjak ke kamar adik lelakinya itu. Ternyata sang adik sudah bangun, bahkan sudah mandi entah sejak kapan.
"Kirain kakak kamu belum bangun!'' kata Falya sambil menutup pintu lagi. Tapi Gio buru-buru menyusulnya.
"Kak....!'' pannggil Gio. Falya menoleh ke belakang di mana adiknya yang tinggi menjulang berada tepat di belakangnya.
"Kenapa? Jangan bilang minta duit sekarang, kakak belum gajian ya!'' kata Falya berkacak pinggang. Wajah Gio tampak pucat karena takut.
"Mau ngomong apa sih? Mukanya sampe pucat gitu?''
Gio tampak menarik nafas dalam-dalam. Baru juga mangap, bel dari ruang tamu berbunyi berulang-ulang.
"Apa sih? Eh...ntar dulu deh, kakak buka pintu bentar!" kata Falya meninggalkan adiknya.
"Siapa sih yang bertamu pagi-pagi buta begini?'' oceh Falya saat melangkah menuju ke ruang tamu.
Gadis itu memutar kuncinya lalu membuka pintu berukuran paling besar di rumah itu.
"Ya...? Maaf cari siapa?" tanya Falya yang heran melihat ada tiga orang berdiri di depan pintunya.
"Di mana Gio?" tanya salah satu dari mereka.
"Gio ada di dalam. Maaf, kalian siapa ya? Dan ada keperluan apa sampai masih pagi sekali sudah bertamu?" tanya Falya menyindir namun masih dengan nada sopan.
"Pantas saja adik nya begundalan, kakaknya saja tak punya adab! Ada tamu bukannya di biarkan masuk, malah di interogasi kaya penjahat!'' sahut perempuan paruh baya.
Falya menghela nafas sebentar.
"Silahkan masuk bapak, ibu...!!'' kata Falya. Ketiga orang itu pun masuk. Gio yang tadi menyusul kakaknya pun terdiam membatu melihat siapa tamu yang sedang di hadapi kakaknya.
Dia tak menyangka jika hari ini akan terjadi!
Bersambung......
💞💞💞💞💞💞
Terimakasih 🙏