NovelToon NovelToon
Si Tampan, Ketua Geng

Si Tampan, Ketua Geng

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Mafia / Playboy
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dnnniiiii25

Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

     Setiap langkah Arion terasa seperti pertaruhan, di antara bayangan gelap dan sorotan lampu yang mematikan. Denah pulau Alditama terukir di benaknya, namun dia tahu, kertas takkan pernah mampu menggambarkan keganasan yang sesungguhnya.

     Luna menanti di bawah tanah, di tengah jebakan yang tak terduga dan Arion adalah satu-satunya harapan, Udara di sekitarnya dipenuhi aroma laut, mesiu, dan yang paling kuat, tekad membara, dia adalah pemburu yang kini menjadi penyelamat, menembus benteng iblis demi gadis yang telah mengubah seluruh dunianya.

     Arion bergerak cepat menuju gedung utama, tempat Luna disekap. Setiap bayangan adalah potensi bahaya, setiap suara adalah ancaman, Dari earpiece-nya, Adrian terus memandu.

     "Ada patroli di koridor utama Dion, Tiga orang bersenjata, Mereka baru saja melewati posisimu."

     Arion bersembunyi di balik pilar besar, menunggu, Ia mendengar langkah kaki mendekat, suara obrolan santai para pengawal yang sama sekali tidak menyadari kehadiran penyusup, Ketika mereka lewat, Arion langsung bergerak cepat dan melumpuhkan ketiga pengawal itu dengan cepat dan senyap, dia tidak punya waktu untuk mengikat mereka, hanya memastikan mereka tidak akan sadar dalam waktu dekat.

     "Kau aman?" Adrian bertanya.

     "Aman," Arion membalas.

     "Bagaimana dengan jebakannya?"

     "Denah menunjukkan ada beberapa sensor gerak di sepanjang koridor menuju ruangan Luna Dan ada jebakan tekanan di lantai" Adrian menjelaskan, nadanya khawatir.

     "Sangat presisi, Kau harus melompat dari satu ubin ke ubin lain untuk menghindari yang bertekanan". Arion melihat ke depan, Koridor itu terlihat normal, namun ia tahu ada bahaya tersembunyi.

     Ia mengaktifkan penglihatan malamnya, mencari pola yang Adrian sebutkan, dia melihat kilatan samar dari sensor gerak dan sedikit perbedaan warna pada ubin-ubin yang Adrian tunjukkan, dia menarik napas dalam-dalam lalu mulai bergerak.

     Setiap langkah adalah perhitungan, setiap lompatan adalah pertaruhan, Ia melompat dari satu ubin ke ubin lain, melewati sensor gerak dengan presisi nyaris sempurna, Keringat dingin mulai membasahi dahinya, Satu kesalahan saja, dan alarm akan berbunyi, atau lebih buruk jebakan akan aktif.

     Di tengah ketegangan itu, bayangan Luna kembali melintas di benaknya Bukan Luna yang diculik, melainkan Luna yang tersenyum padanya, yang membalas ciumannya, yang percaya padanya, Kekuatan itu mendorongnya maju, memberikan konsentrasi yang ia butuhkan.

     Dorrrrrr

     Tiba-tiba, suara tembakan terdengar dari sisi utara pulau, Itu Kenzie, dan dia berhasil menciptakan kekacauan yang lebih besar, Alarm utama berbunyi, lampu sorot menyala lebih terang, dan suara teriakan dari para penghuni pulau terdengar di seluruh pulau.

     "Pengalihan berhasil Dion! Kau punya waktu lima menit! Alditama mengerahkan semua pengawalnya ke sisi utara!" Adrian berseru,suaranya dipenuhi urgensi.

     Arion mempercepat gerakannya, dia melewati jebakan terakhir lalu menemukan pintu baja tebal.

     "Aku di depan pintu ruangan Luna, Adrian Pintunya terkunci dengan keypad".

     "Sial! Aku tidak punya kode itu!" Adrian membalas.

     "Aku hanya bisa mengira-ngira."

     Arion mengepalkan tangan, Ia melihat beberapa sidik jari samar di keypad itu lalu dia teringat triknya mengambil sidik jari di ruang server tadi, Ia menggunakan bedak dari saku jaketnya, mengoleskannya perlahan ke keypad.

     "Ada pola!" Arion berbisik.

     "Beberapa angka lebih sering disentuh."

     "Coba tanggal lahir Alditama! Itu kode favoritnya untuk hal-hal yang tidak terlalu penting," Adrian menyarankan, lalu Arion mencoba kombinasi angka.

     Tingggg

     Berhasil, Pintu baja itu berderit terbuka, menampakkan kegelapan di dalamnya. Arion langsung masuk dengan senjata di tangan. Ruangan itu gelap, pengap, Aroma kelembaban dan ketakutan mengisi udara. Ia menyalakan senter kecilnya Dan ia melihatnya.

     Yaa itu Luna sedang terikat di kursi, mulutnya disumpal, matanya ditutup kain hitam, Wajahnya pucat, ada beberapa goresan di pipinya dan rambutnya kusut, Tapi dia masih hidup. Arion merasakan napasnya tercekat, Rasa lega yang luar biasa membanjiri dirinya. dia melemparkan senjatanya, bergegas menghampiri Luna.

     "Luna!" Arion berbisik, suaranya serak.

      Ia merobek kain penutup mata Luna, lalu melepaskan sumpalan dari mulutnya. Mata Luna terbuka perlahan, menatap Arion dengan tatapan yang kosong, lalu perlahan, matanya memancarkan cahaya pengakuan, Air mata mengalir di pipinya.

     "Arion..." Suaranya pecah.

     Arion melepaskan ikatan di tangan dan kaki Luna, Ia memeluk Luna erat-erat, Pelukan yang penuh kerinduan, rasa bersalah, dan tekad yang kuat.

     Ia mencium rambut Luna, pipinya, lalu bibirnya. Ciuman itu adalah janji yang ditepati, sebuah ikrar yang menegaskan kembali cinta mereka di tengah neraka, Luna membalas ciuman itu dengan seluruh jiwanya, memeluk Arion erat, seolah tak ingin melepaskannya lagi.

     "Kita harus pergi dari sini Luna," Arion berbisik sambil menarik diri dari pelukan itu. Luna mengangguk masih gemetar.

     "Aku tahu, Tapi ada sesuatu yang harus kau tahu Arion"

     Tiba-tiba suara pintu berderit terbuka, Pengawal, Mereka telah menemukan kita.

     "mereka di sini cepat"

     "Sial!" Arion mengumpat, Ia mengeluarkan senjatanya lagi.

     "Kita harus bertarung."

     Pengawal-pengawal itu masuk, senjata di tangan, Arion berdiri di depan Luna menjadi perisai.

     "Waktu mu sudah habis anak muda"

     "Pergi! Aku akan menahan mereka!" Luna menggeleng.

     "Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu!"

     Arion tahu ia tidak punya waktu untuk berdebat, Ia harus melindungi Luna, Ia harus melawan, Pertarungan sengit pecah di ruangan bawah tanah itu. Arion, dengan bantuan Dewi yang memandu dari earpiece, melawan para pengawal dengan brutal.

     Di tengah perkelahian, Arion melirik Luna. Luna tidak lagi gemetar, Ia mengambil pecahan kaca dari dinding, bersiap untuk membantu Arion, Matanya memancarkan tekad yang kuat, Ia bukan hanya korban, Ia adalah pejuang.

1
Anonymous
Mantap Thor, kalau bisa update tiap hari lah 2 bab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!