Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.
Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.
Kau salah . . . . . !!!
Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.
Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.
Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Briana tidak punya rasa takut berada di tempat yang cukup menyeramkan itu. Baginya tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan hidupnya yang jauh lebih menyeramkan.
Briana menghela nafas sembari melihat langit begitu terik yang dapat membakar kulitnya yang putih. Namun Briana tak menghiraukannya.
Briana kembali mengingat masa lalunya pada saat ia duduk di bangku kelas 6 SD.
Briana mengayuhkan kursi rodanya untuk memasuki ke kelasnya.
"Ehh Siska, kok kamu mau sih berteman dengan Briana?". Tanpa sengaja Briana mendengar pertanyaan itu dari dalam kelas, sontak membuat ia berhenti dari balik pintu sembari mendengar kelanjutannya.
"Ya . . . Mau gimana lagi . . . Abisnya aku di paksa sama Mama aku untuk berteman dengannya supaya Papa aku terus bekerjasama dengan Daddy nya Briana. Lagian Aku juga temanan sama dia karena kasihan karena dia enggak ada temannya disekolah ini. Kalian kan tau gimana kondisinya yang cacat. Walau pun aku malu sih sebenarnya berteman sama dia tapi aku harus tahan rasa malu aku karena kata Mamaku berteman dengan Briana memberikan banyak keuntungan untuk nilai aku karena Briana baik banget mau ngerjain semua pelajaran aku". Siska menjelaskan tujuannya berteman dengan Briana selama ini.
"Ouh gitu, kirain kamu emang beneran mau berteman sama dia". Timpal yang lainnya.
"Ya enggak lah, kalau bukan karena dia anak pintar dan anak orang kaya, aku sih enggak mau berteman sama orang cacat kayak dia, ha ha ha".
"Ha ha ha ha, iya ya, kasihan banget".
Dari balik pintu Briana meneteskan air matanya mendengar pembicaraan seseorang yang dia anggap sahabat itu. Briana tak menyangka bahwa mereka terutama Siska mendekatinya karena memiliki tujuan yang tertentu.
Dan sejak saat itu Briana tak lagi mempercayai apa itu pertemanan atau persahabatan, baginya semua itu adalah sampah.
Seketika ia mengingat masa itu, seketika itu juga ia berteriak sekencang mungkin.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrgggght".
Ryo spontan bersembunyi dari balik tiang yang sedikit berlumut, lalu mengintip Briana yang berjalan ke pinggir bibir teras sembari berteriak.
Mata Ryo terbelalak ketika ia melihat Briana sudah berjalan semakin di ujung.
"Jangan-jangan dia mau bunuh diri lagi, gawat".
Dengan gerak cepat Ryo berlari mendekati Briana lalu menyergap tubuhnya dari belakang sembari menjauhkannya dari pinggir genteng.
Sontak membuat Briana terkejut tiba-tiba seseorang menyeret tubuh-nya, lalu ia meronta-ronta melepaskan tubuhnya dari cengkeraman Ryo.
"Apa-apaan ini? Lepasin gue, lepasin!". Sekuat tenaga ia melepaskan tangan Ryo yang ada di pinggangnya dan sekuat tenaga juga ia memukuli tangan Ryo.
"Enggak, aku enggak mau melepaskan kamu asalkan kamu janji sama aku, kamu enggak bakal mau bunuh diri". Ryo semakin mengencangkan tangannya, menahan rasa sakit pukulan dari Briana.
"Apa?". Kesabaran Briana sudah di ujung batas dan sudah mengetahui siapa orang tersebut. Dengan sekuat tenaga ia menarik tangan Ryo kemudian ia berhasil mengeluarkan keahlian tae kwondonya. Ia membanting badan Ryo hingga ia jatuh pingsan.
Awalnya Briana tidak memperdulikannya. Namun ia terlihat sedikit panik ketika ia melihat Ryo sudah tak berkutik dengan cukup lama. Briana menyenggol tubuh Ryo dengan menggunakan kakinya, namun Ryo tidak meresponnya.
"Heh . . . Heh . . . Heh . . . . ".
"Heh . . . Bangun . . . Enggak usah pura-pura lu. Heh . . . Bangun lu . . . ".
Briana mulai panik karena Ryo masih tidak merespon. Secara perlahan Briana mendekati Ryo. Ia membungkukkan badannya dengan tangan Briana yang gemetar ia memeriksa nadi dan nafas Ryo. Briana mendekatkan telinganya pada dada Ryo lalu merasakan detak jantung Ryo berdetak dengan normal.
"Aku yang hampir pingsan, kok jantung kamu yang dag dig dug". Ryo membuka matanya sembari menahan tawanya. Sontak membuat Briana berdiri dan benar-benar marah.
"Ha ha ha ha". Ryo tertawa puas karena ia telah berhasil mengerjai Briana.
Dengan spontan Briana melayangkan tinjunya ke wajah Ryo.
#Baaaammm . . . .
"Adoooooooooooiiii". Rintihnya sembari memegang pipinya yang terkena bogem mentah dari Briana, lalu ia pergi meninggalkan Ryo.
"Bri . . . Briana . . . Tunggu . . . . ". Ryo berlari mengejar Briana dengan wajahnya yang sudah lebam.
"Bri . . . Kamu mau kemana? Sorry, Aku cuma bercanda tadi, Bri . . .". Ryo menarik tangan Briana, dengan spontan tangan Briana menepis tangannya. Mata Briana memerah menatap Ryo.
"Don't toch me". Briana membentak Ryo. Tangan Briana bergetar hebat namun ia langsung menyembunyikan kedua tangannya di balik badannya.
"Oke oke oke, sorry aku enggak akan nyentuh kamu lagi, sorry". Ryo mengangkatkan kedua tangannya.
"Sorry . . . Aku enggak ada maksud buruk ke kamu. Sebelum kamu bertanya dan mungkin kamu enggak bakalan mungkin nanya kenapa aku bisa ada disini juga. Jadi aku kasih tahu ke kamu, kalau aku kesini memang ngikutin kamu karena aku di suruh sama Pak Joko. Pak Joko ngeliat kamu tergesa-gesa keluar dari sekolah padahal baru mulai jam belajar, makanya Pak Joko minta aku untuk mastiin kamu enggak kenapa-kenapa. Ya . . . Walau pun aku enggak di suruh sama Pak Joko, aku pasti bakal tetap ngikuti kamu, karena aku khawatir sama kamu setelah kejadian kamu sama Anya di kelas pagi ini. Aku enggak tahu mau bilang apa, aku cuma mau bilang ke kamu, kamu harus sabar menjalani semua ini. Dunia ini memang keras tapi kamu harus percaya kalau kamu bisa melembutkan dunia ini. Dan kamu harus yakin masih banyak orang-orang yang tulus menerima kamu apa adanya". Ryo merasa enteng karena mampu memberikan support pada patung hidup yang satu ini.
Briana terlihat cuek dan acuh namun ia tetap mendengarkan perkataan Ryo. Tanpa merespon, tanpa basa-basi pada Ryo, Briana langsung masuk ke dalam mobilnya dan berlalu meninggalkan Ryo yang menatap kepergiannya.
"Fuuuhht aku memang enggak tahu apa yang kamu alami selama ini Bri. Tapi aku yakin kamu pasti bisa menjalaninya dan juga menemukan orang-orang yang benar-benar tulus sama kamu". Tuturnya dengan rasa simpatik kemudian berjalan dengan perlahan menuju mobilnya.
"Au... Ternyata kuat juga tenaga Briana". Keluhnya sembari memegang pipi serta pinggangnya yang terasa sakit.