Istri penurut diabaikan, berubah badas bikin cemburu.
Rayno, pria yang terkenal dingin menikahi gadis yang tak pernah ia cintai. Vexia.
Di balik sikap dinginnya, tersembunyi sumpah lama yang tak pernah ia langgar. Ia hanya akan mencintai gadis yang pernah menyelamatkan hidupnya.
Namun ketika seorang wanita bernama Bilqis mengaku sebagai gadis itu, hati Rayno justru menolak mencintainya.
Sementara Vexia perlahan sadar, cinta yang ia pertahankan mungkin hanyalah luka yang tertunda.
Ia, istri yang dulu lembut dan penurut, kini berubah menjadi wanita Badas. Berani, tajam, dan tak lagi menunduk pada siapa pun.
Entah mengapa, perubahan itu justru membuat Rayno tak bisa berpaling darinya.
Dan saat kebenaran yang mengguncang terungkap, akankah pernikahan mereka tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Keras Di Luar
Tubuh Vexia membentur sesuatu yang keras. Seseorang, dan hampir terjatuh.
Namun tangan kokoh segera menyambar pinggangnya, menahan tubuhnya agar tetap tegak.
Pegangan itu kuat, stabil. Bukan canggung atau gugup.
Sebuah gerakan yang terlalu tepat untuk disebut kebetulan.
"Kampret! Siapa yang berani pegang pinggangku?!" batinnya refleks meledak.
Vexia mendongak, siap meledak dengan umpatan.
Namun begitu matanya bertemu dengan wajah di depannya, dunia seperti berhenti berdetak.
Dia tinggi. Berjas gelap dengan kemeja putih yang rapi di baliknya.
Wajahnya bukan tipe yang memancing debar lewat senyum. Ia seperti patung. Tegas, dingin, berjarak, dan berwibawa.
Namun ada sesuatu di matanya. Tenang, dalam, seperti sedang menimbang-nimbang nilai seseorang.
Rayno.
Untuk satu detik panjang, Vexia kehilangan kata.
Mulutnya terbuka, tapi tak ada suara keluar.
Sesuatu seperti percikan listrik melompat di antara mereka.
Bukan takut. Bukan canggung. Tapi lebih seperti… pengakuan spontan yang menolak diingkari.
“Nona, apa sudah bisa berdiri sendiri?” suara itu berat dan datar, namun entah kenapa terasa berwibawa.
Vexia menelan ludah, cepat mengangguk. “Y–ya… bisa.”
Nada suaranya bergetar sedikit, dan ia langsung menarik diri dari pegangan itu.
“Terima kasih,” tambahnya cepat, berusaha memulihkan gengsinya yang tercecer di lantai.
Rayno hanya mengangguk singkat. Tanpa sepatah kata pun, ia berbalik dan berjalan pergi dengan langkah tegap, tenang, seolah kejadian tadi hanya angin lewat.
Vexia tertegun memandangi punggung yang menjauh itu.
Dadanya berdebar aneh, bukan seperti biasanya. Ia bahkan lupa bernapas.
"Astaga… ganteng banget."
Matanya menelusuri sosok itu dari kepala sampai kaki.
Tinggi, tegap, dada bidang, bahu lebar, pinggang ramping.
Aura dinginnya menelan ruangan seperti badai dalam jas mahal.
"Bukan tipe playboy. Ini… jenis yang kalau jalan aja, bumi kayak tunduk menghormat."
Ia menepuk pipinya sendiri pelan. “Sadar, Xia. Jangan gila dulu!” tapi bibirnya justru tersenyum lebar.
Lalu dengan langkah kecil, ia menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil yang sedang menahan euforia.
“Kalau yang dijodohkan sama aku adalah dia…”
Senyum lebarnya nyaris menyaingi lampu langit-langit butik.
“Aku bakal jadi kucing manis yang penurut. Sumpah.”
Gumilang menoleh ketika mendengar langkah tergesa mendekat. Sebelah alisnya terangkat melihat cucunya yang senyum-senyum sendiri seperti orang habis menang undian.
“Hei, bocah tengil! Kenapa senyum-senyum sendiri? Kesambet setan di toilet, ya?”
Vexia tersentak, buru-buru menoleh dan duduk di sebelah Gumilang dengan wajah berbinar.
“Kek! Kalau setannya kayak dia, aku rela kesambet seumur hidup!” ujarnya dengan ekspresi berbunga-bunga.
Gumilang mengerutkan kening menatap cucunya penuh tanya.
“Sumpah, Kek, orangnya tampan banget!” seru Vexia dengan mata berbinar. Tangannya bahkan ikut mengepal ke dada, seperti ingin menahan debar yang belum juga reda. “Gimana kalau kita batalin aja perjodohan itu? Aku mau nikah sama cowok ganteng tadi!”
Mata Gumilang sedikit melebar, mengangkat sebelah alisnya menatap cucunya lekat. Ia belum sempat berkata apa pun ketika Vexia mendengus pelan, wajahnya berubah kesal.
“Ah, sial... aku lupa nanya nama sama nomor teleponnya.”
Nada suaranya melorot, matanya menerawang seperti menyesali kebodohannya sendiri.
Takh!
Gumilang menyentil dahinya.
“Aduh! Sakit, Kek!” Vexia meringis sambil mengusap dahinya.
“Kamu ini sudah dijodohkan, belum ketemu calonmu aja udah mikirin pria lain. Dasar anak nakal.”
Senyum kembali menyungging di bibir Vexia.
“Kek, serius deh, kalau dia yang dijodohin sama aku, aku janji bakal jadi kucing manis yang nurut!”
“Bagus. Latihan nurutnya mulai sekarang,” ujar Gumilang datar, lalu menjewer telinga cucunya.
“Aduh! Kek! Lepasin! Aku 'kan cuma bercanda!”
“Bercanda terus. Mukamu udah kayak orang sinting. Senyum-senyum sendiri gak jelas,” sahut Gumilang santai sambil berdiri.
“Sekarang ayo, kita ke spa. Siapa tahu air hangat bisa nyembuhin otak cucu Kakek yang mulai miring.”
Vexia manyun, tapi akhirnya berdiri juga sambil mengomel pelan. “Nyebelin banget sih, Kek. Tapi ya udah deh, demi pijat gratis.”
***
Matahari telah berganti rembulan.
Mobil hitam itu meluncur tenang di bawah cahaya lampu jalan yang redup.
Di kursi penumpang, Vexia duduk bersandar dengan wajah datar. Gaun sederhana tapi elegan membalut tubuhnya. Tanpa make-up, tanpa sentuhan lipstik. Wajahnya polos. Sengaja.
"Kalau lihat calon istri kayak aku, pasti langsung ilfeel," pikirnya sinis.
Padahal tadi sore, Gumilang, sang kakek, sudah berkali-kali menegur.
“Pakai make-up, Xia! Calon suami itu harus dapat kesan pertama yang baik!”
Dan Vexia hanya menjawab dengan ekspresi datar, lalu nekat berdandan ala villain balap: eye shadow hitam pekat, lipstik gelap, garis mata tajam seperti siap ke medan perang.
Hasilnya? Gumilang nyaris kena serangan jantung.
“Kalau kamu tetap begitu, Kakek kasih bintang satu guru adab kamu!”
Ancaman itu sukses membuat Vexia pasrah. Akhirnya ia hapus semua riasan dan duduk seperti sekarang, polos tapi menyimpan perlawanan di balik diamnya.
Ia mendengus kecil.
“Kek, apa salah guru itu? Kenapa dia yang kena marah kalau aku bandel?”
Gumilang meliriknya sekilas, sorot matanya tajam tapi penuh kasih.
“Kalau kamu nggak mau orang kesusahan karena kamu, turuti kata-kata Kakek.”
Hening sejenak.
Mobil mereka berbelok masuk ke halaman rumah megah, lampu taman memantul di bodi mobil.
Vexia menghela napas keras.
"Bergaul sama orang biasa lebih enak. Nggak perlu mikir sopan santun, etika, dan segala hal yang bikin kaku…" gumamnya kesal.
“Sudah, jangan cerewet!”
Suara Gumilang menutup keluhannya.
“Kali ini kamu harus bersikap baik. Kalau tidak, jangan pernah lagi tunjukkan wajahmu di depan Kakek!”
Vexia mendelik.
Ancaman klasik. Tapi tetap ampuh.
Ia merengut pelan sambil menatap keluar jendela, melihat bayangan dirinya di kaca mobil.
"Ancaman yang sama, dan tetap berhasil. Dasar kakek licik," batinnya ngedumel, tapi di ujung bibirnya terselip senyum kecil.
Sang sopir yang mengamati keduanya lewat kaca tengah hanya tersenyum kecil, menahan tawa di balik kesopanan.
Mobil berhenti perlahan di depan rumah besar dengan pilar-pilar marmer menjulang. Lampu taman berkelip lembut, seolah menertawakan wajah manyun Vexia di kursi penumpang.
Vexia menarik napas panjang.
Malam ini, ia akan bertemu calon suaminya. Dan mungkin, masalah baru.
“Turun,” ujar Gumilang pendek.
Vexia memelototinya sekilas, lalu bersandar di kursi. “Kek, aku baru ingat sesuatu. Aku alergi orang kaya.”
“Turun, sebelum Kakek seret kamu keluar,” balas Gumilang datar tanpa menoleh.
Vexia mendengus pelan. “Serius. Alergi, Kek. Bisa gatal-gatal, bentol-bentol, bahkan bisa berubah jadi orang baik.”
Kakeknya mendesah berat, tapi sudut bibirnya tersungging nyaris tak terlihat.
“Kakek hitung sampai tiga.”
“Nah, mulai ngancam,” gumam Vexia.
“...Satu.”
“Udah tahu hitungan Kakek gak pernah sampai dua,” potong Vexia cepat, buru-buru membuka pintu dan turun.
Sang supir melirik kaca tengah, mati-matian menahan tawa melihat tingkah Vexia.
Begitu kaki Vexia menjejak tanah, Gumilang keluar dengan langkah tenang. “Bagus. Masih bisa belajar dari pengalaman.”
“Belajar apa? Belajar kabur gagal?”
“Belajar pakai otak sebelum nekat.”
Vexia menatapnya. Pandangan sinis, tapi hangat. “Kek, kalau orang lain dengar percakapan kita, pasti dikira kita lagi perang dunia.”
“Memang,” jawab Gumilang kalem. “Tapi bedanya, ini perang antara cucu kurang ajar dan kakek paling sabar sedunia.”
Vexia hampir tertawa, tapi buru-buru menunduk biar tidak ketahuan. Ia memperbaiki gaunnya, menatap rumah megah di depan, dan menarik napas panjang.
“Baiklah,” gumamnya pelan. “Demi Kakek. Tapi kalau yang dijodohkan bukan orang yang aku lihat di butik tadi, Kakek siap-siap kena demo.”
“Kau pikir Kakek takut sama bocah tengil sepertimu?” sahut Gumilang sambil berjalan mendahului. Tapi di balik kata-katanya, ada senyum kecil yang menyelinap. Senyum milik seorang kakek yang terlalu sayang untuk mengakuinya.
Sang sopir yang masih duduk di dalam mobil akhirnya tak kuasa menahan tawa kecil. Melihat Gumilang dan Vexia berjalan berdampingan menuju rumah megah di depan, ia terkikik pelan sambil menggeleng.
“Dasar, cuma keras di luar. Padahal saling sayang,” gumamnya pelan.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
asisten keren👍😂😂
Vega masih cari gara-gara maunya - dasar muka badak hati culas.
Nah..nah...nah...Rayno ke club yang sama dengan istrinya 😄.
Dani kaget wooooy.
Yovie teman Rayno ternyata tahu juga tentang masa lalu Rayno.
Masih mengharap gadis di masa lalunya - tapi pikiran dan hati tak bisa dipungkiri - Vexia menari-nari dibenaknya. Dasar Rayno o'on 🤭😄
Nah lo istri pergi gak pamit - rasain Rayno.
Sampai sepuluh kali Rayno menghubungi istrinya baru diangkat.
Dani jiwa kepo-nya kambuh lagi - tertarik melihat Vexia di tempat hiburan malam.
Vexia pergi mentraktir karyawan satu divisi di tempat hiburan malam paling mewah di kotanya.
Nova ikut ya - tak tahu malu ini orang - suka sirik terhadap Vexia - ee ikut bergabung. Ngomong gak enak di dengar pula.
Vexia hafal berbagai macam minuman - Vega semakin menjadi siriknya.
Jangan-jangan Rayno juga ke tempat yang sama dengan Vexia.
kira2 apa mereka saling menyapa pas ketemu.atau pura2 gak liat..harus banget nunggu ya thor...gak bisa sekarang aja apa? baiklah bakalan sabar menunggu, tapi gpl lho
hayo siapa tuh yang panggil vexia rayno atau cowok lainnya
Apa Vexia akan dikasih hukuman oleh Rayno atw malah Rayno yang dihukum Vexia dengan tidak disapa & tidak kenal yang namanya Rayno alias dicuekin 😛