 
                            Sebuah kecelakaan membawa Sora Langi ke dunia kultivasi, bersama sistem kultivasi harem akankah dia bisa kembali ke bumi?   Sistem milik Sora tidak biasa, kalau mau jadi kuat harus sering melakukan kontak fisik dengan lawan jenis. Semakin intim kontak fisik semakin besar poinnya, akankah Sora mampu melangkah maju bersama sistem? 
 
(Ding! Pegangan tangan dengan lawan jenis, poin harem +...) 
(Ding! Berciuman dengan lawan jenis, poin harem +...) 
(Ding! Berpelukan dengan lawan jenis, poin harem +...) 
(Ding! Berhubungan i...., poin harem +...) 
Tentu saja, meski caranya absurd, Sora Langi pasti melangkah maju sambil mengumpulkan kecantikan di kanan dan kiri.  Anak tetua desa yang cantik tapi pemalu, ketua sekte yang tegas dan dingin, dewi perang yang ditakuti miliaran orang, semua akan menjadi miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYN02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-
Meski berada di dalam wilayah Kerajaan Batu, Desa Batu Putih adalah wilayah paling terpencil dari Kerajaan Batu. Begitu keluar dari desa kalian akan disambut oleh vegetasi alami yang benar - benar hijau seperti tidak pernah disentuh tangan manusia.
Penduduk Desa Batu Putih terbiasa tidak melukai alam kecuali berada dalam situasi terdesak. Tiga hari berlalu sejak saat itu, Sora sekarang memilih lebih dari delapan ribu poin harem tapi masih belum memutuskan untuk menerobos.
(Kenapa Tuan tidak menggunakan poin sistem?) Luna sampai heran dibuat Sora, dia berulang kali muncul cuma untuk menanyakan pertanyaan yang sama.
Sora yang sudah gedek dengan sikap cerewet Luna, tidak tahan lagi. "Oke, aku bakal gunain sekarang, jadi berhenti menanyakan kalimat yang sama setiap waktu!"
(Tuan Rumah marah?) tanya Luna ragu.
"Menurutmu?" Suara Sora sedikit geram yang jelas membuktikan kalau dia sedang marah.
(Maaf, aku melakukan ini demi Tuan Rumah. Selama beberapa hari ini kehidupan Tuan Rumah terlalu stabil tanpa masalah. Tapi justru itu yang membuatku khawatir, takutnya Tuan Rumah terlena dan berakhir meninggal karena tidak siap menghadapi perubahan.)
Sora terdiam seribu bahasa, amarah di hatinya lenyap seperti tidak pernah muncul sebelumnya. "Apa yang ingin kamu sampaikan?"
(Entahlah, aku cukup gelisah belakangan ini. Firasatku sangat kuat, aku khawatir akan terjadi hal buruk pada Tuan Rumah.)
Sora berdiri dengan wajah serius. "Harusnya kamu katakan itu lebih awal. Sekarang gunakan semua poin harem untuk menerobos!"
(Baik! Berhasil mengonsumsi tujuh ribu poin harem, ranah +7.)
Wush!
Aura dunia mulai berkerumun di sekitar Sora, membentuk pusaran topan yang kuat tapi tidak berbahaya.
Otot tubuh Sora tumbuh berkali - kali dan terus diperkuat selama proses terobosan dari tingkat dua sampai tingkat sembilan. Kalau ada kultivator lain di sini, mereka pasti terkejut setengah mati saat melihat terobosan Sora.
Bahkan jenis paling galak di Kerajaan Batu butuh waktu sekitar satu bulan untuk menerobos dari tingkat dua sampai tingkat sembilan pemurnian qi.
Sora merasa tubuhnya semakin kuat dan energi sejati yang tersimpan di dalam dantian semakin banyak. Sampai saat ini, Sora cuma bisa menggunakan energi sejati untuk memperkuat tubuh, itu pun belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh Sora.
Masih ada banyak ruang untuk perbaikan, Sora selalu berusaha memperbaikinya setiap hari di kala tidak sedang membantu pekerjaan penduduk desa.
"Meski kuat, aku merasa ini sia - sia."
(Apa boleh buat, Tuan Rumah bahkan belum memiliki teknik kultivasi. Wajar kalau penggunaan energi sejati tidak seoptimal yang diharapkan.)
Sora memutar mata kemudian berkata, "Kalau kamu begitu peduli padaku, seharusnya kamu kasih aku teknik kultivasi terkuat atau seni bela diri terhebat." Sora tersenyum bercanda.
(Tidak ada makan siang gratis di dunia ini, kalau mau dapet barang bagus, kumpulin setidaknya satu miliar poin harem.)
"Oke, cukup, sama sekali tidak membantu. Satu miliar poin harem? Aku harus mengumpulkannya berapa lama?!"
(Kalau Tuan Rumah mau pindah ke kota dan setiap hari datang ke tempat pelacuran, mungkin bisa mengumpulkan satu miliar poin harem dalam jangka waktu satu bulan.)
Sora tersenyum masam. "Luna, kamu melupakan sesuatu."
(Apa itu?)
"Uang, aku sama sekali tidak punya uang dunia ini. Kamu pikir mereka mau melayani pria tanpa uang?"
(Ah, benar juga. Pertama Tuan Muda harus mengumpulkan uang.)
Sora mengangguk mengerti. "Tapi gimana caranya?"
(Tanya saja pada penduduk desa yang sering keluar.)
"Begitu ya, aku akan melakukannya meskipun tidak sekarang."
(Kenapa?)
Sora tidak menjawab tapi menatap langit yang cerah dengan senyum di wajahnya. "Desa ini sangat bagus, aku ingin tinggal sedikit lebih lama."
(He he he he.) Luna tertawa penuh arti yang membuat Sora merasa sedikit malu.
"Jangan menggodaku, aku sedang berusaha mengumpulkan poin harem sebanyak - banyaknya demi bisa segera kembali ke bumi."
(Aku tahu, Tuan Rumah sedang mencoba mendayung sekali untuk melampaui dua pulau atau lebih.) Suara Luna menggelitik kepala Sora.
"Uhuk! Selagi kesempatan ada di depan mata, mubazir kalau tidak mengambilnya."
(Tuan Rumah benar - benar jatuh cinta pada Melati. Aku doakan yang terbaik untuk Tuan Rumah. Kalau bisa segera taklukkan hati serta tubuhnya. Dengan begitu, Tuan Rumah akan memperoleh hadiah yang kaya dari sistem.)
Sora berhasil tetap tenang meski dibujuk menggunakan teknik iblis oleh Luna. "Sabar, semua butuh proses. Lagipula tidak seperti wanita di dunia modern, Melati lebih tertutupi soal hubungan dengan lawan jenis. Aku juga tidak tega untuk memanfaatkannya begitu saja."
(Hmm... Hmm... Memang begitulah isi pikiran yang wajar dari seseorang yang sedang jatuh cinta.)
"..." Sora berhenti bicara dan mengabaikan Luna.
Luna yang sadar sedang didiamkan cuma bisa menyelam kembali dan berhenti menggoda Sora.
"Oya oya? Bukannya itu Sora? Sedang apa kamu di sini?" tanya seorang pria paruh baya bertubuh kekar sambil membawa busur dan anak panah.
"Paman Hun? Aku sedang jalan - jalan, Paman Hun mau ke mana?"
Hun tersenyum sambil memperlihatkan busur dan anak panahnya. "Biasa, aku perlu mencari daging untuk stok desa. Bagaimana kalau kamu ikut denganku?"
"Berburu? Kedengarannya menarik, aku ikut!"
"Ha ha ha ha, itu baru anak muda." Hun melempar busur serta anak panah cadangan kepada Sora.
Sora meskipun ini pertama kalinya memegang busur, entah mengapa dia merasa sedikit akrab dengan perasaan tersebut.
'Kalau aku menggunakan energi sejati untuk memperkuat busur dan anak panah, aku penasaran apa yang akan terjadi,' ujar Sora dalam hati.
...
Sora dan Hun berkeliling mencari mangsa untuk dipanah. Setelah pencarian selama hampir satu jam, mereka akhirnya menemukan mangsa yang cocok, sapi bulu besi.
"Bulu sapi ini sekeras besi, anak panah tidak akan bisa melukainya," jelas Hun kepada Sora.
Sora mendengarkan dengan seksama kemudian menganggukkan kepala. "Kalau gitu, bagian mana yang harus diincar?"
"Wajah, kalau bisa kena dahinya lebih bagus."
"Dimengerti, apa boleh aku mencobanya?"
Hun merenung sebentar kemudian menganggukkan kepala. "Silakan saja."
Sora yang telah mendapat ijin mulai membidik dari kejauhan. Bidikan Sora sangat presisi, dia memanfaatkan kekuatan fisik yang besar untuk berdiam diri seperti patung.
'Ayo coba lakukan.' Sora mengalirkan sedikit energi sejati ke dalam busur dan anak panah. Tiba - tiba tarikan busur semakin kuat, Sora sedikit kaget meskipun dia mengharapkan perubahan seperti ini. 'Target terkunci, lepas!'
Wosh!
Anak panah melesat dengan cepat membawa hembusan angin yang sampai dirasakan Hun. Hun terkejut dan terpesona melihat laju anak panah yang begitu lurus meskipun angin terus menerpanya.
Laju anak panah stabil dengan kecepatan ratusan meter per detik. Dalam sekejap, anak panah hampir mengenai dahi sapi bulu besi tapi sebuah kejadian mengubah semuanya.
Kebetulan sapi bulu besi menoleh yang membuat target anak panah berubah dari dahi menjadi leher yang dipenuhi bulu besi.
Perubahan ini dilihat Hun, dia langsung bersiap membidik, jaga - jaga kalau muncul kesempatan untuk menumbangkan sapi bulu besi di tengah kepanikannnya.
Crat!
Pemandangan tak terduga muncul, anak panah dengan mudah menembus leher sapi bulu besi dan menancap di batu besar yang ada di belakangnya.
Mooo!
Sapi bulu besi berteriak untuk yang terakhir kali sebelum tubuhnya ambruk dan mati.
"Bagaimana kamu melakukannya?" tanya Hun dengan wajah terkejut dan tidak percaya.
Jangankan Hun, Sora juga kaget dengan efektivitas anak panah yang dilapisi energi sejati. Kalau begini, serangan anak panah barusan setara atau bahkan lebih mematikan daripada peluru penembus baja.
...
..
.
Bersambung...
 
                     
                    