Azura Eliyena, seorang anak tiri terbuang. Ibu dan Ayahnya bercerai saat usia Azura masih tiga tahun. Bukan karena ekonomi, melainkan karena Ibunya tak sudi lagi bersama Ayahnya yang lumpuh. Ibunya tega meninggalkan mereka demi pria lain, hidup mewah di keluarga suami barunya. Menginjak remaja, Azura nekat kabur dari rumah untuk menemui Ibunya. Berharap Ibunya telah berubah, namun dirinya justru tak dianggap anak lagi. Azura dibuang oleh keluarga Ayah tirinya, kehadirannya tak diterima dan tak dihargai. Marah dan kecewa pada Ibunya, Azura kembali ke rumah Ayahnya. Akan tetapi, semua sudah terlambat, ia tak melihat Ayah dan saudaranya lagi. Azura sadar kini hidupnya telah jatuh ke dalam kehancuran. Setelah ia beranjak dewasa, Azura menjadi wanita cantik, baik, kuat, tangguh, dan mandiri. Hidup sendirian tak membuatnya putus asa. Ia memulai dari awal lagi tuk membalas dendam pada keluarga baru Ibunya, hingga takdir mempertemukannya dengan sepasang anak kembar yang kehilangan Ibunya. Tak disangka, anak kembar itu malah melamarnya menjadi Istri kedua Ayah mereka yang Duda, yang merupakan menantu Ayah tirinya.
“Bibi Mackel… mau nda jadi Mama baluna Jilo? Papa Jilo olangna tajil melintil lhoo… Beli helikoptel aja nda pake utang…” ~ Azelio Sayersz Raymond.
“Nama saya Azura, bukan Bibi Masker. Tapi Ayah kalian orangnya seperti apa?” ~ Azura Eliyena.
“Papa ganteng, pintel masak, pintel pukul olang jahat.” ~ Azelia Sayersz Raymond.
“Nama kalian siapa?”
“Ajila Ajilo Sales Lemon, Bibi Mackel.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. ANAK TIRI TERBUANG MENJADI ISTRI TANGGUH DUDA KILLER | SEBULAN 30 JUTA?
Jam 07.23 pagi, si kembar sudah lengkap memakai seragam sekolah. Mereka dibantu Azura, sementara Joeson masih merapikan dapurnya setelah sarapan tadi.
“Mama Jula, ental ikut sekolah baleng kita nda?” tanya Azelia pada Azura yang memasangkan kaus kakinya.
“Tidak, manis,” jawab Azura memasangkan kaus kaki Azelio juga.
“Napa nda ikut, Bibi?” tanya Azelio sedih.
“Maaf ya, Bibi kan harus pergi kerja,” jawab Azura membelai kepala mereka bergantian, kemudian ia pasangkan topi mereka masing-masing.
“Nda usah kelja, ada Papa Jilo yang kelja. Bibi pelgi sekolah aja baleng Jilo,” mohon Azelio dan Azelia mengangguk setuju.
“Gimana ya…” gumam Azura. “Bibi masih harus cari uang dulu,” lanjutnya bimbang.
Si kembar menggeleng-geleng kepala lalu meraih kedua tangan Azura. “Mama Jula nda pelu cali uang lagi. Papa Jila bisa kasih uang ke Mama Jula,” ucap Azelia sambil menatap Joeson yang berjalan pelan di belakang Azura.
“Bibi … plisss …” mohon Azelio dengan tatapan sendu dan muka dibuat sesedih mungkin agar Azura luluh.
“Tapi…” ucap Azura terputus saat Joeson menyela percakapan mereka.
“Yang mereka katakan benar. Kamu berhenti saja dan mulai sekarang menjaga mereka di sekolah.”
“Maaf… tapi saya tidak bisa berhenti begitu saja. Saya harus mengurus surat pengunduran diri dulu.”
“Pekerjaanmu di sana akan diurus Hansel dan untuk urusan gaji, aku akan mengirimkan 30 juta ke ATM milikmu setiap bulan,” pungkas Joeson.
Mendengar nominal yang cukup tinggi itu, Azura melongo tak percaya.
‘Sebulan 30 juta? Wow, kalau aku tabung selama lima tahun, aku bisa kaya raya secepat itu! Aku tak perlu susah-susah bekerja di masa tuaku nanti, kan? Ini kesempatan brilian, aku tidak boleh kehilangan ATM berjalanku ini,’ batin Azura berbinar-binar.
‘Tapi… gimana kalau pernikahan ini cuma bertahan selama setahun? Atau cuma sebulan saja? Apa aku bisa mengejar mimpiku ini?’ pikir Azura gelisah.
Azura yang bengong, ia tersadar setelah Joeson menjentikkan jarinya di depan matanya.
‘Wanita ini… dilihat dari ekspresinya, tak ada bedanya dengan wanita lain di luar sana yang hanya mengincar hartaku!’ decak Joeson dalam hati.
“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Joeson dingin, sementara si kembar terheran-heran melihat Azura senyum-senyum sendiri.
Azura tanpa ragu mengangguk setuju. “Tuan, kalau begitu, saya terima tawaran ini, tapi…” ucap Azura berhenti sejenak.
“Tapi apa?” tanya Joeson lagi dengan sinis. ‘Kan aku bilang apa? Dia berbeda dari Aina!’ batinnya.
Azura mendekat. Ia berbisik-bisik agar si kembar tak mendengar permintaannya. “Kalau Tuan tidak keberatan, apa saya boleh tetap bekerja menjaga anak-anak setelah kita bercerai nanti?”
“Hah?” Joeson cukup terkejut. ‘Cih, apa segitunya dia ingin bercerai denganku sampai membahasnya sepagi ini?’ gerutu Joeson malah mengira Azura tak sabar mengakhiri pernikahannya.
“Terserah kamu!” sentak Joeson ketus.
“Terima kasih, Anda memang baik, Tuan!” Azura kegirangan. Ia melompat-lompat kecil dan bahkan nyaris memeluk Joeson tapi Azura segera mundur ke belakang dan menunduk malu-malu.
Si kembar yang mengamati orangtuanya hanya geleng-geleng kepala. Tingkah mereka seperti anak kecil, lebih kekanak-kanakan dari Azelia dan Azelio.
Setelah itu, Hansel datang dengan mobilnya. Sang asisten itu keluar dan membukakan pintu untuk si kembar dan Azura. Mereka masuk, kecuali Joeson.
“Tuan Muda, Anda tidak ikut masuk?” tanya Hansel.
“Tidak, mulai hari ini saya akan kembali bekerja di black shadow. Untuk penjagaan anak-anak, sudah saya serahkan ke wanita ini,” jawab Joeson sambil menunjuk Azura dengan tatapan dingin.
“Anda serius? Anda sungguh mempercayakan anak kembar Tuan pada Nona Azura?”
“Saya tidak sepenuhnya percaya, tapi saya ingin melihat potensi dirinya dalam mengurus anak-anak. Jika dia melakukan kesalahan, saya akan langsung mengusirnya dari sini,” jelas Joeson.
“Baik, saya mengerti. Kalau begitu, saya pergi dulu mengantar mereka. Permisi…” Dengan rasa hormat, Hansel mundur lalu masuk ke mobilnya. Membawa si kembar dan Azura ke sekolah swasta khusus anak orang kaya.
Joeson merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan sebuah kunci mobil. Ia menakan salah satu tombol, lalu sebuah mobil berbunyi dari dalam garasi. Pria itu menekan tombol lain yang membuat mobilnya bergerak keluar sendiri. Setelah mobil itu sampai di depan Joeson, pria berkaus hitam itu pun masuk ke mobil. Joeson mengemudi sendiri, menuju ke suatu tempat, tepatnya ke rumah kakeknya, Raymond King untuk memberitahu soal Azura pada Sahira.
.
.
“Woah… kalian sekolah di sini?” heboh Azura sambil memandang bangunan besar di hadapannya. Tampak anak-anak seusia si kembar berkumpul di lapangan. Para orang tua murid berjejer di pinggir lapangan.
“Nona Azura, saya pergi dulu. Nanti saya akan datang menjemput kalian. Saya harap Anda mampu menjaga mereka,” kata Hansel berdiri di sebelah Azura.
“Saya mengerti. Terima kasih, Pak,” kata Azura dan dengan sopan membungkuk setengah badan.
“Panggil Han saja, Non.” Kata Hansel tak nyaman.
“Baik, Han!” ucap Azura tersenyum lalu menunduk ke bawah di mana si kembar menarik-narik ujung tasnya.
“Mama Jula, buluan masuk. Nanti nda ikut upacala lho…” Ajak mereka menarik Azura masuk ke sekolah.
Hansel kemudian pergi. Ia percaya Azura dapat mengawasi dan mengontrol kelakukan si kembar.
“Ahhhh!!” Pekik seorang anak terjatuh setelah Azelia mendorongnya, membuat semua mata tertuju pada gadis mungil itu. Azura yang melihat juga terkejut bukan main.
“Ya Tuhan, apa yang terjadi?” gumam Azura panik. Ia menghampiri Azelio yang kini berusaha menahan jari adiknya sambil memeluknya erat agar Azelia tidak memukul anak yang jatuh itu.
“Jila nda boleh dolong-dolong lagi…” mohon Azelio.
“Nda mau! Jila mau hajal dia! Dia udah ejek Kakak Jilo kemalin. Jila nda suka dia panggil Kakak Jilo yatim! Nda mau dia pukul Kakak lagi!” marah Azelia membuat semua orang menyadari alasan Azelia mendorong karena ulah anak yang jatuh itu sendiri. Ibu-Ibu di sana hanya diam saja, tak ada yang bersuara. Bahkan ada yang sengaja diam sambil mendukung pertengkaran mereka. Mungkin karena tak ada Joeson, mereka akhirnya terbebas dari pengawas pria itu.
Azura tak menyangka kehadiran si kembar banyak yang tidak suka oleh kalangan atas seperti mereka.
“Sini kamu dasal anak cengeng! Lawan sini sama Jila!” Tantang Azelia berapi-api, membuat Azura tertegun dengan keberaniannya. Berbeda dengan Azelio yang berusaha menenangkan emosi adiknya.
“Huwaaa… Mama!!” Anak nakal itu menangis dan membuat Ibunya yang tak terima ingin membalas ke Azelia tapi Azura dengan cepat berdiri di depan si kembar.
“Cih, menyingkirlah! Anak itu sudah salah, dia harus minta maaf pada putra saya!” bentak wanita itu memarahi Azura yang memakai masker lagi hari ini.
“Tidak, mereka tidak salah, putra Anda yang salah dan seharusnya minta maaf pada mereka!” balas Azura membentaknya membuat si kembar terpana dengan tindakan heroik Ibunya.
“Wanita aneh! Kau tahu apa soal masalah mereka, ha?!” teriak Ibu si anak nakal itu semakin emosi.
“Saya memang tidak tahu kejadian sesungguhnya, tapi saya percaya anak saya tidak bersalah di sini!” balas Azura berteriak juga, membuat semua orang terkejut. Bukan karena keberanian Azura, melainkan ucapan wanita masker itu.
“Anak saya? Hah, apa maksudmu?” tanya Ibu si anak nakal tersenyum sinis. Sementara itu, Ibu-Ibu yang lain mulai berbisik-bisik di sana.
“Tante, olang ini Mama na Jila!” sahut Azelia sambil menunjuk Azura, membuat semuanya tersentak kaget. Mereka tercengang setelah Azura membuka masker.
“KYAAAA…!!! HANTU!!” Ibu-Ibu berteriak ketakutan dan ada pula yang pingsan di tempat. Ibu si anak nakal juga menggigil. Meski di pipi kiri ada plaster tapi seluruh wajahnya sungguh persis dengan Aina. Ditambah angin sepoi-sepoi mendukung sehingga kehadirannya berhasil mengubah suasana menjadi dingin dan mencekam.
“MAMA!!” teriak si Anak nakal kaget melihat Ibunya berlari terkencing-kencing.
“Hahahaha… dasal penakut! Wlekk!” tawa si kembar, sementara Azura mencoba tersenyum ramah pada Ibu-ibu yang lain tapi mereka tak berani mendekat.
‘Apa muka ku seseram itu ya?’ pikir Azura heran.
__________
Mukamu nggak serem, Ra. Tapi kemunculan kamu yang dadakan itu bikin orang-orang jantungan ><
Like, komen, subscribe, vote 🌹 biar Mom Ilaa terus semangat
pasti lucu tiap ketemu teringat tubuh polos istri nya pasti langsung on
secara dah lama ga ganti oli 😂😂😂
karena klrga joe bukan kaleng3
bapak nymshhidup dn tanggung jawab samaanaj ny, kok malah mauerevut hak asuh.
memang nyari masalah nexh siMatthuas dan Aeishta