NovelToon NovelToon
Operasi Gelap

Operasi Gelap

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Mata-mata/Agen / Gangster / Dark Romance
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radieen

Amara adalah seorang polisi wanita yang bergabung di Satuan Reserse Narkoba. Hidupnya seketika berubah, sejak ia melakukan operasi hitam penggrebekan sindikat Narkoba yang selama ini dianggap mustahil disentuh hukum. Dia menjadi hewan buruan oleh para sindikat Mafia yang menginginkan nyawanya.
Ditengah - tengah pelariannya dia bertemu dengan seorang pria yang menyelamatkan berulang kali seperti sebuah takdir yang sudah ditentukan. Perlahan Amara menumbuhkan kepercayaan pada pria itu.
Dan saat Amara berusaha bebas dari cengkraman para Mafia, kebenaran baru justru terungkap. Pria yang selama ini menyelamatkan nyawanya dan yang sudah ia percayai, muncul dalam berkas operasi hitam sebagai Target Prioritas. Dia adalah salah satu Kepala geng Mafia paling kejam yang selama ini tidak terdeteksi.
Amara mulai ragu pada kenyataan, apakah pria ini memang dewa penyelamatnya atau semua ini hanyalah perangkap untuknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saksi Kunci

Seorang pria paruh baya dengan kulit legam karena matahari tiba di TKP. Ia mengenakan kaos oblong putih yang sudah kusam, celana pendek, dan topi yang sobek di bagian pinggir.

"Dia adalah nelayan yang pertama kali menemukan jasad korban pak." Ucap salah satu anggota inafis yang datang mengantarkan saksi.

“Pak, bisa ceritakan dari awal?” tanya Raditya sambil mengajak pria itu dan Amara ke sisi agak sepi di dermaga.

Nelayan itu mengangguk gugup. “Saya lewat sekitar jam lima pagi, mau pasang jaring. Waktu jalan ke sini, saya lihat ada orang tergeletak. Saya kira mabuk, tapi pas didekati… sudah tidak bernapas.”

“Apakah Bapak melihat orang lain? Motor? Mobil?” Amara memotong cepat.

Nelayan itu mengerutkan kening, berusaha mengingat. “Saya ada dengar suara motor sih. Bunyinya agak berat, kayak motor besar gitu. Tapi saya nggak lihat orangnya. Oh ya… saya juga ada cium bau wangi sekali.”

"Apa bapak kenal dengan korban?" sambung Amara.

"Iya kenal, biasanya emang suka mabok sama minum si Dimas ini. Sering juga dia itu dijemput sama mobil-mobil mewah." Jawab nelayan.

Amara menatap Raditya. Keterangan ini menguatkan dugaannya. Bau parfum itu memang bukanlah milik korban, melainkan milik pelaku.

"Bapak pernah lihat orang yang keluar dari mobil seperti apa?" Raditya menanyakan dengan nada penasaran. Ia berharap Informasi yang dia dengar kali ini memberikan benang merah pada teorinya.

"Pernah sekali yah, orangnya kurus. Terus, ada tatoo di lengan kanannya. Tapi saya tahu betul, dia itu bukan orang sini.. " Suaranya berbisik pelan, takut kalau-kalau informasi ini justru mengancam nyawanya.

"Apa bapak ingat apa tatonya?" Amara memotong dengan menggebu-gebu.

"Waduh.. apa ya.. " Nelayan itu tampak menerawang ingatannya.

Raditya menepuk bahu nelayan, meyakinkan nelayan itu untuk tidak gusar. "Informasi bapak sangat berguna bagi kami, semakin jelas ingatan dari cerita bapak.. semakin mudah kami menemukan pelakunya."

Nelayan itu mengusap-usap tengkuknya, lalu mendekati telinga Raditya. Kedua mata Raditya menyipit, kening di antara kedua matanya mengkerut lalu, Ia mengangguk-anggukan kepalanya. Raditya mencoba menerjemahkan gambaran dari si nelayan.

"Baik Pak," Raditya meraih tangan nelayan dan menggenggamnya dengan erat. "Terimakasih pak, informasi ini pasti menjadi petunjuk penting bagi kami!"

Raditya menarik napas panjang, kemudian bersuara pelan agar hanya Amara yang mendengar. “Tato Harimau di lengan kanannya. Apa kau tahu sesuatu?”

Mata Amara membelalak kaget, "Bara... " Nama itu langsung keluar dari mulutnya.

"Ah.. dia memang target kelas kakap. Sulit sekali menemukan bukti kuat untuk menjebloskannya ke penjara." Raditya menghela nafasnya, seolah tahu ini akan jadi kasus yang sulit.

Raditya menepuk bahu Amara pelan. “Amara, sepertinya kita harus segera cari tahu siapa saja yang terakhir bertemu Dimas, mungkin kita bisa menemukan bukti yang kuat. Kita telusuri semua, mulai dari rekening sampai orang-orang di tempat dia biasa nongkrong. Kalau benar ada mobil mewah menjemputnya, kita bisa telusuri CCTV kota.”

Raditya lalu meninggalkan Amara yang masih berfikir keras, bagaimana caranya agar para Mafia ini tertangkap tanpa celah.

"Anu.. buk, saya kelupaan bilang sesuatu.. " Nelayan itu memecah lamunan Amara.

"Yah pak, bisa bilang langsung ke saya." Jawab Amara spontan.

"Sebenarnya saya juga pernah lihat buk, orang lainnya yang pernah dijumpai si Dimas. Orangnya ganteng, tinggi, mobilnya mewah juga.. dan yang paling saya nggak lupa itu bu, Aroma parfumnya... widihhhhh.. wangi buanget!" Dia bersemangat sambil menepuk pahanya.

"Bapak ingat ciri-ciri lain yang spesifik?" Tanya Amara menyelidiki.

"Ah.. wanginya itu yah sama seperti wangi yang saya cium sebelum jumpa ketemu mayat Dimas." Nelayan itu tersenyum lega, seperti melepas beban yang ia simpan.

“Terimakasih Pak, kami paham. Bapak jangan khawatir, identitas Bapak akan kami lindungi. Saya harap bapak juga tidak menceritakan hal ini kepada siapa pun.” ucap Amara dengan nada suara yang tenang namun tegas.

Nelayan itu tersenyum sedikit, lalu pergi meninggalkan Amara. Amara menarik nafasnya dalam-dalam, pikirannya berputar cepat. Narkoba, tato harimau, mobil besar... semuanya mulai mengarah ke lingkaran Bara. Tapi siapa pria dengan aroma wangi itu?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Amara berjalan pelan ke arah garis polisi, menghampiri Raditya yang sibuk mengurus jenazah korban sambil menggenggam sebuah catatan kecil hasil penyelidikannya kali ini.

“Amara, kita bisa menyimpulkan bahwa kasus kali ini tidak hanya Overdosis biasa. Ini adalah pembunuhan yang direkayasa. Ini eksekusi. Dan lebih buruknya… pelakunya masih berkeliaran di luar sana," mata Raditya menyapu kerumunan orang dibelakang garis polisi.

"Bisa jadi dia sedang mengawasi kita.” Ia setengah berbisik mendekati Amara.

Amara mengikuti arah pandangnya. Matanya ikut mengamati setiap sudut. Atap ruko tua, celah-celah kayu dermaga yang lapuk, dan bayangan orang-orang di luar garis polisi. Nalurinya berbisik, ada mata yang mengintai di balik keramaian itu.

“Raditya,” ucapnya lirih, “kita tidak bisa lama-lama di sini. Mereka pasti mengamati situasi. Kalau mereka sadar saksi nelayan itu bicara, dia bisa jadi target berikutnya.”

Raditya mengangguk mantap. “Kita akan amankan nelayan itu. Hal ini akan saya koordinasi dengan unit Perlindungan Saksi.”

Mereka kembali menatap TKP. Mayat sudah diangkat ke ambulans, barang bukti terkemas, garis polisi mulai digulung. Kerumunan orang mulai meninggalkan barisan, melanjutkan kehidupan mereka masing-masing.

Ambulans perlahan meninggalkan dermaga itu. Sirenenya meraung pelan sebelum menghilang di tikungan jalan utama.

Amara menutup buku catatannya, menatap kosong ke arah ombak yang pecah kecil di tiang-tiang kayu. Raditya berdiri di sampingnya, merapikan map berisi dokumen penyelidikan hari ini. Keduanya terdiam beberapa saat, membiarkan suara laut menjadi latar pikiran mereka yang berkecamuk.

“Ra,” suara Raditya akhirnya memecah hening, “kita harus hati-hati. Kau tahu kan? Bara bukan pemain kecil! Kalau benar dia adalah pelakunya, maka kasus ini bisa membuka banyak pintu yang selama ini terkunci.”

Amara mengangguk. “Pintu-pintu itu penuh jebakan IPDA Raditya. Mereka punya banyak jaringan, uang, dan orang-orang yang bisa melindungi mereka. Kalau ingin menang, kita butuh strategi.”

Raditya menatap Amara "Dua hari lagi hasil forensik baru akan keluar. Kalau kita diam saja, kita malah membuang banyak waktu dan kesempatan!"

Amara menutup jaketnya rapat, matanya menajam. “Kalau begitu, soal mobil mewah biar aku yang urus. Aku akan coba cari rekaman CCTV di sekitar pelabuhan. Kemungkinan ada beberapa kamera Dishub yang masih berfungsi, atau kamera toko-toko setempat. Setidaknya kita bisa mengonfirmasi apakah benar ada motor besar masuk sekitar pukul lima pagi.”

Raditya menambahkan, “Baiklah, aku akan menyiapkan surat perintah untuk melindungi nelayan tadi. Kalau dia hilang sebelum sempat jadi saksi di pengadilan, semua benang merah kita akan putus sampai di sini.”

Keduanya saling bertukar pandang, seakan menyadari beban besar yang baru saja jatuh ke pundak mereka.

“Baiklah,” Amara menarik napas panjang. “Langkah pertama, kita ke kantor. Kita akan susun laporan lalu, mengumpulkan potongan-potongan informasi yang kita dapat. Setelah itu, baru kita bergerak lagi.”

1
Piet Mayong
so sweet deh fai dan Amara...
Piet Mayong
semanggad Thor...
Piet Mayong
musuh yg sesungguhnya adalah komandannya sendiri, Alfian.
sungguh polisi masa gthu sih....
Piet Mayong
seru ceritanya..
semangat.....
Radieen: 🙏🙏 Makasih dukungan, sering sering komen ya.. biar aku semangat 🩷
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!