💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
Ini kisah tentang kebangkitan wanit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5: Krisis Kehamilan dan Perjanjian Rahasia
Perut Natalie kini mulai membesar, menjadikannya semakin sulit untuk menyembunyikan kondisinya, baik di warung maupun di kelas. Di penghujung semester kursus kilat, ia didesak oleh tenggat waktu dan kelelahan yang luar biasa.
Suatu malam, Natalie sedang menghitung tabungannya di bawah lampu redup. Uangnya tidak cukup. Biaya melahirkan di rumah sakit umum kota itu saja sudah melampaui separuh tabungannya.
Tiba-tiba, rasa sakit tajam menusuk perutnya. Kontraksi yang menakutkan, jauh lebih dini dari seharusnya. Natalie mengerang pelan, mencengkeram seprai kasur. Keringat dingin membasahi dahinya.
Krisis.
Ia mencoba menghubungi Maya, tangannya gemetar. "Maya, tolong... perutku sakit sekali. Aku... aku takut."
Maya datang dalam hitungan menit, panik. Ia segera membawa Natalie ke klinik terdekat.
Di klinik, dokter muda itu menatap Natalie dengan keras. "Nona, kehamilan Anda sangat berisiko. Anda mengalami kontraksi dini karena kelelahan dan kurang gizi. Anda harus total istirahat. Jika Anda terus bekerja seperti ini, anak Anda bisa terancam."
Peringatan itu menghantam Natalie seperti palu. Demi balas dendam, ia hampir mengorbankan satu-satunya harta yang ia miliki.
Mata Natalie berkaca-kaca, bukan karena sakit, tapi karena ketakutan. "Saya harus bertahan, Dok. Saya tidak punya siapa-siapa."
Setelah kembali ke kos, Maya duduk di samping Natalie, raut wajahnya serius.
"Ini tidak bisa dilanjutkan, Nat," kata Maya. "Aku tahu kau pintar, tapi tubuhmu bukan mesin. Aku tahu kau ingin mandiri, tapi kali ini, kau butuh bantuan total."
Natalie menunduk. "Aku tidak bisa menerima uangmu. Aku sudah berutang terlalu banyak biaya kursus."
"Ini bukan utang," balas Maya tegas. "Ini adalah investasi. Aku percaya padamu. Selama kau istirahat penuh, biarkan aku yang membiayai kebutuhanmu sampai kau melahirkan. Kau bayar aku kembali, bersama bunganya, setelah kau sukses nanti."
Natalie menatap mata Maya. Maya adalah satu-satunya malaikat dalam neraka yang ia jalani. Rasa bersalah dan terima kasih membanjiri hatinya.
"Tapi... mengapa kau percaya padaku?" tanya Natalie, suaranya tercekat.
Maya tersenyum hangat. "Aku tahu saat melihatmu di warung. Mata wanita yang pernah jatuh itu tidak akan pernah menipu. Kau punya bara api yang akan membuatmu bangkit. Dan aku ingin melihatnya."
Keputusan harus dibuat. Natalie tahu, ia tidak bisa membesarkan anaknya di tempat kumuh ini sambil bersembunyi. Untuk membalas dendam pada Aaron, ia butuh modal, koneksi, dan pendidikan kelas dunia. Ia harus pergi jauh.
Natalie mengeluarkan sebuah buku jurnal kecil. Di dalamnya ada kontak seorang pensiunan pengacara ternama yang pernah dipecat oleh Keluarga Whitmore karena konflik etika bertahun-tahun lalu. Ia telah menulis surat selama berbulan-bulan, mencoba menawarkan bantuan.
"Maya, aku punya rencana. Ini akan jadi rahasia terbesarku," bisik Natalie, memegang tangan Maya. "Aku harus pergi, Maya. Setelah Kenzo lahir."
"Pergi? Ke mana?"
"Ke luar negeri. Ada peluang beasiswa/pekerjaan yang mengharuskanku pergi selama lima tahun. Sebuah transformasi total. Aku akan membangun modal dan koneksi di sana," jelas Natalie. Ia harus berbohong soal beasiswa. Kenyataannya, ia sudah dihubungi oleh pengacara tua itu, yang tertarik pada informasi internal Whitmore yang dimiliki Natalie.
"Lima tahun? Nat, Kenzo... kau akan meninggalkannya?" Maya terkejut.
Air mata Natalie menggenang. Ini adalah pengorbanan terbesar. "Aku harus, Maya. Aku tidak bisa membawanya ke tempat berbahaya. Dan aku tidak bisa membiarkan dia tumbuh melihat ibunya mencuci piring. Aku ingin dia kembali ke sini, sebagai pewaris yang sah. Tapi aku butuh kau."
Natalie menatap Maya dengan permohonan yang menusuk. "Aku butuh kau menjaga Kenzo. Beri dia cinta. Beri dia rumah yang aman. Jangan pernah, sekali pun, beritahu siapa pun bahwa ayahnya adalah... pria itu. Bisakah kau berjanji padaku?"
Maya memeluk Natalie erat-erat. "Aku berjanji, Nat. Dia akan aman. Aku akan menjaganya seperti anakku sendiri. Sekarang, fokuslah melahirkan dengan selamat. Perjanjian kita akan menunggu."
Sumpah itu terucap di kamar kos yang sempit. Sebuah perjanjian rahasia yang akan menentukan nasib dua wanita, satu bayi, dan satu dinasti yang harus hancur. ****