"Sampai kapan kau akan seperti ini zaf ?" tanya seorang perempuan berpakaian rapih dan memegang papan dada, Zafira hanya menghela nafasnya lelah "entahlah, trauma itu masih ada" jawaban Zafira membuat Cintia mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak bisa selamanya seperti ini, kau harus bisa berdamai dengan keadaan Zaf" lanjut kembali Cintia sembari menulis sesuatu di atas kertas putih yang berada di papan dadanya.
pintu ruang dokter Gavin terdengar terbuka disana sedang berdiri seorang Devan dan Edwin saling berangkulan dan berjalan melewati Zafira serta Cintia, tepat saat mata Zafira beradu dengan kedua manik Devan getaran dan ketakutan itu terlihat jelas hingga Zafira menegang seketika.
namun Devan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Zafira, mungkin bagi Devan kejadian 5 tahun yang lalu adalah bukan apa - apa bagi Devan tetapi tidak bagi Zafira Lalita.
ingin tau kelanjutkan ceritanya ?
kalian bisa baca ya teman - teman ini kelanjutan cerita tentang si kembar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makanan Favorite yang sama
Devan dan Zafira masih dengan suasana yang dingin, tidak ada percakapan diantara mereka sedari tadi dan saat ini mereka sudah berada dalam satu life yang sama menuju apartement milik Zafira.
Devan fokus dengan ponselnya dan kantong belanjaan di tangan kirinya, sedangkan Zafira berkali - kali melihat jam tangan berada dipergelangan tangan kananya.
Menghembuskan nafas lelah karena life serasa lama sekali untuk sampai ke lantai 20 "tring" bunyi pintu life terbuka menandakan sudah sampai pada lantai 20.
Zafira yang berjalan duluan keluar dari life tersebut, diikuti oleh Devan dibelakangnya sambil menyimpan ponsel yang sedari tadi menemani di dalam life.
Pintu apartement Zafira terbuka, mereka masuk dengan pelan "hai Dev" sapa seorang wanita yang terduduk dikursi roda yang tak lain tak bukan adalah Erina, Devan tersenyum "Hai bagaimana kabarmu ?" tanya Devan sambil berjalan ke arah dapur untuk menaruh kantong belanjaan yang sangat penuh itu.
Sementara Zafira hanya diam dan berjalan menuju kamarnya, di dalam kamarnya sudah disambut oleh putra semata wayangnya itu "mama sudah pulang" mood Zafira seketika membaik melihat Elvano.
"iya sayang" Jawab Zafira sembari mengecup puncak kepala Elvano "Hari ini siapa yang antar pulang Elvano ?" Zafira bertanya seraya menaruh tasnya di atas sofa kamar.
"Miss Grita mama" Elvano menjawab dengan masih fokus dengan buku dan juga crayon di tangannya, Zafira mengangguk mengerti kemudian mulai masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum memasak makan malam.
Saat dirinya sudah selesai membersihkan diri, dia mulai keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur tetapi langkahnya terhenti kala melihat Devan dan Erina sedang bermesraan.
Devan tidur diatas sofa dengan kaki Erina sebagai bantalan kepalanya, Erina sempat berfikir mungkin Devan yang membawa kakaknya berpindah dai kursi roda menjadi duduk diatas sofa.
Tangan Erina membelai lembut rambut kepala Devan, entah kenapa Zafira yang melihat mereka berdua seketika dadanya terasa sesak dan matanya memanas.
"ya tuhan apa yang terjadi denganku" gumam batin Zafira, Zafira pura - pura tidak perduli dengan dua sejoli itu. Mulailah dia melangkahkan kakinya menuju dapur, mengambil bahan makanan yang akan dia masak di atas meja makan.
"Dia fikir dia siapa, seenaknya sendiri bermesraan di apartement orang" gumam Zafira di dalam hati, entah dia menyadari atau tidak segala tindakanya menuai bunyi yang membuat Devan terbangun dari tidurnya.
Bahkan bukan hanya Devan yang mendengarkan namun Erina pun sama, membuat mereka berdua saling memandang satu sama lain "Dev coba kau lihat Zafira di dapur, temani dia memasak" perintah Erina dan Devan malah memposisikan dirinya semakin mencari kenyamanan untuk melanjutkan tidurnya.
"biarkan saja aku masih mengantuk" jawab Devan membuat Erina berdecak "Kalo kau tidak mau membantunya lebih baik kau pulang saja Ck" Devan yang mendengar itu seketika membuka matanya kemudian bangkit dari tidurnya.
"Iya iya, kau sama sekali tidak berubah masih cerewet seperti Erina yang dulu" Erina malah tertawa mendengar Devan berucap seperti itu, Devan berjalan ke arah dapur untuk membantu Zafira.
Zafira berkutat dengan masakannya sampai tidak menyadari bahwa ada Devan yang sedang melihatnya dari belakang, mata Devan tak lepas dari tubuh Zafira.
"Om baik" sampai suara Elvano terdengar menyapa Devan, membuat Devan membalikkan badan dan melihat Elvano begitu juga dengan Zafira yang saat ini membalikkan badan dan terkejut.
Zafira sama sekali tidak menyadari adanya Devan dibelakang punggungnya sejak tadi, Zafira melihat Devan berjalan ke arah anaknya yang saat ini masih bisa Zafira lihat dari dalam dapur.
Zafira tidak peduli dirinya lanjut dengan aktifitas memasaknya "mama masak apa?" terdengar pertanyaan dari bibir kecil Elvano yang saat ini sudah berada di dekat kakinya.
Zafira tersenyum kemudian melihat anaknya yang saat ini berada di samping kakinya "mama masak makanan kesukaanmu" Elvano terdiam seraya berfikir dan kemudian dia tersenyum lebar.
"mama masak sambal goreng kentang dan hati ayam ?" Zafira mengangguk dan tersenyum, sementara Devan yang berdiri tak jauh dari mereka mendengar percakapan ibu dan anak itu dengan terkejut.