Di negara barat, menyewa rahim sudah menjadi hal lumrah dan sering didapatkan.
Yuliana adalah sosok ibu tunggal satu anak. Demi pengobatan sang anak, ia mendaftarkan diri sebagai ibu yang menyewa rahimnya, hingga ia dipilih oleh satu pasangan.
Dengan bantuan alat medis canggih, tanpa hubungan badan ia berhasil hamil.
Bagaimana, Yuliana menjalani kehamilan tersebut? Akankah pihak pasangan itu menyenangkan hatinya agar anak tumbuh baik, atau justru ia tertekan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil
"Selamat nyonya, pembuahannya berhasil. Anda dinyatakan hamil," ucap dokter memberikan kabar baik yang membuat Jessy tersenyum haru mendapat kabar itu.
"Daddy, akhirnya kita akan punya cucu lagi," sahut Jessy menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu benar Honey, semoga kali ini dia selamat," sahut William tak kalah gembiranya.
Jessy mengangguk, beralih menatap Yuliana yang tengah menatap layar monitor yang menampilkan isi kandungannya.
"Anna," Jessy menyentuh tangan Yuliana membuat wanita itu menoleh.
Anna menjadi nama panggilan yang digunakan Jessy, karena menurutnya lebih mudah di sebut.
"Tolong jaga kandungannya ya," ucap Jessy mengusap lembut perut Yuliana.
"Hanya kamu harapan satu-satunya."
"Tentu Nyonya," sahut Yuliana mengulum senyum.
Yuliana kemudian berusaha untuk bangkit, menatap Jessy dengan penuh harap. "Nyonya, sekarang bisa saya minta 300 juta sebagai DP?" Pintanya menepis rasa malu demi putranya yang ada di sana.
Jessy mengulum senyum, mengangguk cepat, karena paham alasan Yuliana meminta cepat. "Tentu saja. Saya akan segera mengirimnya."
Yuliana menghela nafas lega. Mengulum senyum lembut, dengan harap besar putranya segera mendapatkan pertolongan, "Garen, Garen akan segera sembuh. Garen anak hebat Mama sehat-sehat di sana."
**
Setelah mendapatkan uangnya, tanpa menunggu Yuliana segera mengirim pada adiknya. Yang mana operasi pun segera dilakukan.
"Mbak, operasinya berhasil!" seru Hanum menyampaikan kabar gembira itu, yang membuat Yuliana turut menjerit bahagia.
"Syukurlah. Anakku, akhirnya akan sehat," sahut Yuliana menjerit syukur atas apa yang ia dengarkan.
Garen, pria kecilnya akan segera bisa bermain seperti impiannya, bersama teman-teman seusianya.
"Garen sehat-sehat di sana sayang. Maaf, Mama tidak bisa menemani," gumam Yuliana dengan penuh syukur.
Saat rasa bahagia yang sedang melanda, pintu kamar Yuliana diketuk, membuat wanita itu mengalihkan pandangannya. Ia melirik jam yang sudah masuk waktu makan siang.
"Hanum, tolong jaga Garen ya. Nanti, kalau Garen sudah sadar, telepon kakak," sahut Yuliana pada adiknya.
"Iya mbak," angguk Hanum di sana.
"Kakak tutup teleponnya dulu ya. Soalnya kakak dipanggil."
"Iya kak, hati-hati ya. Jaga diri kakak di sana."
Panggilan video itu berakhir, dengan senyum cerah Yuliana berjalan keluar kamar.
"Nyonya, sudah waktunya makan siang. Nyonya dan Tuan besar sudah menunggu di bawah."
"Baik," jawab Yuliana mengulum senyum lembut.
Wanita itu segera menuju lift, turun ke lantai dua di mana dapur utama dan tempat makan utama berada.
Meski di sana ia sebanding dengan pekerja di sana. Namun, ia memiliki posisi baik, sehingga diperlukan baik pula. Di meja makan itu, ia dibiarkan makan bersama, keluarga besar itu.
Langkah kaki Yuliana sempat memelan saat melihat Sean dan Clara yang juga berada di sana. Mengingat pertemuan terakhir mereka membuatnya merasa sedikit canggung. Namun, ia berusaha untuk tetap tersenyum dan baik-baik saja.
"Anna duduk di sini sayang," sahut Jessy menepuk kursi di sebelahnya.
Yuliana tersenyum. Ia berjalan mendekat, baru saja ingin duduk. Ucapan Sean menghentikannya.
"Apa kamu tidak tau malu? Duduk di antara keluarga kami?" sahutnya dengan dingin dan sorot matanya tajam menghunus menatap Yuliana.
"Sean! Jangan bersikap seperti itu!" sahut William menegur. "Bagaimana pun dia sudah mengandung anakmu!" lanjutnya menatap dengan penuh peringatan.
"Aku tidak butuh anak dari rahim wanita tidak ku kenali. Akan ku tunggu anak, yang tumbuh dari rahim istriku sendiri," ucap Sean, menarik tangan Clara dan menggenggamnya dengan kuat.
"Tidak masalah, kalau kamu tidak menginginkan anak ini. Tapi, Mommy menginginkannya, dan Mommy berhak mengizinkannya bergabung makan dengan kita!" sahut Jessy dengan tegas membuat Sean menatapnya dengan tajam meski mulutnya terkatup tak berani membantah.
Sean memang tidak tau bersikap selayaknya anak manis, namun dia sangat patuh, dan tidak pernah melawan wanita yang melahirkannya itu.
"Mommy padahal kita sama-sama menantu keluarga Sawyer, sama-sama seorang wanita, tapi kenapa kau berani membawa wanita lain dalam hubungan rumah tangga kami?" sahut Clara dengan suara dingin dan sorot mata tajam seolah menaruh sebuah amarah besar dalam dirinya.
"Clara sayang, Mommy membawa ibu pengganti untuk anak suamimu. Tidak ada salahnya kan? Kamu juga tidak perlu hamil, dan sakit lagi nantinya," sahut Jessy dengan santai diikuti senyum manis, namun sorot mata yang seolah mengisyaratkan rasa tidak suka.
"Sudah jangan berdebat lagi!" potong William menengahi.
"Anna, silahkan duduk. Tidak perlu merasa canggung," sahut William dengan lembut mempersilahkan Yuliana.
"Baik Tuan," angguk Yuliana dengan senyum terpaksa, mendudukkan tubuhnya pada kursi.
Dengan perasaan canggung, karena sorot mata Sean terus menatapnya dengan tajam, seolah akan menerkamnya membuatnya tidak merasa tenang mengisi perutnya.
"Kenapa tatapannya begitu menyeramkan?" batin Yuliana tanpa berani membalas tatapan Sean.
Bukan hanya Sean, Clara pun menatapnya dengan penuh kebencian.
"Akan ku buat dia tidak akan pernah melahirkan keturunan Sawyer!" batinnya dengan tangan mengepal di bawah meja.
Makanan yang sudah terasa tak sesuai dengan lidahnya, ditambah tatapan maut dari kedua pasangan itu, membuat perasaan mual tiba-tiba hadir memenuhi perutnya.
Merasa akan muntah. Yuliana bangkit dari kursinya berlari kecil menuju kamar mandi di dekat sana.
"Eh, Anna! Ya ampun sayang." Jessy yang khawatir segera menyusulnya.
Sedangkan Sean melirik dengan perasaan tidak peduli. Mendengar kabar kehamilan Yuliana, terasa biasa saja. Tidak ada getaran atau perasaan bahagia dalam hatinya.
"Kenapa Mommy memilih wanita sepertinya?" batinnya masih tidak percaya akan pilihan ibunya.
Tatapan Sean beralih pada Clara, wanita yang sangat ia cintai. Wanita yang bertahta tinggi dalam hatinya. Sudah pernah hamil anaknya dua kali, sayangnya selalu berakhir keguguran.
"Meski aku sangat ingin memiliki anak. Tapi, Mommy harusnya tidak mencari wanita lain untuk mengandung anakku ... karena itu menyakiti perasaan istriku," batin Sean memandang penuh kehangatan pada istrinya.
Pandangan yang sangat berbeda jauh antara Clara dan Yuliana. Yang memperjelas perbedaan mereka pula.
Di dalam kamar mandi, usai memuntahkan isi perutnya. Dengan sedikit dibantu Jessy, Yuliana keluar dari sana. Mengangkat pandangan menatap Sean dan Clara di sana.
"Ya ampun, kenapa tiba-tiba saja, aku menginginkan sesuatu? Apa aku ngidam?" Batin Yuliana merasa resah.
Meski pernah hamil, namun ia nyaris tidak pernah sampai menginginkan sesuatu secara berlebihan. Mungkin karena perlakuan kasar suaminya, membuat Garen yang dalam kandungan kala itu, begitu tenang di sana.
"Kenapa sayang? Kamu menginginkan sesuatu?" Tanya Jessy dengan lembut dan penuh perhatian.
"Ti-tidak Nyonya, aku hanya sedikit mual. Ini hal biasa bukan," tolak Yuliana tidak berani menyampaikan keinginan yang tiba-tiba mendorong itu.
"Hm, oke. Tapi, katakan saja kalau kamu mau sesuatu," sahut Jessy.
"Iya nyonya," angguk Yuliana mengulum senyum terpaksa, sembari mengusap perutnya yang tidak nyaman.
up yg bnyk y Thor