Bukan kita menginginkan lahir ke dunia ini. Bukan kita yang meminta untuk memiliki keadaan seperti ini.
Sudah bertahan begitu lama dan mencoba terus untuk bangkit dan pada kenyataannya semua tidak berpihak kepada kita?
Aira yang harus menjalani kehidupannya, drama dalam hidup yang sangat banyak terjadi dan sering bertanya siapa sebenarnya produser atas dirinya yang menciptakan skenario yang begitu menakutkan ini.
Lemah dan dan sangat membutuhkan tempat, membutuhkan seseorang yang memeluk dan menguatkannya?
Bagaimana Aira mampu menjalani semua ini? bagaimana Aira bisa bertahan dan apakah dia tidak akan menyerah?
Lalu apakah pria yang berada di dekatnya datang kepadanya adalah pria yang tulus yang dia inginkan?
Mari ikutin novelnya.
Jangan lupa follow akun Ig saya Ainuncefenis dan dapatkan kabar yang banyak akun Instagram saya.
Terima kasih.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 Semua Orang Jahat.
Jama istirahat di kantor sudah tiba dari pada memilih untuk makan diganti Perusahaan. Aira ternyata memilih untuk sendiri.
Duduk di salah satu bangku dan menikmatinya makanan yang tadi diberikan Nana yang padahal itu untuk sarapan. Beberapa kali Aira menghela nafas, makan saja dia tetap terlihat berpikir.
Tanpa Aira sadari ternyata ada yang memperhatikannya dari lantai 2 yang ternyata itu Arfandi. Dari ekspresi wajah yang tidak terbaca entah apa yang dipikirkan Arfandi ketika melihat Aira yang tampak lesu dan menyendiri.
****
Setelah selesai bekerja. Aira yang kembali pulang. Karena tidak memiliki uang yang mau tidak mau Aira harus pulang berjalan kaki. Dengan kedua tangannya yang dilipat di dadanya dan tasnya yang disandang baru sebelah kirinya.
Walau menjalankan hari ini cukup baik, tetapi tetap saja Aira tampak tidak semangat dan wajahnya masih saja terlihat murung.
Ting.
Aira melihat ponselnya saat mendengar pesan wa masuk.
"Kak. Hari ini kumpul di rumah, Nenek dan saudara-saudara yang lainnya datang berkunjung," pesan yang masuk dari adiknya Dinda.
"Aku tidak bisa, aku sedang banyak pekerjaan," jawabnya dengan singkat dan langsung mematikan data ponselnya.
Aira memang sangat malas untuk kumpul-kumpul, bagaimana tidak jika sudah berkumpul dengan saudara-saudaranya maka yang dipertanyakan orang-orang tua itu adalah kapan menikah?
Terkadang orang-orang memang bisanya hanya bertanya tanpa mengetahui mental seseorang dan merasa jika kita baik-baik saja. Mood Aira saat ini benar-benar sangat buruk.
Saat Aira sampai rumah sudah terlihat ada dua orang pria di depan tangga menuju rumahnya. Aira menelan Saliva dengan wajahnya yang tampak was-was.
Aira mencoba mengabaikan pria itu dan melewati dua pria itu.
"Nona. Kamu Aira Sharena Rizky?" tanya salah seorang dari pria itu yang membuat langkah Aira terhenti.
Aira menganggukkan kepala dengan gugup.
"Kamu melupakan tagihan kamu yang sudah menunggang satu bulan?" tanya pria itu yang langsung to the point.
"Memang bapak dari mana?" tanyanya yang terlihat berusaha tenang melihat dua pria itu bertubuh besar dan wajah yang sangat sangar.
"Apa hutang kamu ada di mana-mana sehingga kamu bertanya saya dari mana?" pria itu menimpali kembali pertanyaan itu.
"Jika datang menagih ke rumah saya, maka harus jelas dulu Anda berdua berasal dari mana dan tidak bisa menagih begitu saja," ucap Aira yang berusaha untuk tenang.
"Kami dari Pendanaan. Anda meminjam di Perusahaan kami dan ini sudah memasuki satu bulan jatuh tempo dengan jumlah yang sudah mencapai 7 juta. Jadi segera bayarkan!" tegas pria itu memberikan penjelasan sedikit.
"Saya belum ada uang sama sekali dan nanti saya pasti akan membayarnya," jawab Aira.
"Kamu kalau berhutang bisa dan membayar tidak bisa. Mau sampai kapan kamu akan menunggak terus hah! Mau datang ke kantor kamu dulu minta sama bos kamu langsung!" tidak segan-segan pria itu memberikan ancaman.
"Saya yang memiliki hutang dan bapak tidak perlu melibatkan orang lain dalam urusan ini," jawab Aira yang memang memiliki keberanian.
"Kalau begitu bayar sekarang dan jangan sampai kami berbuat lebih!" tegas pria itu.
"Jika saya sudah memiliki uang, maka saya pasti akan membayarnya dan tidak akan menunggak," jawab Aira.
"Alah bussyyit," sahut pria itu yang terlihat begitu kesel.
"Kalau begitu katakan tanggal berapa pastinya kamu membayar!" tegas pria itu.
"Saya tidak bisa pastikan tanggal berapa. Karena saya tidak memiliki uang," jawab Aira.
"Kamu bisanya hanya berharap aja mungkin tidak bisa membayar. Kamu jual sekalian diri kamu!" tegas pria itu.
Aira terdiam. Apa yang bisa dia lakukan saat ini. Pria itu memberikan ancaman dan bagian yang sangat kasar dan bahkan sudah merendahkan harga dirinya.
"Jika dalam 3 hari kamu belum bisa membayar hutang kamu. Maka jangan salahkan kami datang kembali dan kamu akan menyesal!" tegas pria itu menunjuk tepat di wajah Aira terdiam.
"Dasar tukang hutang!" umpat pria itu yang langsung pergi.
Aira hanya diam saja dengan memegang dadanya, terasa begitu sesak lagi Aira dengan situasi yang dihadapi saat ini.
Orang-orang benar-benar sangat jahat yang memperlakukannya seperti itu. Dia wanita dan mentalnya benar-benar diuji dan bagaimana tidak Aira ingin mengakhiri hidupnya.
Ini bukan orang yang pertama mengatakan seperti itu dan sebelumnya dia sudah mendapat teror dari telepon dan juga kiriman sms dengan kata-kata kotor yang merusak mentalnya dan semua itu ditahan Aira sendiri.
Aira melihat sekitarnya, untung saja di tempat tinggal Aira orang-orangnya bangsa cuek dan tidak ada yang tidak suka mencampuri urusan orang lain. Aira hanya berusaha senang mungkin menghadapi cobaan itu dan lagi-lagi dia bertanya sampai kapan dia akan bertahan.
Dengan sangat tidak semangat Aira memasuki rumahnya. Aira yang tampak begitu lesu langsung duduk di sofa.
"Aira aku tidak tahu apa yang membuat kamu atau tetap menunggu," ucapnya dengan tersenyum seolah menertawakan diri sendiri.
****
Kediaman Arfandi.
"Assalamualaikum," sapa Arfandi.
"Walaikum salam," sahut seorang wanita sekitar berusia 55 tahun yang sedang duduk di sofa dengan memangku album foto yang besar.
Arfandi menghampiri wanita itu yang mencium punggung tangannya.
"Mama sedang apa?" tanya Arfandi.
"Mama melihat-lihat foto masa kecil kamu dan juga foto-foto saat kamu sekolah. Mama juga melihat foto-foto masa SMA kamu. Hmmmm, kalau dipikir-pikir semua teman-teman SMA kamu sudah menikah. Kamu kapan," ucap Sulastri yang langsung to the point yang ujung-ujungnya membujuk sang putra agar menikah.
"Mama sok tahu. Tidak semua teman-teman SMA Arfandi sudah menikah. Mereka masih mengejar karir, Karena sekarang baik wanita dan pria sudah memiliki pemikiran yang realistis dan tidak ingin menikah terlalu cepat," sahut Arfandi.
"Arfandi 28 tahun bukan waktu yang cepat. Bukankah Bion juga sudah menikah, kalian itu pernah dekat yang paling dekat!" tegas Sulastri.
"Bion juga baru menikah awal tahun kemarin," sahut Arfandi.
"Kalau begitu kamu juga harus menikah tahun ini dan agar sama dengan Bion. Kamu sama Bion sahabat sejak dulu, dari kecil kalian selalu bersama, SD SMP SMA dan bahkan masuk perguruan tinggi dalam bidang yang sama. Masa iya kamu kalah masalah jodoh dengan Bion," ucap Sulastri.
"Mama itu terlalu cerewet. Meski aku sama dia sudah bersahabat lama dan sering sekolah di tempat yang sama dan bukan berarti kami memiliki nasib soal pernikahan yang salah dan mungkin saja Bion telah menemukan yang tepat dan sementara aku belum," ucap Arfandi.
"Kamu kalau dikasih tahu pasti ngeles mulu," sahut Sulastri yang membuat Arfandi hanya tersenyum saja.
Mata Sulastri melihat kembali foto putranya yang berfoto dengan teman-teman Sma-nya saat masa perpisahan.
"Mama bulan kemarin bertemu dengan Mitha. Apa dia sudah menikah?" tanya Sulastri.
"Setahu aku belum. Karena sampai saat ini hubungan kami masih baik dan sering berkomunikasi," jawab Arfandi.
"Kalau begitu kamu bersama dia saja. Dia jika berpendidikan yang baik, seorang psikolog," ucap Sulastri yang mulai menjodohkan Arfandi.
"Kami sejak dulu berteman dan tidak cocok jika melanjutkan jenjang pernikahan," Arfandi menolak secara halus.
"Ihhhh, kamu kalau dikasih tahu pasti seperti ini," Sulastri tampak kesal.
Sulastri kembali melihat foto-foto SMA putranya itu yang tiba-tiba matanya tertuju pada wanita berbadan kecil yang berdiri di depan Arfandi.
Foto di album itu hanya terlihat 24 foto saja dengan pria 8 orang dan sisanya wanita yang berada di depan, foto di hari perpisahan dengan rapi. Arfandi sekolah di SMA elit dan VIP dengan murid yang sedikit dalam 1 kelas. Karena kelas itu merupakan kelas unggulan.
"Wanita ini pasti semakin cantik," tiba-tiba Sulastri tersenyum dengan jarinya yang tertuju pada foto anak manis itu. Mata Arfandi jika melihat jari tangan ibunya.
Tiba-tiba Arfandi mengingat Aira saat dia lihat ingin melakukan percobaan bunuh diri.
Bersambung......
semoga sj afandi mau membantu mia
insyaallah aku mampir baca novel barumu thor
itu arfandi ada apa ya ga keluar dari kantornya apa dia sibuk di dlm apa sakit, bikin penasaran aj
jarang2 kan aira bisa sedekat itu sama arfandi biasanya dia selalu menjauh...
tapi arfandi lebih menyukai aira,,,
setelah ini aira bisa tegas dalam berbicara apalagi lawannya si natalie... dan jangan terlalu insecure ... semua butuh proses