Eva Calista, seorang siswa jenius berusia 17 tahun, terjebak dalam sebuah cerita novel yang membuatnya tertarik. Saat membaca tentang penindasan yang dilakukan protagonis terhadap antagonis, Eva merasa tidak tahan dan tertidur karena kelelahan.
Namun, saat terbangun, Eva menemukan dirinya berada di tubuh antagonis saat masih bayi. Ia tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi ada sebuah sistem yang muncul dan menjelaskan bahwa Eva telah bereinkarnasi ke dalam cerita novel.
Sistem tersebut memberitahu Eva bahwa ia harus mengarungi peran sebagai antagonis dan mengubah jalannya cerita. Eva harus menggunakan kecerdasan dan kemampuan analitisnya untuk memahami sistem dan mengubah nasibnya sebagai antagonis.
Dengan sistem yang menemani dan membantu, Eva mulai menjelajahi dunia cerita novel dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Apakah Eva bisa mengubah jalannya cerita dan menjadi antagonis sejati? Cerita ini akan membawa Anda ke dalam petualangan yang menarik dan penuh kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
4 Tahun Kemudian
Saat ini usia Reva sudah beranjak 5 tahun. Reva tumbuh menjadi balita yang ceria yang mampu menebarkan senyuman bagi semua orang.
"Leva, tunggu aku!" teriak Mason yang mengejar Reva yang berlarian di taman
Reva tidak memperdulikan Mason. Dirinya berlarian meninggalkan Mason di belakang dengan para pengasuh.
"Nona muda, tolong jangan berlari terlalu kencang nona!" ujar para pengasuh yang mengejar Reva.
Para kakek dan nenek yang saat ini mengawasi Reva hanya tertawa saat melihat cucu perempuan mereka berlarian dengan riangnya.
Reva melihat kakeknya membawa sesuatu yang manis, segera berlari ke arah kakeknya.
"KAKEEKKK!" teriak Reva saat melihat kakeknya ingin memakan coklat yang dibawanya.
Pluk!
Reva berhasil menggapai kaki milik kakeknya.
"Kakek, Reva juga ingin makan coklatnya," pintanya
Ethan yang melihat itu tertawa. Ini adalah cara ampuh agar Reva mau berhenti. Makanan adalah senjata yang paling ampuh.
"Ayah, jangan berikan Reva coklat itu! Dia sudah memakan banyak kemarin!" peringat Astrid yang baru saja bergabung.
Mason yang berdiri di samping Reva hanya diam.
Sejak 2 tahun lalu, Mason menjadi teman bermain bagi Reva. Orang tua Mason akan mengantar ke rumah dan bermain bersama dengan Reva.
Awalnya, mereka tidak akrab. Bahkan Reva terkesan tidak ingin berdekatan dengan Mason. Hanya seiring berjalannya waktu, Reva mulai dekat dengan Mason.
"Leva, ayo main lagi!" ajak Mason
Reva melihat itu sebenarnya kurang menyukai Mason. Hanya saja, kedua orang tua mereka adalah teman. Dan lagi, Mason yang ia ketahui saat ini masih kecil. Dia belum menjadi penyebab kematian karakter Reva seperti di novel. Namun, dalam diri Reva masih kesal dengan karakter Mason.
"Mainlah Reva. Mama juga harus menyiapkan makanan, karena hari ini teman-teman kakak akan datang hari ini!" ujar Astrid sambil mengelus kepala putrinya.
"Baik mama!"
Reva berlari mendekat ke arah Mason. Mereka bermain bersama-sama dengan ditemani para pengasuh mereka.
"Siapa yang akan datang, Astrid?" tanya Willow yang penasaran
"Teman-teman si kembar ma. Tadi mereka memberi tahu bahwa teman-temannya akan berkunjung hari ini," ujar Astrid
"Kalau begitu, anak itu akan datang juga?" tanya Gideon
"Siapa yang kau maksud, Gideon?" tanya Ethan dengan anak yang dimaksud besannya.
"Cucu mendiang Michael, Kieran Vaughn," ujar Gideon
"Ah, dia memang seumuran dengan si kembar," ujar Ethan yang mengingat anak itu.
"Ya, dan mereka berteman baik rupanya," Gideon bersyukur bahwa kedua cucunya bisa berteman baik dengan cucu mendiang temannya.
"Apa keluarga itu masih seperti dulu?" tanya Liana
"Sepertinya. Istri kedua Michael itu sangatlah serakah, bukan!" ujar Willow
"Sudahlah ma, setidaknya dia masih ada kita bukan. Keluarga kita akan menjaganya, sesuai dengan amanat mendiang kedua orang tuanya dulu," ujar Astrid
"Kau benar!" Willow kembali tenang dan menyesap tehnya.
"Anak-anak harusnya ceria seperti Reva. Namun, dia harus tahu cara bertahan hidup bukan kesenangan," Liana prihatin dengan keadaan cucu teman mereka. Mengingat dulu keluarga mereka sangatlah dekat, namun sekarang 3 keluarga harus berjarak karena sudah tak sejalan.
"Mama!" teriak Reva
Astrid yang mendengar teriakan Reva terkejut melihat penampilan anaknya dan temannya. Begitu kotor. Tubuh mereka terlihat coklat dan pakaian mereka terlihat kotor karena penuh dengan tanah.
"Astaga, Reva," Astrid pasrah saat melihat penampilan anaknya yang malah terlihat bahagia tanpa merasa bersalah.
Astrid segera menghampiri anaknya dan mengajaknya untuk mandi dan berganti pakaian.
"Mama, bunda. Astrid boleh minta tolong pantau masakan untuk teman-temannya si kembar. Astrid harus membersihkan Reva dengan segera sebelum mereka pulang, " ujar Astrid dengan Reva yang ada di gendongannya.
"Serahkan pada kami. Kamu urus Reva dulu,"
Astrid masuk dengan menggendong Reva, sedangkan Mason digandeng pengasuhnya.
"Ada saja tingkah kedua bocah itu!" ujar Ethan yang tak habis pikir dengan tingkah cucu perempuannya yang tak bisa diam.
"Ya, dan Mason malah hanya diam mengikuti," ujar Willow saat melihat wajah pasrah Mason saat bermain dengan Reva.
"Tapi, ini akan menjadi kenangan yang indah untuk mereka," ujar Liana yang tersenyum melihat tumbuh kembang cucu-cucunya sangat baik
...****************...
"Mama!" teriak Kassius yang baru saja pulang daei sekolah.
Dirinya mencari-cari keberadaan ibunya dan adik perempuannya.
"Adik, dimanakah kamu!" teriak Kassius yang tak melihat keberadaan adiknya.
Biasanya adiknya akan duduk di depan tv dengan menonton kartun favoritnya bersama dengan temannya. Lalu ini, dia tak melihat batang hidungnya.
"Jangan berteriak Kassius," tegur Liana yang baru saja keluar dari arah dapur.
"Adikmu masih dimandikan. Dia tadi bermain tanah bersama Mason," ujar Willow yang berjalan di belakang Liana
Kassius segera berlari ke kamar adiknya. Begitu juga dengan Tristan. Teman-teman si kembar melihat tingkah si kembar merasa heran. Mereka tak pernah melihat si kembar begitu antusias.
"Maafkan si kembar ya. Mereka memang terlalu menyayangi adiknya," ujar Liana
"Tidak apa nyonya, kami memakluminya," ujar mereka.
"Apa kabar Kieran?" tanya Willow menanyakan kabar Kieran
"Baik oma!" sapa Kieran.
Willow dan Liana memandang Kieran sendu. Kemudian, Willow mengelus kepala Kieran dengan sayang.
"Kalian duduklah dulu. Mau di ruang tamu atau di ruang tengah?" tawar Liana
"Di ruang tengah saja, bagaimana?" tawar Willow
"Kami tidak masalah nyonya!" ujar salah satu teman si kembar
"Eh, jangan sungkan. Oh iya panggil saya oma dan ini nenek biar sama kayak si kembar dan Kieran, mengerti?" ujar Willow
"Tentu oma, nenek!"
Tak lama, si kembar turun dengan pakaian yang sudah berganti.
"Mana adek lo. Gue penasaran nih, dia selucu apa sih?" semua teman-teman si kembar penasaran dengan adik si kembar. Apalagi melihat betapa sayangnya keluarga besar padanya.
"Nanti juga lo tahu. Tapi awas aja ya kalian nyentuh adik gue!" peringat Kassius
"Ah elah, tenang aja. Paling cuma gue cubit aja pipinya,"
Perkataan itu membuat Kassius dan Tristan menatapnya tajam. Hal itu membuatnya meringis takut.
"Tuan muda, ini makanan dan minuman yang disiapkan oleh nyonya, tuan," ujar pelayan yang membawa makanan ringan dan minuman untuk para tamu.
"Terima kasih ya, bi. Letakkan saja di meja!" perintah Kassius
"Bibi bisa pergi!" ujar Kassius saat melihat pelayan itu sudah meletakkan makanannya.
"Gila sih ini, makanan orang kaya memang mewah ya!" ujar salah satu teman si kembar yang memiliki tubuh sedikit berisi menatap makanan yang disediakan.
"Makan aja, ini memang buat kalian!" ujar Tristan
"Kalau begitu, gue nggak bakalan sungkan!" ujarnya dan langsung mengambil makana yang disediakan.