"Ya Tuhan...apa yang sudah aku lakukan? Kalau mamih dan papih tahu bagaimana?" Ucap Ariana cemas.
Ariana Dewantara terbangun dari tidurnya setelah melakukan one night stand bersama pria asing dalam keadaan mabuk.
Dia pergi dari sana dan meninggalkan pria itu. Apakah Ariana akan bertemu lagi dengannya dalam kondisi yang berbeda?
"Ariana, aku yakin kamu mengandung anakku." Ucap Deril Sucipto.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meluapkan Rasa Rindu
Waktu demi waktu Anna dan Deril lalui bersama. Tidak terasa kandungan Anna sudah memasuki usia tujuh bulan. Ada rasa rindu yang amat besar di hatinya pada orang tuanya.
Di tempat duduk yang berada di halaman belakang, Anna terpaku memandangi nomor ponsel orang tuanya. Sejak kejadian itu, ia dan Deril sudah mengganti nomor mereka.
Mamah Mona mendekati menantunya yang tengah melamun. "Kenapa sayang?" Ucapnya, ia membawakan buah buahan untuk menantunya ini.
"Anna kangen sama mamih dan papih. Tapi Anna takut, mah." Lirih Anna.
"Kenapa takut sayang? Mamih dan papih kamu pasti senang kalau kamu menghubungi mereka. Apalagi dua bulan lagi kamu akan melahirkan. Atau mamah aja yang telepon?" Kata mamah Mona.
Namun Anna masih berpikir sebelum menghubungi orang tuanya. Mamah Mona juga mengingatkan Anna, jika hari ini Anna akan di periksa lagi kandungannya.
"Iya mah Anna hampir lupa."
Anna dan mamah Mona bersiap siap akan ke rumah sakit tempat Deril bekerja. "Ayo sayang. Cucu omah yang sehat ya nak. Nanti pulang dari sana kita makan enak."
"Makasih omah sayang."
-
-
-
"Mas, ruangan dokter Beni dimana? Kok eng_loh mas itu bukannya Anna kan?" Ucap Shera, yang merupakan anak om Bastian.
Zalindra, suaminya Shera melihat ke arah telunjuk istrinya. "Iya benar, itu Anna. Jadi dia pindah ke Surabaya."
"Mas, hubungi papah cepat atau kak Zena. Kasihan mamih mas. Mamih pasti senang Anna udah ketemu." Kata Shera.
Dengan cepat Zalindra menghubungi papah mertuanya, yaitu om Bastian. Juga, ia menelepon Zena adiknya. "Iya, Zen. Kakak di rumah sakit Pelita Harapan. Kalau kamu udah sampai Surabaya, langsung ke rumah kakak aja. Kakak cari info dulu soal Anna."
"Iya kak Alhamdulillah. Makasih ya kak."
Zalindra dan Zena menyudahi teleponnya. Kini di Jakarta, Zena segera memberitahukan keberadaan Anna pada keluarga suaminya terutama mertuanya.
Sejak kecelakaan itu, mamih Aleesya tak berdaya. Setiap hari ia mengigau soal Anna. Bahkan kesehatannya menurun. Namun setelah mendengar keberadaan Anna, senyum di wajahnya muncul setelah dua bulan ia murung.
"Pih, kita kesana. Mamih mau ketemu Anna. Dua bulan lagi dia melahirkan, dia pasti butuh aku." Lirih mamih Aleesya.
"Ray, siapkan semuanya malam ini." Kata Athala.
Papih Alarich menyetujuinya. Ia menelepon Bastian untuk menemaninya ke Surabaya. Malam ini beberapa dari mereka akan pergi kesana.
"Kita bawa anak anak, mas?" Tanya Zena.
"Iya, sekalian kita jalan jalan di sana. Ellea sama Shaka juga kangen sama onty-nya." Kata Athala sambil memasukkan pakaian mereka ke dalam koper.
Zena mengangguk pelan, ia juga membantu suaminya menyiapkan semuanya termasuk perlengkapan kedua anaknya.
Begitupun Alana dan Erlan, mereka juga memboyong kedua anaknya, sama halnya dengan Atharya dan Hulya.
"Apa kalian tidak keberatan ikut?" Tanya papih Alarich pada ketiga anaknya ini.
"Enggak pih, sekalian kita liburan kesana. Siapa tahu, Anna sudah bisa memaafkan kita. Jadi kita bisa liburan bersama." Ucap Atharya.
"Kamu benar, semoga Allah melembutkan hati Anna dan Deril." Lanjut Erlan.
Zalindra mengabari Zena adiknya, jika ia sudah memesan beberapa kamar hotel untuk di tempati keluarga Dewantara.
-
-
-
"Mas, aku mau sop iga ya boleh kan?"
"Boleh sayang, jangan yang dibakar yah. Sama jus-nya juga sekalian." Kata Deril.
Mamah Mona sudah lebih dulu memesan makanan untuk dirinya dan menantunya. Namun sepertinya perut Anna merasakan lapar terus menerus. Ia tidak akan cukup jika hanya memakan satu porsi saja.
"Maklum, namanya hamil kalau udah semakin membesar pasti lebih sering makan sayang." Kata mamah Mona.
"Iya mah hehehe pantesan lapar terus." Celetuk Anna.
Kini ketiganya makan bersama siang itu. Selesai makan siang, mereka menuju toko peralatan bayi. Anna membeli banyak sekali kebutuhan bayinya. "Ini bagus sayang."Ucap Deril, ia memperlihatkan dress mini untuk calon anaknya yang berjenis kelamin perempuan.
"Lucu mas, kayak balon." Anna gemas sekali melihatnya.
Mamah Mona juga membelikan stroller dan perlengkapan lainnya. Bima ikut membawakan belanjaan majikannya. Mereka tidak sadar jika tengah di ikuti oleh Sherra dan Zalindra.
Selesai berbelanja, Anna, suaminya dan mertuanya pulang ke rumah di ikuti Bima di belakang mobilnya. "Mas, belanjaan di mobil Bima yah?" Kata Anna.
"Iya sayang, kayaknya aku harus beli mobil yang agak besar yah." Ucap Deril.
"Hmm iya juga sih mas, tapi jangan yang mahal, sayang uangnya apalagi aku mau melahirkan mas."
Sebetulnya Deril sangat mampu sekali jika ingin membelinya namun Anna tidak ingin membebani suaminya ini.
"Enggak kok sayang, biar nanti Bima yang urus besok." Ucap Deril.
Mamah Mona juga setuju atas perkataan anaknya. Ia tidak ingin Anna merasa tidak nyaman. "Pokoknya, belikan yang besar. Nanti kan ada cucu mamah juga. Masa mau di simpan di bagasi, enak aja." Celetuk Mamah Mona.
-
-
-
Sherra memotret rumah Anna dan Deril dari kejauhan. "Jadi rumah mereka disini?" Gumam Zalindra.
"Aku udah kirim photonya ke kak Zena sama papah."
"Iya sayang, besok kita antar mamih kesini." Ucap Zalindra.
Zalindra mendapat telepon dari anak buahnya, jika Deril tidak memakai nama depannya untuk praktek di rumah sakit tersebut. Deril memakai nama tengahnya, yaitu Maheswara Sucipto agar tidak mudah di kenali orang lain.
"Pantes aja, aku tanya dokter Deril, perawat di sana enggak ada yang tahu." Celetuk Sherra.
"Kamu benar sayang "
-
-
Keluarga besar Anna baru sampai Surabaya pagi ini, mereka di jemput Zalindra dan Sherra, dan diantarkan ke hotel. "Jadi benar Anna dan Deril pindah kesini?" Tanya om Bastian pada anaknya ini.
"Iya pah." Sherra juga menceritakan tentang identitas Deril yang di sembunyikan di rumah sakit tempatnya bekerja.
Sepertinya Deril punya koneksi yang kuat dengan pimpinan rumah sakit tersebut hingga identitasnya di sembunyikan.
"Jadi kapan kita ke rumah Anna, pih?" Tanya mamih Aleesya.
"Besok sayang."
Mereka semua beristirahat dulu hari ini, besok pagi baru akan menemui Anna dan Deril.
-
-
Hari yang dinanti tiba, di rumah Anna dan Deril tengah di adakan syukuran tujuh bulanan untuk kandungan Anna. Mamah Mona mengundang para tetangga dan juga anak yatim dari panti asuhan.
Tangisan Anna pecah, ia teringat mamih dan papihnya. Rasa rindunya semakin besar. "Sayang, kenapa hmm?" Tanya Deril pada istrinya ini.
"Aku kangen mamih sama papih mas. Apa mereka mau terima aku mas kalau aku telepon?" Lirih Anna.
"Pasti sayang. Aku pikir kemarin kamu udah telepon mamih."
"Belum mas, aku takut."
Deril menenangkan istrinya, ia mengatakan semuanya akan baik baik saja. Jika sudah waktunya, ia akan membawa istrinya bertemu orang tuanya.
Selesai dengan acara pengajiannya, Anna menghampiri suaminya yang tengah bersama Bima di teras rumah. Rupanya Deril menunggu mobil baru yang akan datang untuk istrinya.
Tanpa mereka sadari, di depan gerbang ada orang tua Anna yang baru turun dari mobil. "Anna." Lirih mamih Aleesya dari kejauhan.
Anak yang ia kandung dan ia besarkan, kini semakin cantik di tengah kehamilannya yang semakin membesar. Dengan langkah ragu, mamih Aleesya masuk ke dalam bersama suaminya.
"ANNA."
DEG
soal nya lupa