NovelToon NovelToon
Aku Bisa Tanpa Dia

Aku Bisa Tanpa Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Aku sengaja menikahi gadis muda berumur 24 tahun untuk kujadikan istri sekaligus ART di rumahku. Aku mau semua urusan rumah, anak dan juga ibuku dia yang handle dengan nafkah ala kadarnya dan kami semua terima beres. Namun entah bagaimana, tiba-tiba istriku hilang bak ditelan bumi. Kini kehidupanku dan juga anak-anak semakin berantakan semenjak dia pergi. Lalu aku harus bagaimana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

“Angkasa…” gumamku pelan, nyaris tercekat.

Aku terpaku. Tubuh Ratu yang tadi hendak kutarik kembali ke sisiku kini justru berada dalam dekapan seorang pria tinggi tegap. Tatapannya menusuk tajam ke arahku, penuh peringatan seakan berkata bahwa aku tidak lagi punya kuasa atas Ratu.

Ratu menoleh sekilas, wajahnya terlihat lebih tenang di dalam pelukan pria itu. Sedangkan aku, dadaku bergemuruh hebat. Campuran marah, heran, sekaligus tak percaya bercampur jadi satu.

Aku mengepalkan tangan semakin kuat. “Jangan ikut campur, ini urusan aku sama dia!” suaraku meninggi, tak peduli orang-orang mulai menoleh.

Namun Angkasa tidak bergeming, justru menepuk lembut bahu Ratu, seakan menunjukkan bahwa kini dia yang akan menjadi pelindungnya.

Aku melangkah maju dengan penuh emosi, mataku menatap tajam pada Angkasa.

“Siapa sebenarnya dirimu sampai berani ikut campur?” suaraku bergetar menahan amarah.

Angkasa menatap datar, dingin, seolah kehadiranku sama sekali tidak berarti. “Aku seseorang yang jauh lebih tahu bagaimana memperlakukan Ratu dibanding dirimu,” ucapnya tenang namun menyakitkan.

Ratu menggenggam erat lengan Angkasa, seakan mencari perlindungan. Itu membuat darahku semakin mendidih. “Ratu! Berani sekali membiarkan laki-laki lain menyentuhmu di depan mataku!” teriakku.

Ratu akhirnya membuka suara, tajam, menusuk hatiku. “Bukan siapa-siapa lagi untukku! Ingat itu. Aku berhak bersama siapa pun yang bisa menjagaku.”

Aku terdiam sesaat, wajahku panas, tanganku bergetar menahan diri. Harga diriku terasa diinjak-injak. Kenapa dia bisa setenang itu dengan angkasa. Apa Ratu dan angkasa saling kenal?

Aku menunjuk ke arah Ratu dengan nada tinggi, suaraku bergetar karena marah sekaligus sakit hati.

“Jadi ini alasannya? Semua sikapmu, semua penolakanmu, ternyata karena sudah ada lelaki lain di hatimu! Ratu, jangan pura-pura suci. Kau yang sebenarnya berselingkuh!”

Ratu menatapku tajam, matanya berkilat penuh kemarahan. “Jangan balikkan fakta! Aku memilih bercerai karena kau yang mengkhianatiku. Semua bukti sudah ada di depan hakim tadi. Jangan berani menuduhku!”

Aku melangkah mendekat, tak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitar. “Kalau memang setia, kenapa ada Angkasa di sisimu sekarang? Apa hubungannya dia denganmu? Katakan!”

Angkasa menahan Ratu agar tidak maju ke arahku, lalu berbicara dengan nada dingin. “Aku ada di sini karena Ratu butuh perlindungan dari suami yang tidak tahu diri. Bukan dia yang berselingkuh. Justru aku kasihan melihat bagaimana dia diperlakukan.”

Ratu menghela napas panjang, lalu menatapku dengan getir. “Dengar baik-baik. Aku tidak pernah sekalipun berkhianat. Aku hanya ingin bebas dari ikatan rumah tangga yang membuatku seperti budak. Jangan salahkan aku jika akhirnya ada orang lain yang bersedia melindungiku.”

Kata-katanya menghantam dadaku, membuat nafasku tercekat. Rasa sakit bercampur dengan ego yang tak terima.

"Ratu kamu wanita licik, aku begitu menyesal menikah dengan wanita ular sepertimu. Pantas saja ibumu ngotot ingin menikah kan dirimu denganku, ternyata ini sifat busukmu."

"Dari awal aku tidak mau menikah, Mas. Yang memaksa untuk menikah adalah kamu yang ingin menjadikan aku babu di rumahmu."

Aku mendongakkan wajah, napas memburu. Kata-kata serasa menumpuk di tenggorokan; ego ingin meledak. Pada akhirnya aku begitu marah dan emosi, aku terus saja melontarkan kata-kata cacian dan makian ke Ratu.

Suasana di sekeliling mulai gaduh. Beberapa orang mendekat, bisik-bisik berubah menjadi suara-suara yang tidak tertahan. Seorang petugas pengadilan melangkah maju, mencoba menengahi. “Cukup, semua pihak dimohon tenang. Di luar ruang sidang ada tempat untuk berdiskusi.”

Aku menolak mundur, merasa dipermalukan. “Jangan suruh aku tenang ketika rumah tangga diinjak seperti ini!” bentakku keras.

Petugas itu menahan lengan, menegaskan lagi agar suasana tak melebar. Diiringi desakan beberapa orang, Ratu menarik napas panjang, lalu menggenggam tangan Angkasa. Tanpa menoleh lagi ke arahku, ia berjalan pergi menelusuri koridor, langkahnya mantap.

Aku berdiri terpaku, dikelilingi tatapan dan bisik yang menghangat. Rasa malu dan amarah membaur jadi satu—marah karena kehilangan kendali, malu karena dipandang begitu banyak mata. Di depan pintu, Ratu dan Angkasa menghilang dari pandangan.

Tinggallah aku di lorong pengadilan itu, napas tak karuan, telinga penuh bisik, dan dada penuh kehampaan.

Aku melangkah gontai ke pekarangan rumah, jaket tergantung tak beraturan di bahu. Kunci hampir terlepas dari jemariku karena tangan gemetar; tiap langkah terasa berat, seolah menarik tubuh ini ke bawah. Suasana rumah yang biasanya ramai kini terasa asing dan dingin—sebuah cermin yang membuat hati ini terasa hancur berkeping-keping.

Pintu kututup pelan, suaranya menggaung di ruang tamu. Ibu sedang duduk di kursi, menatap televisi namun pandangannya kosong ketika aku lewat. Ia mengangkat wajah perlahan, lalu suara cemprengnya menyambut, tapi kali ini bukan hanya marah — ada nada prihatin yang tak mudah kusembunyikan.

“Sudah pulang? Kenapa wajah seperti mayat hidup, Lang?” Ibu memiringkan kepala, nada mengomel bercampur cemas.

Aku hanya bisa duduk di sofa, menatap lantai sebentar sebelum menatap ibu. “Sidang selesai, Bu,” jawabku serak. “Putusan… Ratu menang. Kita resmi berpisah.”

Ibu mendesah panjang, tangannya meremas kain di pangkuan. “Bagus deh kalau kamu sudah cerai sama Ratu. Jangan lupa setelah ini kamu harus sewa ART buat urus rumah sama anak-anak." Padahal aku baru sampai rumah tapi sudah dituntut untuk mencarikan Art di saat Ratu sudah tidak ada di rumah.

Bukanya memberi hiburan dan menenangkan hatiku, sikap ibu malah seperti itu terhadapku.

"Bu, aku kan baru cerai dari Ratu. Masa aku harus buru-buru cari Art untuk mengurus rumah. Apa ibu tidak bisa bantu aku untuk urus semua?" Mendengar ucapanku ibu langsung menoleh dengan tatapan tajam.

"Apa kamu bilang? Kamu mau suruh ibu untuk bantu kamu bereskan rumah dan anak kamu? Kamu pikir ibu ini mantan istri kamu yang bisa kamu jadikan budak di rumah ini!" ujar ibu dengan suara begitu nyaring.

"Bu... Bukan begitu, Bu. Justru di rumah ini tidak ada Ratu makannya aku--"

"Aku apa, hah! Ingat Ga, jangan coba-coba perintahkan ibu untuk bantu kamu urus rumah sama anak-anak. Ibu sudah tua, ibu sudah lelah rawat kamu dari kecil. Ibu juga ingin menikmati masa tua ibu."

Rasa frustasi menumpuk sampai ke tenggorokan. Semua yang kubayangkan soal permintaan bantuan berubah jadi tabir dingin—ibu menolak lantang. Aku ingin memohon, menjelaskan, menjanjikan perubahan; tapi kata-kata terasa kering dan tak lagi efektif.

Aku harus bagaimana untuk menghadapi hari esok? Rumah ini terlihat sangat kotor dan berantakan. lantai rumah begitu lengket karena sudah berhari-hari tidak di pel. Cucian piring kotor masih menumpuk di dapur. Ibu juga tidak mau membantuku.

Mira dan Clara mereka masih terlalu kecil untuk kuandalkan dalam urusan rumah. Aku tahu, seharusnya mereka belajar mandiri, tapi selama ini aku terlalu memanjakan mereka. Kini, setelah Ratu benar-benar pergi dan perceraian telah diputuskan, semua tanggung jawab itu jatuh padaku seorang diri.

1
Riani Putri
mantap, tinggal liat gimana menderitanya dia ditinggal ratu, belum lg ketauan korupsi dikantor nya, ayo Thor dilanjutkan lg cerita nya
Riani Putri
mana lanjutannya thor
Riani Putri
ayo dong kk, up lagi, seru ceritanya
Pajar Sa'ad: oke, siap.. ditunggu ya
total 1 replies
Himna Mohamad
mantap ini
Pajar Sa'ad: terima kasih, kak.. tunggu update selanjutnya ya kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!