NovelToon NovelToon
Reign Of The Shadow Prince

Reign Of The Shadow Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi / Fantasi Isekai
Popularitas:553
Nilai: 5
Nama Author: ncimmie

di khianati dan di bunuh oleh rekannya, membuat zephyrrion llewellyn harus ber transmigrasi ke dunia yang penuh dengan sihir. jiwa zephyrrion llewellyn masuk ke tubuh seorang pangeran ke empat yang di abaikan, dan di anggap lemah oleh keluarga, bangsawan dan masyarakat, bagaimana kehidupan zephyrrion setelah ber transmigrasi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ncimmie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 5

Valerian berbaring di atas kasurnya yang keras. Ia mengerutkan kening pelan — pinggangnya mulai terasa nyeri.

“Kasur ini benar-benar menyiksa…” gumamnya lirih.

Setelah beberapa saat berguling tanpa hasil, ia akhirnya duduk dan menghela napas panjang.

Udara malam cukup sejuk, jadi ia memutuskan untuk keluar mencari angin.

Langkahnya perlahan membawa dia ke luar kamar.

Untuk pertama kalinya sejak datang ke dunia ini, Valerian benar-benar memperhatikan sekeliling istana utara.

Bangunan tua itu dipenuhi lumut dan tanaman merambat, sebagian dindingnya mulai retak, dan beberapa pilar bahkan hampir roboh.

“Benar-benar buruk,” katanya pelan sambil menatap reruntuhan di sudut taman.

Ia terus berjalan tanpa arah. Langkah kecilnya bergema di antara lorong-lorong sepi, sampai akhirnya ia sadar — ia tersesat.

Namun di balik pepohonan dan dinding tua, mata emasnya menangkap cahaya yang berbeda.

Sebuah bangunan besar tampak berdiri megah di kejauhan, diterangi cahaya obor dan kristal sihir. Dindingnya berkilau, jendelanya dipenuhi kaca berwarna, dan atapnya menjulang tinggi dengan lambang phoenix kerajaan.

“Istana ini…” Valerian menatap kagum, suaranya nyaris tak terdengar.

“...sangat indah.”

Rasa takjubnya membuatnya mendekat tanpa sadar.

Namun langkahnya terhenti ketika melihat dua sosok berpakaian mewah berjalan ke arah pintu utama. Salah satunya bermahkota kecil di dada — tanda tangan kanan Raja.

Valerian segera mundur dan bersembunyi di balik dinding batu.

Dari tempatnya berdiri, ia bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas.

“Yang Mulia Raja, besok adalah ulang tahun Putra Mahkota yang ke–19. Semua persiapan sudah selesai,” ujar pria itu — Eryx, tangan kanan Raja.

Suara berat Raja Maelrick terdengar pelan tapi tegas.

“Pastikan semuanya sempurna.”

“Tapi Yang Mulia,” lanjut Eryx ragu, “bagaimana dengan Pangeran Ketiga?”

Hening sesaat. Lalu suara Raja terdengar dingin, tanpa sedikit pun emosi.

“Biarkan saja. Jangan membahas anak itu lagi.”

Dada Valerian terasa sesak.

Ia tidak marah, tidak juga terkejut — hanya diam.

Senyum tipis muncul di bibirnya, tapi senyum itu kosong.

“Begitu rupanya…” bisiknya pelan.

Ia berbalik perlahan, meninggalkan istana megah itu tanpa suara.

Langkah kakinya terasa berat, tapi wajahnya tetap datar.

Begitu sampai kembali di Istana Utara, Valerian langsung menuju kamarnya.

Tubuhnya lelah, tapi bukan karena berjalan jauh — melainkan karena kata-kata yang baru saja ia dengar.

Ia berbaring di kasur keras itu lagi, menatap langit-langit kamar yang gelap.

Untuk sesaat, ia merasa dunia ini benar-benar sunyi.

“Raja, huh…” gumamnya pelan sebelum menutup mata.

“Baiklah. Kalau itu maumu, aku akan hidup tanpa restumu.”

Dan malam pun berlalu dalam diam.

Cahaya matahari pagi menembus celah jendela yang retak, memantulkan debu yang menari di udara.

Burung-burung kecil berkicau di kejauhan, sementara embun masih menempel di rumput liar di halaman belakang istana utara.

Valerian membuka matanya perlahan. Malam tadi terasa panjang, tapi pikirannya kini jauh lebih tenang.

Ia duduk di tempat tidur keras itu, mengusap wajahnya pelan sebelum berdiri dan mengenakan pakaian sederhana yang sudah disiapkan Alaric.

Beberapa menit kemudian, Alaric masuk dengan membawa nampan.

“Selamat pagi, Pangeran. Ini sarapan Anda.”

Valerian hanya mengangguk pelan. Di atas meja ada roti hangat, sedikit keju, dan teh herbal yang masih mengepul.

Meski sederhana, aroma teh itu cukup menenangkan.

“Terima kasih, Alaric.”

Alaric tersenyum kecil, lalu menyingkir dengan tenang.

Valerian menikmati sarapannya tanpa banyak bicara. Setiap gerakannya pelan dan teratur — kebiasaan yang ia bawa dari kehidupannya dulu sebagai pembunuh bayaran. Tidak ada gerakan yang sia-sia, tidak ada waktu yang terbuang.

Selesai makan, ia mengambil jubah hitamnya dan melangkah keluar kamar menuju taman belakang.

Udara pagi masih dingin, embun membasahi alas kakinya, tapi Valerian tidak peduli.

Ia berdiri di tengah taman yang sepi, menutup matanya, dan mulai memusatkan kekuatannya.

Bayangan di bawah kakinya bergerak pelan mengikuti arah tangannya. Uap sihir hitam samar muncul di udara — lembut tapi padat.

“Kendalikan, jangan lawan,” gumamnya pelan pada dirinya sendiri.

Sihir kegelapan merespons perintahnya. Meski belum stabil, kekuatan itu mulai membentuk pola. Kali ini tak ada rasa sakit, hanya sensasi dingin yang menjalar di ujung jari.

Setelah beberapa menit, Valerian menghentikan latihannya dan menarik napas panjang.

“Lebih baik dari kemarin,” ujarnya singkat, lalu tersenyum tipis.

Ia kembali ke dalam istana, mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

Air hangat menyambut tubuhnya yang lelah. Setelah mandi, Valerian mengenakan pakaian bersih dan mengeringkan rambut peraknya dengan perlahan.

Selesai berpakaian, ia menuju ruang baca kecil di ujung koridor.

Ruangan itu dipenuhi buku-buku lama yang sudah berdebu. Beberapa halaman bahkan mulai rapuh dimakan usia.

Namun, mata Valerian berbinar ketika melihat rak berisi catatan kuno tentang sihir kuno dan ramuan langka.

“Sepertinya istana tua ini masih punya harta yang belum ditemukan,” gumamnya sambil membuka salah satu buku.

Ia duduk di kursi kayu tua, membuka halaman demi halaman. Tulisan kuno dan simbol sihir terpampang jelas, membuat pikirannya langsung fokus.

Bagi Valerian, pagi yang sederhana seperti ini justru memberi ketenangan — sarapan, latihan, mandi, membaca.

Semuanya terasa damai…

…tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu, ketenangan ini tidak akan bertahan lama.

1
彡 Misaki ZawaZhu-!
Bingung mau ngapain setelah baca cerita ini, bener-bener seru!
Nori
Buku-buku sebelumnya sudah seru, tapi yang ini bikin aku ngerasa emosi banget.
Brian
Terpesona
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!