NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Bella

Cinta Untuk Bella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:33.5k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Saquel dari Novel "Janda untuk om Duda"


Semenjak mamanya menikah dengan tuan muda Danendra, perlahan kehidupan Bella mulai berubah. Dari Bella yang tidak memiliki ayah, dia menemukan Alvaro, sosok ayah sambungnya yang menyayangi dirinya selayaknya anak kandungnya sendiri.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah insiden membuat semua berbalik membencinya. Bahkan mama kandungnya ikut mengabaikan dan mengucilkan Bella, seolah keberadaannya tidak pernah berarti.

Di tengah rasa sepi yang mendalam takdir mempertemukan kembali dengan Rifky Prasetya , dokter muda sekaligus teman masa kecil Bella yang diam-diam masih menyimpan rasa sayang untuknya. Bersama Rifky, Bella merasakan arti dicintai dan di lindungi.


Namun, apakah cinta masa lalu mampu menyembuhkan luka keluarga yang begitu dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5

Adel mengendarai motor bututnya dengan pelan sambil membonceng Bella di belakangnya. Suasana malam yang dipenuhi lampu terang yang berdiri di sepanjang jalan, membuat wajah mereka terlihat lebih cerah, meski kendaraan mereka jauh dari kata mewah.

“Kira-kira kita yang naik motor geter gini, bisa dapat cowok kaya raya nggak ya, Bel? Jujur, aku sudah capek hidup susah, pengen jadi orang kaya" tanya Adel.

“Bisa aja sih, Del. Kalau sudah jodoh mah mereka tidak bisa menolak.” jawab Bella mengingat kisah mamanya yang di per istri oleh keluarga Danendra yang kaya raya.

"Kamu benar Bel, tapi satu banding seribu. Aku tidak yakin menjadi yang satunya itu" ucap Adel sambil tertawa kecil.

"Tidak apa Del, yang penting kita harus yakin" sahut Bella. Ingin sekali dia menceritakan kisah mamanya kepada Adel, hanya saja dia takut nanti temannya itu akan bertanya lebih jauh.

Adel menekan rem motor dengan perlahan hingga suara mesin mengendur. Mereka berhenti di parkiran yang dipenuhi cahaya warna-warni dari lampu-lampu pasar malam. Bella turun dari atas motor, tubuhnya membeku sejenak saat matanya menatap hamparan wahana yang berdiri megah di hadapannya. Lampu-lampu berkelap-kelip, musik riang menggema di udara, namun semua itu terasa menyakitkan baginya.

Kenangan puluhan tahun lalu tiba-tiba membanjiri pikirannya, momen sederhana bersama keluarganya, tawa riang saat menaiki komidi putar, adu menembak antar orang tuanya dan sang opa, dan aroma manis gula yang menguar di udara malam. Senyum yang dulu menghiasi wajahnya kini berubah menjadi perih yang tersimpan rapat di dalam dada.

Tanpa sadar, ujung matanya mengeluarkan air mata. Bella menunduk, mencoba menyembunyikan kerinduan yang menggerogoti hatinya. Dia tahu, saat ini kesempatan untuk merasakan kebahagiaan itu tidak ada, dan semua kenangan itu hanya menjadi bayangan yang tak bisa disentuh lagi. 

Adel menatap keheranan melihat wajah sendu Bella.

"Kamu tidak apa-apa Bel?" tanya Adel dengan suara pelan, matanya menatap Bella yang baru saja menghapus air mata dengan cepat. 

Bella memaksakan senyum tipis, mencoba menyembunyikan perasannya. "Aku tidak apa-apa kok Del, mataku kelilipan makanya berair," kilah Bella, dia tidak mau Adel mengetahui permasalahan hidupnya.

"Yasudah, ayo kita masuk," ucapnya sambil menarik tangan Bella, dan membawanya masuk kedalam keramaian pasar malam yang penuh warna dan gemerlap lampu.

Mereka berlari kecil, tawa mereka pecah seperti anak-anak yang bebas tanpa beban. Di antara kerumunan, Bella mencoba melepaskan sejenak beban di hatinya. Mereka menaiki wahana sangkar burung, di mana pemandangan kota yang berkelap-kelip seolah menghapus sepi yang sempat menyelimuti.

Lalu di sebuah stand permainan, mereka saling berlomba melempar bola kedalam keranjang. Bella tersenyum lebar saat berhasil memasukkan bola terakhir, matanya yang tadi sembunyi kini berkilau oleh kegembiraan sederhana. Adel tertawa, menepuk bahu Bella dengan hangat, membuat malam itu terasa sedikit lebih ringan bagi keduanya.

Prak.....

Bola yang dilemparkan Bella tepat mengenai sasaran, tumpukan kaleng bekas yang tadinya tersusun rapih seketika jatuh berantakan.

Mata Bella langsung berbinar, senyumnya melebar sampai ke telinga. "Yee... aku berhasil! kau sangat payah Adel" serunya riang sambil meloncat-loncat penuh kegembiraan, kedua tangannya bertepuk tangan menyemangati kemenangannya.

Pemilik permainan memberikan sebuah boneka teddy bear berukuran sedang kepada Bella, Bella pun langsung memeluknya erat mengejek Adel.

Adel yang melihat ejekan Bella merotasi bola matanya malas, dia sudah berkali kali mencoba melempar bola tetapi selalu gagal, tidak mengenai target. Tatapannya penuh kekesalan saat melihat keberhasilan Bella yang tiba-tiba merengkuh hadiah tanpa susah payah.

"Sudahlah, aku tidak mau main lagi. Kita cari tempat saja untuk nongkrong," ucap Adel dengan nada jengkel, suaranya sedikit berat menandakan kecewa.

Bella mengangguk penuh semangat, memeluk boneka teddy bearnya lebih erat lagi. "Ayo, aku juga sudah capek" balasnya ceria. 

Mereka berdua membeli minuman dan beberapa cemilan, setelah itu mencari tempat yang agak sepi, menjauh dari keramaian. Langkah mereka ringan, suasana yang tadinya tegang berubah ringan dengan tawa mereka berdua.

Mereka duduk berdampingan di atas rerumputan yang mulai basah oleh embun malam. Mata Adel menatap kosong ke langit malam yang di penuhi bintang, bibirnya perlahan mengeluarkan satu batang rokok dari bungkus yang terselip di dalam saku jaketnya. 

Adel menyulut rokok tersebut dengan api hingga Asap tipis mengepul ke udara. Adel pun perlahan menyesap rokok tersebut, dan mengeluarkan asapnya dari hidung dan mulutnya.

"Sejak kapan kamu merokok Del?" tanya Bella penasaran, pasalnya selama ini dia tidak pernah melihat Adel merokok.

Adel menghisap lagi rokoknya, lalu menghembuskan asapnya secara perlahan, matanya masih tak bergeming dari pandangan jauh. "Sudah lama, Bel." jawabnya dengan suara serak yang mengandung keletihan. "Aku hidup sendiri, tidak ada yang bisa aku lakukan selain merokok. Susah senangnya hidup yang aku lalui selama ini hanya mampu aku rasakan sendiri"

Bella yang menatapnya, merasa perih melihat sahabat yang biasanya ceria itu tenggelam dalam kesepian yang dalam. Udara malam terasa semakin dingin, namun antara mereka hanya ada keheningan yang penuh arti.

Adel menatap Bella dengan sorot mata penuh arti, mencoba membaca kegelisahan yang tersembunyi di balik senyumnya yang tipis. Asap rokok yang mengepul di antara jari-jarinya seolah menjadi temani sunyi yang mengikat keduanya. 

Bella menunduk sebentar, menghela nafas dalam menahan beban yang tak pernah ia ungkapkan pada siapa pun. "Terkadang hidup sendiri lebih baik, daripada hidup bersama orang lain tapi terasingkan," ucapnya lirih, seakan menegaskan bahwa kesendirian adalah pelarian dari luka yang terlalu dalam untuk dibagi.

Adel menghela napas, merasakan kegetiran yang sama walau dari sisi berbeda. Ia tahu, Bella tidak mudah membuka diri, tapi dia tahu wanita itu memiliki beban yang sama seperti dirinya.

"Kamu ingin mencobanya?" tawar Adel.

"Memangnya boleh?" jawabnya ragu, suara kecilnya menyiratkan ketakutan sekaligus keinginan.

"Coba saja, kalau tidak cocok tinggal buang" kata Adel sambil memberikan sebatang rokok kepada Bella.

Bella mengangguk, lalu menerima rokok tersebut. Dengan bantuan Adel, Bella menyulut rokok tersebut dengan api.

"Bagaimana caranya Del?" tanya Bella bingung, pasalnya dia belum pernah merokok, bahkan hanya memegangnya saja belum pernah. Karena Alvaro dan sang opa dulu tidak merokok.

"Hisap aja Bell, tapi pelan saja biar tidak batuk" saran Adel.

Perlahan Bella memberanikan diri menyesap rokok tersebut dengan penuh kehati-hatian. Namun baru satu kali tarikan Bella sudah keselek asap rokok membuat dia terbatuk-batuk.

Uhukk.....

Uhukk.....

Adel tertawa lepas melihatnya, dia merasa lucu dengan teman sekaligus sahabatnya itu.

"Aku tidak bisa Del" ucap Bella.

"Coba saja terus, nanti juga bisa sendiri kok" ucap Adel memberikan semangat kepada temannya itu.

1
Vivi Zenidar
cerita nya bagus..... menguras emosi.... aq suka
Ikha nugraha
buat semua benci mauren
Les Tary
moureen ga punya malu
Euis Maryam
jangan sampai bela di sakiti juga sama Rifki thor kasian
Nureliya Yajid
lanjut thor
Novi Pardosi
gimana dengan sakitnya Bella?
Ariany Sudjana
kapan sih Maureen ini kena batunya? semua keluarga Danendra membela terus, hanya kairen yang masih waras
Sani Srimulyani
semoga Bella selalu bahagia.
Euis Maryam
lanjutkan
Helen@Ellen@Len'z
gak suka lihat bella lg senang dpt makanan dr rifky trus mau ngadu sm papa pokonya sy gak suka maureen ya rhor hrp bella kuatkan hati dan mental jika papanya dtg menyerang bella tiba2
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ariany Sudjana
Maureen itu bisa apa sih? dikit-dikit ngadu, dasar anak manja
Yuni Songolass
gak suka dengan maureen thor
Nofita Sari
emang yaa maureen ini tukang ngadu
up lagi thor
Galuh Setya
tjor kok g da lnjtn si belanya
Riskazputri
👍❤️👍❤️👍❤️👍
uuuu
semangat thor, kita siap menunggu
Nofita Sari
ngomong² bella update lgi gk yaa apa sudah tamat..
La Rue
tetap semangat ya Author
Nancy Nurwezia
bagus gitu novelnya kok ditolak sih..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!