Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Si Punggung Lebar
Makan siang di perkebunan itu wah betapa nikmat nya. Dan Iriana suka sensasi nya, sampai ia bertambah nasi hampir beberapa kali. Seseorang menatap nya dengan geli, bibir sebelah nya pun berkedut. Rai Nishav hampir tersenyum melihatnya.
"Pelan-pelan kenapa Neng" lestari menegur cucu nya, yang gasak-grusuk nasi pun sebiji sampai ada di dagu nya.
"Aku belum makan tadi nek!" Nyengir Iriana menatap nenek nya.
"Nasi ada di magic com, ikan nya nenek tinggal di bawah todong nasi." lestari sampai tidak habis pikir dengan cucu nya, sudah jam segini baru makan kata nya. Jangan sampai anak dan menantu nya bilang anak nya tidak di kasih makan.
"Neng cantik ini, anak nya pak Dhamaran kan nek?" ucap Mang Danang.
"Iya cucu satu-satu nya dari anak laki-laki" Seraya menyuapi nasi. "Ambil Mas! Jangan kalah sama Iriana cucu nenek ini" Plak tepukan di paha Iriana oleh lestari. Kejam nenek ini untung tidak tersedak.
"Iya Nek." Senyum Rai itu meneduhkan. Iriana tidak perduli sekitar nya ia sibuk dengan makan nya. Apa lagi ia sedang kelaparan, tidak ada jaim-jaim nya.
"Mas Rai, ini kira Mang Danang pekerja baru nya nenek lestari tadi!" Dengan kekeh-an garing nya.
"Waduhh bisa mahal upah nya nanti Mang, bila Mas Rai yang jadi buruh kebun nenek." Sambut lestari dengan tertawa. " Iya kan Mas Rai?" lanjut lestari.
"Bisa saja Nek, hari ini seiklas nya nek."
"Beda nanti yah Mas kalo sudah berbulan" Seru Mang Danang. Hanya di jawab dengan tawanya Rai, indah. Membuat Iriana meliriknya.
***
Hari sudah sore, nenek lestari sudah pulang bersama Mang Danang di mobil pick up.
Iriana di tinggal kan bersama Rai, lestari seperti punya rencana sendiri untuk cucu nya.
"Ayo naik!" setelah tadi sempat membatu Mang Danang muat in buah kelapa sawit di pick up. Iriana mencoba naik motor Rai seperti pertama tadi, tapi tetap ia merasa kesusahan.
"Bilang jika ingin minta tolong!" Seraya kembali memegang tangan Iriana.
"Makasih" Pipinya semerah tomat. Tidak ada panas untuk menyamarkan nya lagi.
Membuat Rai yang sudah menjalani motor nya tersenyum.
"Lama di sini!?"
"Hah,, apa?" Cukup terkejut. Iriana kira pria ini tidak banyak bicara.
"Kamu suka disini?" Pertanyaan lain lagi. Meski tadi Iriana mendengar yang pertanyaan pertama. Tapi ia tetap menjawab.
"Mungkin akan lama, kalo suka pasti betah ini daerah nenek. Tempat ayah lahir juga dulu." Seru Iriana. Lagi, sudah dekat jalan yang licin. Iriana seperti hilang malu nya, dengan gampang melingkar kan kedua tangan nya di pinggang Rai.
"
Terbiasa hmm" lirih Rai yang tidak dapat di dengar Iriana karena suara motor.
Iriana entah kenapa ia suka melingkari perut Rai. Kurang sopan apa lagi Iriana sampai meraba perut kotak Rai. Membuat Rai tegang.
"Keras" Bathin nya masih mencoba meraba-raba ia tunjuk-tunjukan perut otot itu.
Rai merasa geli akhirnya memegang kan tangan Iriana dengan sebelah tangannya.
Membuat Iriana menjadi menghentikan aksi nakal nya.
Ternyata sudah keluar perkebunan, Rai lambat sekali menjalani motor nya. Seperti sengaja menikmati waktu berdua.
Ujung rumah tetangga sudah terlihat, Iriana dan otaknya berjalan sejalan. Dengan cepat melepas kan kedua tangan nya dari pinggang Rai.
Rai tau pasti Iriana merasa malu. Ia sudah seperti merasa hubungan yang harus di sembunyikan. Dan benar banyak warga yang melihat apa lagi jam sore begini. Ibu-ibu sudah stand bay bergosip.
Motor Rai pun sampai di pekarangan rumah Iriana.
"Mas Rai! nanti timbang kan punya nenek yah." lestari setelah melihat Rai baru sampai di depan rumahnya.
"Iya nek, tenang saja." Iriana pun turun dari kendaraan Rai. Ia penasaran tinggal dimana Rai.
Masih melirik Rai. Tidak ada ucapannya, dan Rai perlahan mendorong motor ke rumah sebelah. Terbelalak itu yang di rasa kan Iriana ia terkejut rumah itu seperti, benar tidak salah lagi. Pria itu pasti si punggung lebar di jendela, ternyata bersebelahan dengan jendela kamar ya.
Membuat iriana jadi malu. Apa lagi ketahuan sengaja mengintip seorang pria sedang berganti pakaian. Ia kenapa baru ngeh dengan nama Rai Nishav. Saat tatapan mereka berdua bertaut Iriana dengan wajah semerah tomat, dan Rai dengan senyum mengejek nya seperti tau apa yang dipikir kan Iriana.
Dengan cepat Iriana lari ke dalam rumah, ia sudah malu sejadi-jadi nya, merasa ingin menggali kubur nya sendiri. "Malu ibu!" Bathin nya berteriak.
"Kenapa dengan nya" Gumam lestari melihat cucu nya lari dengan cepat.
****
Iriana sudah bersih-bersih selesai dari perkebunan ternyata gatal juga.
"Nek besok kemana?" Kini ia sedang makan malam bersama nenek lestari.
"Tidak kemana-mana mau istirahat saja." lestari seraya mengambil lauk pauk nya.
"Malah besok mau bantu-bantu rumah Ibu Suci, mau nikahan anak nya katanya." lanjutnya lestari.
"Kalo gitu aku dirumah saja nek, mau lanjut nonton drakor aja." mengangkat bekas piring makan nya membawa ke belakang untuk di cuci. "Punya nenek sudah?" lanjutnya bertanya kepada nenek.
"Sudah, nenek ke depan dulu. Mau nonton tv" Berjalan pelan ke ruang tv. Meninggal kan alat makan untuk Iriana, biar Iriana saja yang bersihkan.
Sedangkan di tempat rai Nishav ia sedang bekerja sampai malam, menimbang kan buah kelapa sawit yang di jual kan kepadanya. Banyak toke lain tapi warga yang punya buah sawit bilang jika ke toke lain banyak kurang timbangan nya, tidak bagus lah. Harga tidak cocok lah. seperti ke tempat Rai itu bagus. Ternyata buka hanya dari desa klayangan saja yang jual untuk Rai. Tapi sampai warga sebelah juga.
Biasa Rai membawa hasil buah sawit yang ia beli ke kecamatan di sana ada pabriknya. Kadang ada saja yang iri, tapi rezeki itu masing-masing sudah ada yang atur kan.
"Boss! Terakhir punya Nenek lestari kan?" Pekerja Rai (Rido), selesai menimbang yang terakhir di rumah tetangga sebelah.
"Iya malam ini masih sempat. Biar nanti langsung di bawa ke pabrik." Dengan mencatat nota pengeluaran uang hasil hitungan nya.
Sesampai nya di depan rumah Nenek lestari, Rai turun dari pick up nya. Mengetuk kan rumah Nenek lestari.
"Nek! " Seru Rai dari luar.
Pintu itu terbuka, ternyata yang membuka pintu iriana.
"Nenek sedang di kamar mandi. Ada apa?" Meski tadi ragu untuk membuka pintunya. Jadi ia hanya mencoba dengan bersikap berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Bilang Nenek, Mas Rai mau timbang buah kelapa sawitnya." Menatap nya dengan dalam. Membuat Iriana gugup.
"I. iya, kata Nenek timbang saja." Ia menundukan pandangan nya pipi itu sudah pasti kemerahan. Rai jadi ingin melihat nya.