Juan memutuskan membeli rahim seorang wanita karena istrinya belum juga hamil. Tapi pada saat wanita itu hamil, ternyata Allah berkata lain dengan membuat istri Juan hamil juga.
Setelah mengetahui istrinya hamil, Juan pun lupa kepada benih yang saat ini sedang tumbuh di dalam perut Kamila. Dia mengacuhkan Kamila dan benih itu membuat Kamila marah dan berniat balas dendam kepada Juan dengan menukarkan anaknya dengan anak Raina pada saat dilahirkan nanti.
Akankah Juan dan Raina tahu, jika anak yang selama ini mereka besarkan bukan anak kandung mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 Hari Pertama Sekolah
Alesha mematut penampilannya di depan cermin, seragam yang dari dulu diimpi-impikan sekarang sudah bisa dia pakai. "Alhamdulillah, ternyata Mama sayang sama aku," batin Alesha dengan senyumannya.
"Alesha, cepat!" teriak Mama Kamila.
"Iya, Ma." Alesha cepat-cepat mengambil tasnya dan berlari keluar.
Kamila dan Dandi sudah menunggu di luar. "Kamu ngapain saja sih? lama banget!" bentak Mama Kamila.
"Maaf, Ma," sahut Alesha menunduk.
"Buruan masuk," ketus Mama Kamila.
Alesha pun masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku belakang. Sedangkan Kamila dan Dandi berada di depan. Kamila tampak mengobrol riang dengan Dandi, sedangkan Alesha tidak diajak ngobrol sama sekali membuat Alesha hanya bisa tersenyum miris.
"Sayang, nanti kalau pulang kamu telepon Mama ya, nanti Mama jemput," ucap Mama Kamila kepada Dandi.
"Ok, Ma," sahut Dandi.
"Alesha, nanti kamu pulang sendiri saja naik bus atau apalah terserah kamu habis itu langsung ke kedai bantuin Mama di sana," ketus Mama Kamila.
"Iya, Ma," sahut Alesha.
Kamila mengantar Dandi terlebih dahulu, sesampainya di depan sekolah Dandi, Kamila pun menghentikan mobilnya. Keduanya keluar dari dalam mobil, terlihat Kamila memeluk dan mencium Dandi dengan penuh cinta dan Alesha hanya bisa melihat dari dalam mobil dengan mata berkaca-kaca. Alesha mendongak supaya air matanya tidak keluar.
"Ya, Allah kapan aku diperlakukan seperti itu juga," batin Alesha.
Dari kecil sampai sekarang, Kamila tidak pernah memperlakukan Alesha dengan baik yang ada Kamila selalu saja memarahi Alesha. Berbeda dengan Dandi, sejak kecil dia selalu mendapatkan cinta dan kasih sayang berlebihan. Setelah melihat Dandi masuk ke dalam sekolah, Kamila pun kembali masuk ke dalam mobilnya lalu segera melajukannya menuju sekolah Alesha.
Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di depan sekolah yang terlihat megah itu. Banyak sekali mobil mewah yang masuk ke dalam sekolah itu, ternyata dari gerbang menuju halaman sekolah lumayan jauh jadi mobil diperbolehkan untuk masuk mengantar para siswa dan siswi yang sekolah di sana. Kamila memasukan mobilnya ke area sekolah, tujuan dia hanya satu ingin melihat putrinya.
"Aku sudah tidak sabar, ingin melihat putriku," batin Mama Kamila dengan senyumannya.
Hingga dari kejauhan, Kamila melihat sebuah mobil yang sangat dia kenal. Kamila menghentikan mobilnya padahal jarak ke halaman sekolah masih lumayan jauh. Dia fokus memperhatikan mobil Juan, hingga tidak lama kemudian seorang anak remaja keluar dari dalam mobil itu dan seketika membuat mata Kamila berbinar.
"Astaga, kamu cantik sekali Nak. Pasti kamu bahagia 'kan tinggal di rumah itu?" batin Mama Kamila.
Tanpa sadar Kamila meneteskan air matanya. Alesha mengikuti arah pandang Kamila, dan Alesha mengerutkan keningnya. "Mama kenapa sampai menangis melihat anak itu?" batin Alesha.
Kamila terus memperhatikan Jovanka sampai dia masuk ke dalam sekolah. Kamila kaget dan segera menghapus air matanya. "Mama tidak mengantarkan kamu sampai depan sekolah, sampai di sini saja. Lagi pula tinggal beberapa meter saja, jangan manja jadi anak," ketus Mama Kamila.
"Baik, Ma."
Alesha hendak keluar tapi dia terdiam dahulu. "Ma, Ale mau salim," ucap Alesha mengulurkan tangannya.
"Sudah sana keluar saja nanti kamu telat," sahut Mama Kamila.
Alesha menarik kembali tangannya lalu keluar dari dalam mobil Mamanya itu. Alesha pun berjalan santai di pinggir jalan, iring-iringan mobil mewah membuat Alesha takjub dan tidak menyangka bisa sekolah favorit dan bertaraf internasional itu. Walaupun harus berjalan tapi Alesha bahagia, dia selalu memperlihatkan senyuman cerianya.
Tidak lama kemudian Alesha sampai di depan sekolah, dia pun buru-buru menyebrang tanpa melihat ke kiri dan ke kanan. Suara klakson mobil terdengar sangat nyaring sedangkan Alesha menutup matanya dengan tangan.
"Astaga, ada apa Pak?" tanya Edgar.
"Itu Tuan Muda, ada yang tiba-tiba menyeberang," sahut Sopir.
Edgar menoleh, Alesha membuka matanya dan langsung membungkukkan tubuhnya sampai berkali-kali. "Maaf Pak, maaf," ucap Alesha.
Edgar memperhatikan Alesha bahkan anak-anak yang baru saja datang juga semuanya menoleh ke arah Alesha. Sopir membuka kaca mobilnya. "Lain kali kamu harus hati-hati," seru si Sopir.
"Iya, Pak. Sekali lagi saya minta maaf," ucap Alesha.
Alesha pun dengan cepat berlari dan masuk ke dalam sekolah. Begitu pun Edgar, dia keluar dari dalam mobil dan memperlihatkan wajah dinginnya. Semua anak perempuan menatap kagum kepada Edgar.
"Gila, sekarang kita punya junior ganteng."
"Iya, sepertinya mudah sekali untuk mendapatkan dia tinggal ancam saja, apalagi dia junior dan harus mengikuti perintah senior."
Begitulah kasak-kusuk para siswi kala melihat Edgar. Sedangkan Edgar merasa tidak peduli dan tidak tertarik dengan wanita-wanita itu. Alesha mencari kelas dia, hingga setelah beberapa saat mencari akhirnya dia pun menemukan kelas dia.
Alesha celingukan mencari meja kosong, hingga dia pun menemukan meja kosong berada di deretan belakang. Bergegas dia menuju ke belakang dan duduk di samping anak yang tubuhnya lumayan besar dan memakai kaca mata itu. "Hai, nama aku Alesha. Nama kamu siapa?" ucap Alesha sembari mengulurkan tangannya.
Remaja berkaca mata itu membenarkan kaca matanya lalu membalas uluran tangan Alesha dengan malu-malu. "Nama aku, Grace," sahutnya.
"Halo Grace, senang berkenalan dengan kamu," ucap Alesha ramah.
Grace pun tersenyum lebar, dia benar-benar bahagia karena baru kali ini ada orang yang mau berkenalan dengannya. Sejak sekolah dasar sampai SMP, tidak ada yang mau berteman dengan Grace karena tubuhnya yang gendut dan berkaca mata seperti orang culun. Tiba-tiba seorang remaja cantik dan modis masuk ke dalam kelas, bahkan semua mata langsung tertuju kepada dirinya.
Jovanka tersenyum bangga, dia pun duduk di meja kedua dan seketika banyak siswa dan siswi yang mendekati Jovanka. "Dia cantik banget ya, Al," seru Grace.
"Iya," sahut Alesha.
Alesha memperhatikan Jovanka. "Bukankah itu anak yang tadi membuat Mama nangis?" batin Alesha.
Suasana di dalam kelas itu sangat riuh, bahkan Jovanka dengan sombongnya memperkenalkan dirinya dan siapa kedua orang tuanya membuat Jovanka semakin dielu-elukan. Hingga tiba-tiba, remaja laki-laki datang membuat Jovanka dan Alesha menatap anak laki-laki itu.
"Gila, cowok itu ganteng banget," bisik Grace.
"Edgar!" teriak salah satu anak laki-laki.
Remaja itu segera menghampiri teman yang memanggilnya dan duduk di samping dia. Jovanka bangkit dari duduknya dan menghampiri Edgar. "Hai, aku Jovanka, nama kamu siapa?" Jovanka mengulurkan tangannya ke arah Edgar.
Edgar hanya melirik sebentar, setelah itu dia kembali fokus dengan buku yang ada di tangannya. Merasa diabaikan, Jovanka pun menarik kembali tangannya. Grace dan Alesha menahan tawanya, sedangkan Jovanka memilih kembali duduk di bangkunya karena merasa malu.