NovelToon NovelToon
Berandal Sekolah Kesayangan Ketos

Berandal Sekolah Kesayangan Ketos

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Ketos / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: LiaBlue

Senja Ociana, ketua OSIS cantik itu harus menjadi galak demi menertibkan pacar sekaligus tunangannya sendiri yang nakal bin bandel.
Langit Sadewa, badboy tampan berwajah dingin, ketua geng motor Berandal, sukanya bolos dan adu otot. Meski tiap hari dijewer sama Senja, Langit tak kunjung jera, justru semakin bandel. Mereka udah dijodohin bahkan sedari dalam perut emak masing-masing.

Adu bacot sering, adu otot juga sering, tapi kadang kala suka manja-manjaan satu sama lain. Kira-kira gimana kisah Langit dan Senja yang punya kepribadian dan sifat bertolak belakang? Apa hubungan pertunangan mereka masih bisa bertahan atau justru diterpa konflik ketidaksesuaian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiaBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Stres

Tak hanya itu, Langit menendang beberapa kursi yang tak jauh dari jangkauan kakinya. Orang-orang di kelas itu sudah memilih menjauh sedari tadi. Jika Langit dalam mode seperti ini, biasanya pria itu tak akan pandang bulu, semuanya dibabat.

“Ayo siapa lagi yang mau nyenggol gue terus bilang gak sengaja?” celoteh Langit sambil tertawa sinis.

Brak ...

Langit kembali menendang satu kursi sampai terjungkal. Para wanita sempat memekik ketika mendengar suara nyaring dari kursi tersebut. Mereka tak ada yang berani mendekati Langit.

Meski dikagumi para wanita karena wajah tampannya, menurut mereka Langit hanya bisa dipandang dari jauh, tidak untuk didekati apalagi bersentuhan.

“Ayo majuu!”

“Langit!”

Teriakan Langit disambut oleh suara seseorang. Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Rupanya Senja datang dan langsung masuk ke dalam kelas.

Senja menatap kondisi kelas yang cukup berantakan akibat ulah Langit. Ia menghembuskan napas dalam, kemudian mendongak menatap sang tunangan. Langit pun diam, ia masih memegang buku tepat di tangannya dan satu tangannya masih menarik kerah seorang pria.

“Lepasin dia,” titah Senja menatap Langit.

Tanpa melawan, Langit langsung melepaskan tangannya pada kerah baju pria yang tadi sempat menyenggol kaki mejanya. Bahkan Langit merapikan seragam pria itu sembari tersenyum tanpa dosa. Berikutnya Langit memberikan buku tebal tadi kepada pria tersebut.

Melihat itu, Senja kembali menghembuskan napas. “Maaf, ya.”

Pria tadi mengangguk dengan kepala kaku. “Gak papa, Ja.”

“Kamu ikut aku!” Senja kembali menatap Langit.

“Aku—”

“Ikut!”

Langit menghembuskan napas pelan menatap Senja melangkah pergi ke luar kelasnya. Pria itu akhirnya mengikuti Senja dari belakang, Langit memang tak bersemangat seharian ini. Pikiran pria itu masih terfokus kepada perceraian kedua orang tua, serta kepindahannya dari Jakarta, entah ke London atau ke Aceh—keduanya Langit tak mau.

“Ja.”

“Hem.” Senja berdeham menyahut panggilan Langit di belakang sana, tetapi ia terus melangkah menyusuri lorong kelas 2 IPA tersebut.

Jarak kelas Senja dengan kelas tiga sahabatnya itu memang tak jauh. Mereka berempat sama-sama masuk jurusan IPA. Namun, Senja berada di kelas unggul, sedangkan Langit, Neo dan Rance berada di kelas IPA 3.

“Kita mau ke mana?”

Senja tak menyahut, ia terus melangkah, kemudian berbelok masuk ke dalam kantin sekolah. Ini jam istirahat, tetapi sedari tadi Langit tak bersedia diajak makan, katanya tidak lapar. Senja tentunya tahu jika Langit tak ingin makan karena pria itu banyak pikiran.

“Aku gak laper, Ja,” ucap Langit lagi.

“Duduk!” Senja berhenti di salah-satu meja kantin yang masih kosong.

Langit menghembuskan napas pelan, kemudian ia duduk dengan patuh. Pria itu mendongak menatap sang tunangan masih berdiri di seberang meja.

“Nasi goreng?” tanya Senja singkat.

“Aku gak laper, Ja,” sahut Langit mengulang kalimatnya tadi.

“Oh, gitu? Kalo gitu aku juga gak makan, gak laper juga.” Senja akhirnya ikut duduk, kemudian langsung memainkan ponselnya.

Langit menarik napas dalam sembari memandang sang kekasih di seberang meja. “Kamu mau nasi goreng?”

“Gak laper.”

“Aku ikut makan, kok.”

Senja mengangkat kepalanya dan memandang Langit sembari tersenyum. “Kalo gitu aku pesenin dua piring nasi goreng.”

“Aku aja yang pesen. Ada lagi?” Langit bertanya sembari berdiri.

“Aku mau jus tomat.”

Langit mengangguk dan melangkah pergi dari sana untuk segera memesan. Senja memandang punggung Langit dengan wajah sendu, ia prihatin dan cemas. Melihat Langit jarang bicara, akhir-akhir ini sering murung, lalu semakin nakal dan semakin mudah emosi.

“Gue juga bingung harus gimana,” gumam Senja menunduk lesu.

“Kita juga gak pengen Langit pergi, Ja.”

Senja terkejut ketika tiba-tiba Neo dan Rance datang, lalu ikut duduk di sampingnya. Senja menghembuskan napas pelan, tentunya tak ada dari mereka yang menginginkan Langit pergi. Mereka semua sudah bersama-sama sedari bayi.

“Nanti kita coba bantu ngomong sama Bunda, mana tau ada solusi, biar Langit gak perlu ke London ataupun ke Aceh sama Bunda,” tutur Senja pelan.

“Gimana kalo Langit tinggalnya bareng gue atau di rumah Ace? Pasti Bunda sama Ayah kasih ijin ‘kan?” ujar Neo.

“Gak semudah itu juga. Kayak Ayah aja, dia kayaknya kekeh banget mau Langit ikut sama dia ke London,” jawab Senja.

“Tapi Langit ‘kan gak mau ikut sama Ayah,” cetus Rance diangguki Neo.

 “Kalo pun gak ikut Ayah ke London, yah, pasti diajak Bunda ke Aceh,” pungkas Senja lelah dan tak kalah frustasi.

“Kalo gitu lo nikahin aja Langit,” celetuk Rance membuat Senja terkejut, begitu pula Neo.

Detik berikutnya Neo tertawa, sedangkan Senja mendengkus malas.

“Kenapa jadi gue yang nikahin Langit? Harusnya gue yang dinikahi Langit. Kalo gue nikah sama Langit, yang ada malah gue ikut pergi ke Aceh atau ke London. Mau lo pada tinggal berdua di sini?” ejek Senja membuat tawa Neo terhenti dan Rance pun terdiam.

“Iya juga, ya?” ujar mereka baru sadar.

“Apaan?” Langit datang dan meletakkan sepiring nasi goreng dihadapan Senja.

“Gak ada, katanya lo makan nasi,” jawab Rance tak jelas.

Langit menggulir bola matanya malas. “Iya ‘lah gue makan nasi, makan apa lagi?”

“Enggak, mana tau lo ketagihan minum alkohol kemarin.”

Senja menoleh cepat ke arah Rance, sedangkan Langit dan Neo melotot. Mata Senja memicing tajam ke arah Langit yang sudah meneguk salivanya kasar.

“Minum alkohol? Siapa yang minum alkohol?” tanya Senja memicing ke arah Rance.

“Langit kemarin pesen—”

“Ja, makan aja cepet. Ini minumnya juga, udah aku pesen jus tomatnya. Mau aku suapin? Ini, aaaa ... coba buka mulutnya,” sela Langit berceloteh dengan wajah menahan rasa ngeri.

Senja memandang Langit dengan wajah curiga. Ia kembali menatap Rance yang tengah dibekap mulutnya oleh Neo.

“Maksud lo Langit kemarin minum alkohol?” tanya Senja kepada Rance.

Mulut Rance boleh dibekap, tetapi kepalanya dapat mengangguk. Rance mengangguk tenang, tetapi Langit malah tidak tenang, sedangkan Neo sudah menepuk keningnya frustasi.

“Ace bangsat,” umpat Langit di dalam hati.

Langit meneguk salivanya pelan melihat Senja menatapnya tajam. “Kamu sekarang berani minum alkohol?” desis Senja membuat Langit terdiam.

“Anu, jadi kemarin ada kera lewat. Mereka main topeng monyet, terus gajah minta makan. Aku ikut goyang, kemarin itu juga ada rumah hantu di pasar malem. Badut aja goyang, ‘kan? Aku kemarin juga ketemu kucingnya Pak Jenggot yang baru lahiran, katanya anaknya jungkir balik, namanya—”

“Langit!” bentak Senja membuat Langit berhenti berceloteh tak jelas.

Langit melipat kedua bibirnya dengan wajah pucat. Senja pun menghembuskan napas kesabaran, ia memejamkan mata sejenak, supaya tak terlanjur emosi.

“Kapan kamu minum alkohol?”

“K-kemarin,” cicit Langit takut.

Mata Senja semakin menajam. Langit kini bak anak kucing disiram air, menggigil ketakutan.

“Aku kecewa sama kamu. Kamu ngerokok masih sedikit aku maklumi, tapi aku benci banget kalo kamu minum alkohol.”

“Aku minta maaf, kemarin itu gak sengaja. Suer! Aku gak sengaja, salah pesen, Yang. Cuma satu gelas, abis itu aku gak lanjut lagi. Bener, deh, aku gak sengaja kemarin, Yang. Jangan marah,” cicit Langit.

Senja mengurut keningnya yang berdenyut. Langit berdiri dan khawatir melihat tunangannya seperti itu.

“Ja, maaf.” Langit duduk di samping Senja dengan wajah merasa bersalah. “Kamu pusing ya ngurus aku?”

“Gak, kok, gak pusing.” Senja tersenyum kepada Langit. “Cuma streeess aja, ditambah lima kilo bumbu migren.”

1
Saya Kaya
rance selalu bikin gue ngakak😭🤣
Saya Kaya
lanjuut kak
Nova Silvia
neo ma ace pst ngakak
Nova Silvia
LDR itu susah thorrr
pi klo kelen percaya satu sama lain pst bisa
Nova Silvia
jan bilang selingkuhan ayh,,ibu ny nja
Nova Silvia
iiihhh jd slabrut olangan ni thor
Saya Kaya
lanjut thor
Saya Kaya
ada niat ngegatel gak ini?🤨
Saya Kaya
ya Allah, saat gue ikutan nangis, eh langsung ngakak sama tingkah rance😭😭
Saya Kaya
gue gemes sama selingkuhan itu. anjng kan🤧
Nova Silvia
kan bilang ee suka ma ja
Nova Silvia
hubungan yg gek²s
klo ada ulet jg pst senja bantai
Nova Silvia
bab satu aku suka
kita lanjut nanti yaaahhhhh
Saya Kaya
pertemanan mereka bikin iri🤧😂
Saya Kaya
waduuh, digantung🤧😭
Saya Kaya
lanjuut tor
@vee_
lucu ka..
Saya Kaya
semangat langit. ikut sedih🥺
Saya Kaya
sumpah, cerianya mood 😭🤣
Saya Kaya
huaa tor, cepet update. seru bnget ini🤧
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!