NovelToon NovelToon
Gairah Tabu Tuan Sergio

Gairah Tabu Tuan Sergio

Status: sedang berlangsung
Genre:Patahhati / Cinta Terlarang / Obsesi / CEO / Dark Romance / Mantan / Selingkuh
Popularitas:20.2k
Nilai: 5
Nama Author: RYN♉

KONTEN INI AREA DEWASA‼️

Lima tahun cinta Shannara dan Sergio hancur karena penolakan lamaran dan kesalah pahaman fatal. Bertahun-tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka kembali di atas kapal pesiar. Sebuah insiden tak terduga memaksa mereka berhubungan kembali. Masalahnya, Sergio kini sudah beristri, namun hatinya masih mencintai Shannara. Pertemuan di tengah laut lepas ini menguji batas janji pernikahan, cinta lama, dan dilema antara masa lalu dan kenyataan pahit.
Kisah tentang kesempatan kedua, cinta terlarang, dan perjuangan melawan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RYN♉, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GTTS chapter 11

Nara menatap Sergio dengan tatapan yang membelalak, merasakan dadanya sesak oleh emosi yang tak mampu ia definisikan dengan tepat. Ia tahu betul ke arah mana pembicaraan ini akan bermuara. Dan, demi Tuhan, ia sama sekali tak ingin membahasnya lebih jauh.

“Tuan Sergio,” sergahnya dengan nada tergesa-gesa, sebelum pria itu sempat mengucapkan sepatah kata pun lagi. Suaranya bergetar halus, namun berusaha sekuat tenaga untuk terdengar tegas dan meyakinkan. “Jika Anda ingin membahas tentang kejadian malam itu… kumohon, jangan.”

Sergio balas menatapnya dengan sorot mata tajam yang menusuk, namun ia memilih untuk tetap membungkam, seolah tengah menimbang-nimbang kata-kata yang akan diucapkannya.

“Saya tahu bahwa apa yang terjadi malam itu adalah sebuah kesalahan besar. Namun saya sudah memaafkan Anda, dan saya pun sudah berusaha memaafkan diri saya sendiri. Kita berdua sama-sama dijebak, sama-sama menjadi korban dari sebuah permainan kotor yang bahkan tidak kita sadari sepenuhnya,” ucap Nara dengan nada lirih, sembari menarik napas panjang dan dalam, berusaha keras untuk meredakan gejolak emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. “Saya sudah mengajukan surat pengunduran diri, dan kapal ini akan bersandar di pelabuhan sore ini. Satu-satunya hal yang saya inginkan saat ini adalah pergi dari sini dengan tenang, tanpa membawa dendam sedikit pun, dan tanpa diiringi oleh kenangan-kenangan buruk yang menyakitkan. Kumohon, biarkan saya memulai hidup yang baru.”

Nara lantas menundukkan kepalanya dalam-dalam, sembari menunggu kata persetujuan keluar dari bibir Sergio. Namun yang ia dapatkan hanyalah keheningan yang mencekam.

Pria itu masih menatapnya dalam diam. Tatapan matanya terasa begitu dingin dan menusuk, seolah mampu menembus hingga ke relung jiwanya yang paling dalam. Tatapan itu juga menyimpan sesuatu yang tak mampu Nara pahami sepenuhnya, yang membuatnya merasa semakin gelisah dan tak nyaman.

“Tidak, Nara,” Sergio akhirnya bersuara, memecah keheningan yang menyesakkan itu. Kata-katanya terucap pelan, namun mengandung tekanan yang begitu kuat, seolah ia tak memberikan ruang sedikit pun untuk bantahan. “Bukan hal itu yang ingin kubahas saat ini.”

Nara mendongak dan menatap Sergio dengan tatapan yang penuh kebingungan. “Lalu apa lagi, Tuan?”

Sergio menghela napas pelan, tampak begitu berat dan lelah. Ia berjalan beberapa langkah menjauhi Nara, lalu berhenti tepat di hadapannya, seolah sengaja menjebaknya di antara tubuhnya yang tinggi dan dinding sempit kabin itu. “Ada hal lain yang jauh lebih penting dari semua ini. Sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih signifikan dari sekadar malam sialan itu.”

“Hal lain? Maksud Anda apa, Tuan?” Nara mengerutkan keningnya, diliputi oleh keraguan dan kecurigaan.

Sergio memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah jendela kecil yang basah oleh embun laut. “Aku sudah tak bisa lagi berpura-pura tak tahu tentang hal ini, Nara.”

Nara menatap Sergio dengan tatapan yang semakin bingung dan tak mengerti. “Tak tahu tentang hal apa, Tuan?”

“Setelah semua kegilaan yang terjadi malam itu, aku melihat ada noda darah di seprai.”

Seketika itu juga, tubuh Nara membeku di tempatnya. Tenggorokannya terasa tercekat, seolah ada tangan tak kasat mata yang tengah mencekiknya.

“Awalnya, kupikir itu hanyalah luka kecil yang tak berarti apa pun. Aku bahkan menyalahkan diriku sendiri karena telah bersikap terlalu kasar padamu. Namun entah mengapa, ada sesuatu tentang noda darah itu yang terus mengganggu pikiranku, sesuatu yang membuatku tak bisa melupakannya begitu saja. Aku tahu betul bahwa darah itu bukanlah berasal dari luka biasa,” Sergio melanjutkan penjelasannya dengan suara yang terdengar begitu berat dan penuh beban, seolah ia tengah memikul sesuatu yang sangat berat di pundaknya. Ia kemudian melangkah maju, mendekat ke arah Nara tanpa meminta izin terlebih dahulu, memaksa wanita itu untuk merasakan kehadirannya yang begitu kuat dan dominan. “Aku melakukan konfirmasi secara diam-diam kepada tim medis di kapal ini. Aku hanya bertanya kepada mereka, apa arti dari noda darah seperti itu jika tak ada luka luar yang terlihat? Dan jawaban yang kuterima… sungguh sangat jelas dan tak terbantahkan, Nara. Itu adalah robekan pada selaput dara.”

Sergio berhenti tepat di hadapan Nara, memaksa wanita itu untuk mendongak dan menatap langsung ke dalam matanya. Wajahnya yang tampan kini dibayangi oleh rasa bersalah yang begitu kelam dan mendalam.

“Itu artinya…” bisik Sergio dengan nada yang nyaris mematikan, seolah tengah mengucapkan sebuah vonis hukuman mati. “Kau masih seorang perawan saat aku menyentuhmu malam itu, Nara.”

Ia menuntut Nara untuk melihat dengan jelas luka dan penyesalan yang terpancar begitu jelas dari matanya. “Sekarang, jelaskan semuanya padaku! Jelaskan padaku, Nara, mengapa delapan tahun yang lalu aku melihatmu telanjang di sebuah kamar hotel dengan pria lain… sementara sekarang, aku justru mengetahui bahwa kau tak pernah disentuh oleh pria mana pun sebelumnya!”

Shannara memejamkan matanya sejenak, seperti seseorang yang baru saja ditelanjangi di depan umum oleh kebenaran yang selama ini berusaha ia kubur rapat-rapat di dalam hatinya.

“Saya tidak ingin membahas hal itu, Tuan,” ujarnya dengan suara yang bergetar hebat, nyaris tak terdengar.

Sergio balas menatapnya dengan sorot mata tajam yang menusuk. “Kenapa? Apa karena kau takut jika aku akan mengetahui kebenaran yang sebenarnya? Atau karena kebenaran itu ternyata jauh lebih menyakitkan daripada kebohongan yang telah kau pilih untuk kau percayai selama delapan tahun terakhir ini?”

“Karena tidak semua kebenaran itu perlu diucapkan dengan lantang, Tuan,” balas Shannara dengan suara yang nyaris tak terdengar, sembari merasakan kedua matanya mulai digenangi oleh air mata yang siap untuk tumpah kapan saja. “Kadang, diam itu jauh lebih menyelamatkan daripada mengatakan semuanya.”

“Menyelamatkan siapa?! Dirimu sendiri? Diriku? Atau orang yang telah menghancurkan hidup kita delapan tahun yang lalu dan memaksamu untuk melakukan sandiwara kotor itu?!” bentak Sergio dengan nada suara yang meninggi, kedua matanya menyala penuh amarah yang membara.

Air mata Shannara akhirnya tumpah, berjatuhan satu per satu dan membasahi pipinya yang pucat. Namun suaranya tetap terdengar tegas dan berani saat ia berkata, “Jika waktu itu saya menjelaskan semuanya kepada Anda, Anda tidak akan pernah berhenti. Anda akan terus melawan semua orang… termasuk ibu Anda sendiri! Dan saya tidak ingin melihat Anda kehilangan segalanya hanya karena saya.”

Sergio terdiam cukup lama, seolah tengah mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Shannara dengan seksama. Rahangnya mengeras karena berusaha sekuat tenaga untuk menahan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Suaranya pecah karena luka lama yang kembali menganga lebar di dalam hatinya.

“Jadi, kau rela membiarkanku melihatmu berada di pelukan pria lain… hanya agar aku berhenti mencintaimu?!”

Shannara tersenyum kecil, namun senyum itu dipenuhi oleh kepedihan dan kepahitan yang mendalam.

“Itu adalah satu-satunya cara yang saya miliki pada waktu itu, Tuan.”

“Dan kau benar-benar berpikir bahwa aku bisa berhenti mencintaimu?! Sudah delapan tahun berlalu sejak saat itu, Nara!” suara Sergio terdengar begitu parau dan menyayat hati, dipenuhi oleh luka-luka lama yang tak kunjung sembuh hingga saat ini. “Aku bangun setiap pagi dengan wajahmu di dalam kepalaku. Aku membencimu dengan segenap hatiku, namun di malam-malam sunyi, aku masih saja mencarimu di dalam mimpi-mimpi terburukku.”

Shannara menundukkan kepalanya dalam-dalam, kedua bahunya bergetar hebat karena berusaha menahan tangis yang ingin meledak. “Kalau begitu, bencilah saya seumur hidup Anda, Tuan. Tapi kumohon, jangan mencari saya lagi. Karena jika Anda mengetahui siapa yang sebenarnya menyebabkan semua ini, Anda tidak akan pernah bisa hidup dengan tenang.”

Sergio terdiam untuk beberapa saat, seolah tengah berperang dengan dirinya sendiri.

Sekali lagi, nama ibunya muncul di dalam benaknya, namun ia berusaha sekuat tenaga untuk menepis pikiran tersebut. Tidak. Ia tak ingin mempercayai hal itu.

“Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku,” gumamnya lirih, seolah tak sadar tengah berbicara kepada dirinya sendiri. “Aku bisa melihatnya dengan jelas di kedua matamu.”

“Yang saya sembunyikan dari Anda, Tuan,” balas Shannara dengan suara yang nyaris tak terdengar, “adalah hal yang akan menghancurkan diri Anda jika saya berani mengungkapkannya.”

Ia menatap Sergio dalam-dalam, kedua mata mereka saling bertemu, seolah dua jiwa yang terluka itu saling mengenali satu sama lain. “Kumohon dengan sangat… Jangan paksa saya untuk mengatakan apa pun.”

Sergio terdiam cukup lama, menimbang-nimbang setiap perkataan yang diucapkan oleh Shannara di dalam hatinya. Lalu suaranya menurun drastis, menjadi begitu dingin dan tajam seperti bilah pisau yang diseret di atas batu. “Baiklah. Aku tak akan memaksamu untuk menceritakan apa pun kepadaku. Tapi kau juga tak akan turun dari kapal ini sendirian, Nara.”

Shannara menatap Sergio dengan tatapan tak percaya, kebingungan, dan amarah yang bercampur aduk menjadi satu.

“Kenapa?” tanya Shannara dengan suara yang serak namun menusuk. “Kenapa Anda begitu terobsesi untuk menggali masa lalu yang seharusnya sudah dikubur dalam-dalam? Anda sudah memiliki hidup Anda sendiri, Tuan. Anda memiliki seorang istri yang cantik, sebuah keluarga yang Anda banggakan, dan kekayaan yang tak terhingga. Bukankah itu semua sudah cukup untuk Anda? Lalu untuk apa lagi Anda mengungkit masa lalu yang seharusnya dilupakan?”

Sergio tersentak mendengar pertanyaan itu. Nama istrinya menghantam benaknya seperti palu godam yang dingin, mengingatkannya pada realitas yang selama ini berusaha ia abaikan.

“Ini semua tidak ada hubungannya dengan dia, Nara,” jawab Sergio dengan nada dingin, sembari berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan benteng pertahanannya yang mulai runtuh.

“Tentu saja ada hubungannya! Jangan bersikap munafik seperti itu, Tuan!” Shannara membantah dengan nada yang meninggi dan menusuk, seolah tengah menantang Sergio untuk mengakui kebenaran yang selama ini ia sembunyikan rapat-rapat di dalam hatinya. “Apa yang sedang Anda lakukan saat ini? Apa Anda sedang bertingkah seolah kita berselingkuh di belakang punggung is

1
hana young
Tetang mantan yg lom moveOn/Wilt/
Lina Nurjanah
ini kapan up nya lagi . udah lama bgt
Z
👍👍👍👍👍
Reza Alfanisia Putri
up dong thor
Hana yu
alurnya keren
Cinta
Ceritanya menarik tentang mantan pacar obsesi ke mantan ceweknya. direkomendasikan buat orang-orang 17+ yakk banyak adegam hmm nya 🤣 so far aku suka banget ceritanya
BACA GUYS GAK BAKAL NYESELLLL
makin d baca makin candu pas awal awal kek bakal boring ternyata pertengahan baru ah i see
semangat author aku 🫶
Moyu
kasian nara masalah dia bertubi tubi
Moyu
stress semua STRESS
Anna Rakhmawaty
emaknya nara ganti nama ya thor,, dr hilda jd amira
Anna Rakhmawaty: oohh okee ga masalah,, semangaatt terus🤗
total 2 replies
Anna Rakhmawaty
menarik penuh intrik
Anna Rakhmawaty
obsesi tanpa ujung
Ali
sergio betulan kecintaan bngett sm shannara🤣 thor pls tetep semangat aku pembaca setiamu 🫰
Moyu
author tersayang jgn patah semangat km bisa liat dari komen komen aq kan aku pembaca setiamu and aku suka bgt kisah sergio dan shannara ini tolong jgn smpe gak up lagi aku nugguin km update tiap hari 😍❤️‍🔥
Moyu
modus anyiing 🤣🤣🤣 anakmu aja belum tentu udah bernyawa banggg
ada aja kelakuan bapak ini gmesss🤭
Ali
cara nulisnya agak berbeda lebih seru begini 😍 semangattt mariee saya mulai jatuh cinta kenovelmu
Ali
chapter ini gila beneran hobby maen diaer 🫠 digempur ampe 3 hari njirrr apa gak sakit 😵‍💫🤔
Ali
kata gua mah tunggu dirumah dah
Ali
harusnya gausah dihalangi biarin baku hantam
Ali
visual cakep TAPI ngeselin
Ali
elu kesel krn adek tirilu capek? jangan jangan lu punya nafsu hem ke adek lu sendiri tp sesuai judul sih gairah TABU 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!