NovelToon NovelToon
Embers Of The Twin Fates

Embers Of The Twin Fates

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Action / Romantis / Fantasi / Epik Petualangan / Mengubah Takdir
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: ibar

di dunia zentaria, ada sebuah kekaisaran yang berdiri megah di benua Laurentia, kekaisaran terbesar memimpin penuh Banua tersebut.

tapi hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, pada saat malam hari menjelang fajar kekaisaran tersebut runtuh dan hanya menyisakan puing-puing bangunan.

Kenzie Laurent dan adiknya Reinzie Laurent terpaksa harus berpisah demi keamanan mereka untuk menghindar dari kejaran dari seorang penghianat bernama Zarco.

hingga pada akhirnya takdir pun merubah segalanya, kedua pangeran itu memiliki jalan mereka masing-masing.

> dunia tidak kehilangan harapan dan cahaya, melainkan kegelapan itu sendiri lah kekurangan terangnya <

> "Di dunia yang hanya menghormati kekuatan, kasih sayang bisa menjadi kutukan, dan takdir… bisa jadi pedang yang menebas keluarga sendiri <.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEBERHASILAN MENDORONG BATU

Senja mulai turun perlahan, meninggalkan warna oranye yang merayap di sela batang-batang pohon.

Latihan hari ini telah selesai, dan aku berjalan dengan langkah berat menuju gubuk reyot.

Tubuhku terasa seperti menanggung ratusan kilogram beban, tetapi tekadku masih menyala kuat.

Sesampainya di gubuk.

Aku mulai menyalakan api kecil di samping gubuk.

Kemudian aku mulai mengumpulkan beberapa bahan makanan sederhana.

Mulai dari: akar rebus, potongan daging yang tuan arvendel bawa dari perburuan dua hari lalu, dan seikat daun yang biasa kami gunakan untuk bumbu.

Untuk pertama kalinya sejak Aku tinggal di tempat ini

Aku yang mengambil inisiatif untuk memasak makan malam kami.

Tanganku bergerak lambat karena lelah, tetapi aku tetap berusaha.

Di sela-sela memasak, aku sesekali memandang kearah batu raksasa di kejauhan yang masih tidak bergerak sejak pagi tadi.

Beberapa menit kemudian

Tuan arvendel keluar dari dalam gubuk, tersenyum tipis melihat diriku sibuk.

“Kau memasak hari ini?”

~tanya arvendel sambil duduk di dekat api~.

Aku mengangguk pelan dan senyum tipis.

“Aku ingin… melakukan sesuatu. Meski kecil.”

~Arvendel mencium aroma masakan itu~

“Baunya… lebih wangi dari masakanku.”

Aku tertawa kecil dan tersenyum tipis, yang jarang muncul sejak tragedi itu.

Hatiku mulai merasa nyaman walau hanya sedikit.

Saat makanan matang, Kami duduk berhadapan.

Aku menatap api, mataku melihat cahaya jingga.

Serta aku teringat sesuatu yang ingin aku sampaikan.

Dadaku terasa sesak menahannya.

“Tuan Arvendel…” suara ku lirih, namun tegas.

~Arvendel menoleh~.

“Hm?..”

Aku menggenggam mangkuk di tanganku lebih kuat.

“Aku ingin menjadi kuat bukan hanya untuk diriku."

"Aku ingin… melindungi Reinzie dan Chelsea... Untuk selama nya..."

"Aku tidak ingin mereka terlibat ke dalam pertempuran atau bahaya apa pun..."

"Kalau ada yang harus melawan kejahatan di balik kegelapan itu… biarkan aku yang melakukannya.”

~Arvendel terdiam, lalu sebuah senyum perlahan terbentuk di bibirnya—senyum yang lembut, namun penuh kebanggaan~.

“Kalau begitu…” katanya pelan,

“kau sudah memiliki alasan yang jauh lebih kuat untuk menjadi seorang pendekar.”

Aku menunduk.

“Ya. Aku… hanya tidak ingin kehilangan siapa pun lagi.”

~Arvendel menepuk bahu Kenzie~

“Alasan itu cukup untuk membuatmu berkembang. Kau sudah berada di jalur yang benar.”

Aku merasakan kehangatan kecil di dadaku—sesuatu yang mulai menutup luka lama.

MALAM PUN TIBA.

Aku berbaring dan memandang langit-langit gubuk yang sederhana.

Suara api kecil berderak lembut.

Tak lama kemudian, Aku mengantuk dan tertidur.

~Dalam mimpinya, Kenzie melihat Reinzie dan Chelsea berlari di padang rumput luas.

Mereka tertawa, tidak lagi ketakutan. Kenzie melihat mereka

Dirinya sendiri berdiri tak jauh, tersenyum dan menjaga mereka dari belakang.

Langit biru, angin hangat, dan dunia tampak damai.

Sesuatu yang belum pernah ia rasakan sejak kepergian keluarganya yang selalu menyelimuti hidupnya.

"Aku akan menciptakan dunia seperti ini… untuk mereka."

Itu adalah janji yang ia ucapkan bahkan di dalam mimpi~.

----------------

______________________.._______________________

KEESOKAN HARINYA

Aku kembali berhadapan dengan Batu itu.

Pagi datang lagi dengan membawa kedinginan, tenang, dan penuh harapan baru.

Aku keluar dari gubuk dengan wajah lebih segar dibanding hari sebelumnya.

Di luar tuan arvendel sudah duduk di dekat batu, menunggu seperti biasanya.

“Pagi ini kamu terlihat berbeda,” ujarnya menyambut.

~Kenzie memasang ekspresi yakin~

“Aku sudah punya tujuan.”

~Arvendel hanya tersenyum~

“Kalau begitu… silahkan mulai latihan mu.”

Aku mulai berdiri di belakang batu raksasa itu lagi.

Aku sudah tahu kekuatan fisikku tidak cukup.

Aku harus menemukan fokus yang selama ini di butuhkan dalam kekuatan.

Aku menarik napas…

meletakkan tangan pada batu…

dan mendorong.

Tidak ada hasil.

Aku mencoba lagi.

Dan lagi.

hasilnya tetap sama seperti kemarin.

Aku mencobanya lagi dan lagi..

Waktu berjalan sendirinya tanpa menoleh kebelakang

Hingga matahari tepat berada di atas kepala.

~Dan tak lama setelah itu, jam istirahat telah tiba~

~Kenzie memutuskan untuk istirahat dan berjalan beberapa langkah, tubuhnya berkeringat setelah latihan yang di lakukan~

~Serta usahnya belum memperlihatkan tanda-tanda keberhasilan~

~Setelah itu Ia duduk di bawah pohon, menenangkan napasnya~

Aku merasa diriku tak mampu lagi

Napasku juga mulai tak beraturan

Kesadaran ku juga mulai memudar akibat terlalu lama berdiri di bawah panas matahari dan mengeluarkan tenaga terus menerus

Tapi aku harus tetap fokus dan harus mempertahankan ketenanganku

Setelah beberapa menit diam, Aku menutup mata.

Aku mencoba menyelami sesuatu di dalam diriku:

Tekatku, tujuanku, rasa sayangku kepada Reinzie dan Chelsea, harapanku untuk masa depan.

Semua telah ku satukan.

Aku mencoba membiarkan pikiranku jernih—sejernih air yang mengalir tanpa hambatan.

Perlahan, aku merasakan sesuatu…

seperti denyut halus mengalir dari dadaku ke lengan, lalu ke telapak tangan.

Sebuah kekuatan kecil.

Tersembunyi.

Namun nyata.

Aku membuka mata.

“Aku mengerti…”

Aku berdiri lagi.

mencoba dan mencoba, perlahan namun pasti.

Tapi masih belum memberikan tanda tanda yang menggerakkan batu raksasa itu.

----------------

______________________.._______________________

Aku berusaha mencoba terus menerus, sehingga lupa dengan waktu.

Bahkan rasa sakit pada telapak tanganku pun tak lagi terasa.

Sore Mulai Turun

~Matahari menguning, cahaya menipis. Arvendel memperhatikan dari jauh, dan tidak ingin mengganggu~

Aku meletakkan kedua tanganku lagi pada batu ini.

Napasku pelan… Mulai teratur… penuh fokus.

Untuk pertama kalinya sejak latihan dimulai, pikiranku benar-benar mulai hening.

Aku mulai mendorong.

Perlahan.

Tiba-tiba…

~KRK…~

Batu itu mengeluarkan bunyi gerakan halus.

Aku membuka mata lebar-lebar.

“Itu… bergerak…”

Aku mencoba mendorongnya lagi.

~GRRK…~

Debu jatuh dari sisi batu.

~Arvendel berdiri dari tempat duduknya, terkejut dan bangga~

Dengan seluruh fokusku—tanpa amarah, tanpa ketakutan—aku mendorong dengan kekuatan yang terarah.

Dan akhirnya…

BATU ITU BERGESER.

Tidak jauh.

Tidak banyak.

Namun jelas… batu itu bergerak beberapa jengkal dari tempat sebelumnya.

Aku terjatuh melutut, terengah, namun aku tersenyum lebar atas keberhasilan dari jerih payahku.

~Air mata kecil mengalir tanpa ia sadari~

“Aku… berhasil.” aku berteriak lirih dengan airmata, rasa bangga karena keberhasilan itu.

Aku berdiri kembali dan mencoba mendorong batu itu lagi.

"Baiklah sekali lagi!.."

~Dengan cara yang sama batu pun bergerak~

Aku mencoba berjalan dengan teriakan

"Arhh"

Perlahan aku mencoba berlari kecil,

"HIAHHHT.." teriak ku sambil mendorong batu ini.

~Arvendel perlahan berjalan mendekati Kenzie, lalu menepuk pundaknya dengan rasa bangga~

“Bagus, Kenzie. Kau akhirnya berhasil melakukannya... Sekarang… kau siap.”

Aku menatap tuan arvendel dengan bingung.

“Siap untuk apa?”

Arvendel tersenyum tipis, namun kali ini senyum itu mengandung makna yang jauh lebih berat.

“Untuk latihan yang sebenarnya. Latihan yang jauh lebih sulit dari batu ini.”

Aku menunduk, tersenyum dengan rasa bangga yang tumbuh dalam diriku.

“Aku siap, Tuan Arvendel.”

______________________.._______________________

Senja menutup hari itu dengan warna ungu lembut.

Aku berdiri di samping batu yang kini bergeser.

pandangan ku—itu adalah langkah pertama menuju masa depan yang ku impikan.

Aku tersenyum.

Aku siap melakukan latihan baru.

Aku akan terus melangkah.

Dan aku tidak akan berhenti sampai aku menjadi cukup kuat untuk melindungi mereka yang aku cintai.

1
أسوين سي
💪💪💪
أسوين سي
👍
{LanLan}.CNL
keren
LanLan.CNL
ayok bantu support
أسوين سي: mudah-mudahan ceritanya bagus sebagus Qing Ruo
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!