NovelToon NovelToon
Terpikat Sekretaris Ayah

Terpikat Sekretaris Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Angst / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Aleena terpaksa harus menolak perjodohan karena dirinya sama sekali tidak menyukai laki-laki pilihan orang tuanya, justru malah tertarik dengan sekretaris Ayahnya.

Berbagai konflik harus dijalaninya karena sama sekali tidak mendapatkan restu dari orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 5#Jatuh pingsan

Waktu yang sudah ditentukan hari pernikahannya Aleena dengan Veriando Hamuangka, kini pihak keluarga tengah disibukkan dengan acara resepsi pernikahan.

Di rumah yang cukup sederhana, Devan tengah melamun sambil memandangi foto berdua dengan perempuan yang dicintainya, kini hanya bisa mengusap lembaran kertas kecil yang masih ia simpan didalam dompet.

"Yeee! dapat juga fotonya."

Livia pun langsung menyambar lembaran foto berukuran kecil, kini sudah beralih ke tangannya. Devan langsung bangkit dari posisi duduknya.

"Livia! kembalikan fotonya, cepetan sini."

Devan serasa tidak rela jika adiknya mengambil alih fotonya secara paksa.

"Bentar bentar bentar, Livia masih penasaran sama foto Kakak sama cewek di foto ini."

Saat itu juga, Livia langsung kabur ke kamar ibunya.

"Livia!" teriak Devan dengan geram.

"Livia, kamu kenapa lari-lari gitu, Nak?"

Agar lebih aman, Livia langsung bersembunyi dibelakang ibunya.

"Bu, lihat foto Kakak, cewek yang ada difoto ini mirip Kak Aleena yang kemarin itu datang kerumah bareng Kak Devan 'kan, Bu? coba deh, Ibu perhatikan fotonya, mirip, 'kan?"

Ibu Mariana melihatnya dengan seksama, lalu mendongak pada putranya.

"Foto siapa ini, Devan?" tanya ibunya dengan tatapan serius.

"Bukan foto siapa-siapa kok, Bu, itu foto jaman dulu, waktu masih kuliah, dan kenal sama cewek itu, kebetulan kami ada acara, dan foto bareng. Jugaan dia bukan pacarnya Devan kok, Bu, tapi cuma masa lalu,"

"Kamu gak sedang bohongi Ibu, 'kan?" tanya ibunya serius.

Devan mengangguk. "Benar kok, Bu, Devan gak bohong."

"Awas loh Kak, kalau sampai bohongi Ibu,"

"Kamu anak kecil gak bakal ngerti obrolan Kakak sama Ibu. Udah sana kamu beres-beres, Kakak mau menghadiri acara pernikahan putrinya Tuan Arvian sama Nyonya Meli."

"Mau menghadiri sih menghadiri, tapi mukanya lesu gitu,"

"Kakak lagi gak enak badan, jangan mikir yang aneh aneh kamunya. Dah sana beres-beres, Kakak mau mandi, takutnya ditunggu sama teman Kakak."

"Livia, tidak sopan bicara seperti itu sama Kakak kamu. Sebaiknya kamu beres-beres, dan anter Ibu ke klinik, Ibu mau periksa,"

"Maafin Devan ya, Bu, yang nganter Ibu ke klinik justru Livia,"

"Tidak apa-apa, kamu menghadiri acara pernikahan juga bagian dari jadwal kerja, sudah sana siap-siap, dan ini fotonya, Ibu kembalikan ke kamu," jawab ibunya dan tersenyum.

Ditempat resepsi pernikahan, Aleena berkali-kali celingukan.

'Kekmana mau kabur, setiap pintu dijaga ketat gitu. Mana Mbak Dila dilarang masuk jugaan, ish! benar-benar tidak punya kesempatan kabur juga.' Batin Aleena sambil cari cara untuk bisa lolos dari acara pernikahannya.

"Sempurna! Nona benar-benar sangat cantik, Tuan Veriando sangat beruntung mempunyai istri secantik Nona."

Aleena tidak menanggapi pujian dari si tukang rias. Justru pikirannya kabur dan kabur dari pernikahan.

"Mbak mbak mbak, toiletnya dimana ya? kebelet piiipis nih, bisa tunjukin tempatnya?"

"Boleh, mari saya anter Nona," jawabnya.

"Gak usah dianterin, nyusahin Mbak nanti, tunjukin aja tempatnya,"

Kedua tukang perias saling senggol menyenggol, takutnya hanya alibinya pengantin perempuan, pikir mereka berdua.

"Kami antar aja ya, Nona, takutnya nanti Nona kenapa-kenapa, riasannya jadi rusak," ucapnya yang tidak ingin mendapat masalah, pikirnya.

"Iya deh, iya," jawab Aleena dengan pasrah.

Saat diiringi oleh kedua perias, Aleena dengan sengaja menginjak kaki mereka masing-masing.

"Kabuuuuuuuur!" teriak Aleena yang tengah lari kencang agar bisa melarikan diri dari pernikahan.

Brug!

"Aw!" pekiknya saat menabrak dada bidang laki-laki yang tengah berjalan tegap.

Aleena langsung mendongak.

"Aaaaaaaa!"

"Kak Bernio."

"Kamu mau kabur? manfaatnya apa kabur dari pernikahan, ha? mau bikin malu keluarga?"

"Tapi Kak, Aleena gak cinta sama Veriando, Aleena cuma-"

"Sudah lah, kembali ke ruangan kamu, Kakak tungguin kamu disini, nanti Devan yang menemani Kakak,"

"Kak,"

"Udah sana masuk, jangan membuat orang tua kecewa, kasihan Mama sama Papa kalau sampai kamu membuat masalah,"

Aleena yang ingin rasanya mengutarakan apa yang menjadi pikirannya, pun terkalahkan oleh sebuah keinginan dari kedua orang tuanya, serta keluarga.

Mengetahui kalau ayahnya mempunyai riwayat penyakit jantung, Aleena tidak berani membantah yang berlebihan. Tentu saja takut kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap ayahnya.

Karena acara akan segera dimulai, Aleena mulai bersiap-siap untuk duduk bersanding dengan calon suaminya.

Devan yang baru saja datang, ia segera menghampiri Bernio.

"Udah mulai acaranya?" tanya Devan yang tengah berkecamuk perasaannya.

Bernio menggelengkan kepalanya.

"Belum, Aleena sedang bersiap-siap," jawabnya.

"Kak Nio, gendong," panggil Aleena dengan kedua tangannya yang siap untuk digendong sang kakak.

Bernio pun segera mendekati adiknya, dan menggendongnya. Semua orang yang turut hadir tengah memperhatikan Aleena yang tengah digendong oleh sang kakak, keduanya menjadi pusat perhatian. Sedangkan Devan mengikutinya dari belakang untuk berjaga-jaga.

Pelan-pelan Bernio menurunkan Aleena dekat di sebelah calon suami. Sekilas pun Aleena tidak menoleh, terasa enggan untuk melihat wajah calon suaminya, dan memilih untuk memalingkan wajahnya.

Devan yang sudah berada di antara para tamu undangan, perasaannya terasa begitu hancur.

'Aleena, semoga kamu bahagia bersama suamimu, bahagia dengan kehidupan barumu. Maafkan aku yang tidak mempunyai kemampuan untuk memilikimu, maafkan aku yang pecundang ini,' batin Devan yang tengah menyaksikan pengucapan kalimat sakral oleh pengantin laki-laki, juga perempuan.

Aleena yang merasa gagal untuk kabur dari pernikahannya, pun menoleh ke belakang, tepatnya mencari keberadaan sekretaris Devan. Kebetulan juga, Devan mengarahkan pandangannya ke Aleena hingga keduanya saling memandang. Tidak terasa, Aleena menitikkan air matanya, dan memejamkan matanya karena pada akhirnya dirinya telah sah menjadi istri dari laki-laki yang bernama Veriando.

Seketika, Aleena jatuh pingsan setelah selesai pengucapan kalimat sakral. Suasana pun telah menjadi heboh seisi ruangan gedung yang menjulang tinggi. Para tamu undangan maupun pihak keluarga dibuatnya heboh dengan kejadian tersebut.

Devan yang mengetahui kalau Aleena jatuh pingsan, ia segera berlari untuk melihat keadaannya. Veriando yang sudah sah menjadi suaminya, justru enggan untuk menggendong istrinya yang sudah pingsan. Suasana menjadi ricuh, Tuan Arvian maupun Nyonya Meli, juga besannya dibuat panik.

Bernio yang hendak melakukan pertolongan kepada adiknya, kakinya terkilir. Pada akhirnya Devan yang menggendong Aleena dan membawanya ke rumah sakit.

Bernio yang tengah melihat Veriando yang terlihat tidak panik sama sekali ketika mendapati istrinya jatuh pingsan, langsung melayangkan sebuah tinjauan.

Bug!

"Benar benar keterlaluan kamu Ver! istri kamu pingsan, bisa-bisanya kamu masih santai disini, ha!"

Bernio langsung mencengkram kerah bajunya. Sedangkan Veriando menatapnya dengan sinis.

"Lagian sudah ada asisten 'kan, ngapain aku repot-repot buang-buang waktu segala. Palingan juga kecapean, nanti kalau sudah istirahat juga pulih." Kata Veriando dengan entengnya menjawab.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!