Kiara merupakan seorang gadis yang masih berusia 18 tahun, saat ini dia baru dinyatakan lulus SMA, Akan tetapi takdir malah membuat dia terjebak dalam ikatan pernikahan dengan pria asing bernama Arya. akankah pernikahan yang dijalaninya berakhir bahagia? ataukah akan sebaliknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rosnila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan dan cinta dihati arya
Bu Amanda yang melihat Arya nampak termenung pun menepuk pelan pundak Arya.
"Lebih baik kamu pulang, ini sudah malam!" ucap Bu Amanda.
"Ma, Arya ingin bertemu Kiara dulu. "
"Tidak Arya, Mama tidak mau kehadiran kamu semakin menyakiti hati Kiara."
" Pulang, dan tunggu saja panggilan pengadilan. "
" Ma, aku ini anak Mama kan? "
" Apa Mama lupa, kalau rumah ini adalah rumah kita. "
" Tapi untuk sekarang ini kamu sudah punya kehidupan sendiri Arya. "
" Lebih baik kamu pulang dan istirahat dirumah. "
" Arya mau menginap disini saja malam ini! " jawab Arya.
Dia bangun dan menuju ke kamar tamu. Yang berada bersebelahan dengan kamar tamu yang di tempati Kiara.
Dia sengaja memilih kamar itu, karena ingin bertemu Kiara besok pagi. Dan Arya juga berniat untuk meminta kiara membatalkan pengajuan perceraian mereka.
Meskipun dia tidak tau, bagaimana yang akan terjadi kedepannya. Arya menutup pintu dan merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur yang dilapisi seprei warna biru muda itu.
Namun belum juga Arya memejamkan matanya, handphone nya berdering. Arya melihat sebuah nomor tak dikenal muncul dilayar handphone nya.
Dia pun mengabaikannya begitu saja, namun nomor itu kembali nelpon dirinya, dan untuk ketiga kalinya Arya akhirnya mengangkat.
Dan dia mendengar suara Felicia diseberang telpon.
"Arya kamu dimana" Tanya Felicia dengan suara manja yang dibuat-buat oleh nya.
"Aku sedang dirumah, ada apa?" tanya Arya dingin.
" Kamu dirumah, kenapa kamu tidak kembali ke hotel. Aku sedang menunggu disini. "
" Aku tidak akan kembali, karena sedang. Berada dirumah Mama. " jawab Arya singkat dan langsung mematikan handphone nya.
Dia tidak mau berdebat dengan Felicia, saat ini dia sedang dalam kebimbangan. Arya memejamkan matanya, mencoba untuk tidur.
Jam sudah menunjukkan tengah malam. Arya bangun dan menuju dapur karena dia begitu haus,tidak ada stock air minum dikamar nya.
Dan begitu tiba di dapur, dia dan juga Kiara yang sedang berada disana sama-sama kaget. Dan keduanya berteriak kuat.
Sontak saja teriakan keduanya membangunkan Bu Amanda yang tidur di kamar utama dilantai bawah, perempuan paruh baya itu langsung keluar menuju ke dapur.
Dan menarik nafas panjang, ketika melihat anak dan menantunya yang ternyata membuat keributan.
Malam itu bukannya Bu Amanda saja yang terbangun , tapi Bik Ratih juga ikut ke dapur karena mendengar keributan.
Namun keduanya hanya berdiri, begitu melihat yang berada di dapur ternyata tuan dan nyonya muda nya.
"Ada apa kalian berdua membuat keributan di dapur?" tanya Bu Amanda dengan suara lembut.
" Ini Ma!" jawab keduanya bersamaan dan keduanya pun sama-sama menggantung perkataan nya.
Bu Amanda, tak melanjutkan pertanyaannya. Melihat keduanya, rasanya tak ingin Bu Amanda mereka berpisah.
Namun dia juga tidak tau, keputusan seperti apa yang tidak menyakiti siapapun.
"Ya sudah, Mama mau tidur lagi!" ucap Bu Amanda sambil berlalu.
Tinggallah Kiara dan Arya yang masih berdiri di tempatnya saat itu. Kiara cepat-cepat meletakkan gelas yang di pegangnya ke atas meja.
Dan berniat kembali ke kamarnya, namun Arya malah menahan pergelangan tangan Kiara saat itu.
"Tunggu Kiara!" ucap Arya.
Kiara berhenti, namun tak membalikkan tubuhnya. Dia rasanya tidak punya kata-kata yang harus dia ucapkan saat itu.
"Kita perlu bicara!"
"Maaf, tapi ini sudah tengah malam. Rasanya tidak ada lagi yang harus kita bicarakan." jawab Kiara.
Dia berbalik arah dan melepaskan lengannya dari genggaman tangan Arya.
"Besok adalah dua bulan dari perjanjian kita Kiara!"
"Tapi semua itu sudah berakhir jauh sebelum besok." jawab Kiara sambil pergi meninggalkan Arya .
Namun Arya buru-buru meletakkan gelas ditangannya dan menyusul Kiara, Dia harus bicara malam ini juga dengan Kiara.
Arya tidak mau kalau besok Kiara mendaftarkan perceraian mereka.
"Tunggu Kiara, tolong kasih saya sedikit waktu untuk bicara!"
Kiara menghentikan langkahnya yang sedang menaiki tangga menuju lantai dua. Dia saat ini sudah tak ingin membahas apapun.
Namun malam itu dia melihat Arya yang berbeda. Arya yang biasanya bersikap dingin dan tegas, namun malam ini dia melihat sisi itu seakan hilang.
Tatapan Arya seakan memelas, Kiara yang menatap netra hitam itu pun luluh.
"Kita bicara dimana?" tanya Kiara.
Tanpa menunggu lama, Arya menarik pelan tangan Kiara menaiki tangga dan masuk kedalam kamar Kiara saat itu.
Keduanya duduk di sofa panjang yang tersedia dikamar Kiara. keduanya diam untuk berapa saat.
"Katakan saja, apa yang mau Mas katakan!" Kiara membuka suara.
" Apa tidak ada lagi pertimbangan untuk kamu mengajukan perpisahan kita?" tanya Arya yang telah duduk menghadap ke arah Kiara.
Namun Kiara masih menatap lurus kedepan, dia tak mampu menatap wajah tampan lelaki disampingnya.
Dia takut kalau dia akan luluh oleh perkataan Arya, padahal dia udah memantapkan pilihannya untuk berpisah dengan lelaki yang saat ini jujur begitu dicintainya.
Namun Kiara tak ingin berusaha sendirian, sedangkan Arya tidak pernah berusaha mempertahankan pernikahan mereka.
"Sudah lah Mas, mungkin sampai disini hubungan kita."
"Bukankah kita sudah saling berjanji, jika dua bulan ini kita tak bisa saling menerima maka kita akan saling melepaskan."
" Tapi kamu belum mendengarkan apapun dari saya Kiara."
" Semua sudah jelas Mas, Kiara bisa melihat begitu besar perasaan Mas terhadap Mbak Felicia."
"Mungkin lebih baik kita berpisah, dan Mas bisa kembali bersama Felicia." jawab Kiara.
" Lebih baik mas kembali ke kamar, karena tidak enak kalau Mama melihat kita disinii."
"Kamu salah, Mama pasti akan bahagia jika melihat kita bisa terus bersama."
" Lalu kenapa Mama membawa semua barang-barang Kiara kerumah ini?"
" Maksud kamu?" tanya Arya bingung.
"Apa Mas tidak tau kalau semua barang Kiara, baik baju atau buku-buku sudah Mama bawa kerumah ini?" tanya Kiara yang terlihat bingung.
" Saya belum melihat hal itu." jawab Arya .
" Mas belum pulang kerumah dari pagi?"
"Kemana Mas pergi seharian?" tanya Kiara.
Dan pertanyaan Kiara kali ini sempat membuat Arya gugup untuk menjawab. Dia pun teringat akan apa yang sudah terjadi dengan dirinya dan Felicia.
Saya memang belum melihat apapun dirumah!" jawab Arya berbohong.
Padahal memang arya belum kembali kerumahnya sama sekali. Dan tiba-tiba saja Arya merebahkan tubuhnya dengan posisi kepala berada di pangkuan Kiara.
Kiara sempat terkejut dengan hal itu, dan mencoba mengganti bantal sofa untuk meletakkan kepala Arya.
"Jangan Kiara, biarkan semua ini sesaat saja!"
Kiara terdiam, mengurungkan niatnya, dia melihat Arya memejamkan matanya. Tapi ada apa dengan suaminya itu?
Banyak pertanyaan yang muncul dibenak Kiara, karena tidak pernah Arya bersikap seperti itu.
Kiara pun akhirnya mengalah, membiarkan lelaki yang telah mengisi hatinya itu terlelap di pangkuannya.
Kiara menatap wajah tampan itu, begitu tenang. Andai saja dia bisa, dia ingin memiliki Arya sepenuhnya.
Menjadi suami yang menyayangi dirinya. Namun semua itu seakan mustahil. karena dia melihat cinta arya kepada Felicia.