Marina Yuana Tia, dia menyelesaikan permainan mematikan, dan keluar sendiri dalam waktu sepuluh tahun, tetapi di dunia nyata hanya berlangsung dua minggu saja.
Marina sangat dendam dan dia harus menguak bagaimana dan siapa yang membuat permainan mematikan itu, dia harus memegang teguh janji dia dengan teman-temannya dulu yang sudah mati, tapi tak diingat keluarga mereka.
Apakah Marina bisa? Atau...
ayo baca guys
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Halo Haiyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Kalau bertengkar minimal lihat tempat lah
Bab 32
'Waw... Memang lelaki tampan beda dari yang lainnya... ' pikir Fatimah, Ruri dan Hana, mereka tak tau lagi bagaimana jalannya Orang-orang yang punya sikap dingin, tapi kalau berhadapan keduanya seperti pasangan ideal.
Hana yang awalnya ingin sekali menjadikan Zeyn menjadi pacarnya, tak jadi mendengar nada bicara cowok itu seperti dinginnya gunung fuji.
Marina ikut berdiri, dia izin ke teman kelasnya. "Sorry, aku harus ke toilet. "
"Oh, eung. " Jawab mereka satu persatu, mengiyakan termasuk Hana walau khawatir kalau sahabatnya ada apa-apa tapi dia tepis cepat, 'hanya ke toilet, tidak hilang ditelan bumi, tak perlu khawatir Hana... '
.
.
.
Brushh~
Marina membasahi kedua tangannya yang kotor, padahal dia belum menyentuh makanannya sama sekali.
Hanya saja setiap kali kemanapun, gadis itu teringat setiap selesai menyelesaikan misi selalu membersihkan darah pekat orang lain yang menempel di telapak tangannya, kali ini berbeda.
Saat berjalan keluar toilet, Marina tak sadar dia telah melamun dan bertabrakan dengan seorang laki-laki. Dia terjatuh ke bawah, karena benturan keras itu jidat kecilnya jadi sedikit memar.
"Kau tak apa? Minta bantuan? "
"Tidak apa. "
Marina menolak bantuan seorang laki-laki yang belum dia kenali terlalu jauh suara berat itu, tapi saat dia berdiri gadis itu didorong lagi ke belakang sampai membuatnya jatuh kedua kalinya ke lantai.
"Maafkan aku, tanganku terpleset, "
Dia berjongkok, kini Marina tau siapa yang mengerjainya. Ya, tak salah lagi itu adalah wajah dari seorang laki-laki yang tadi dia ingin tancapkan matanya dengan garpu.
'Dia sengaja? Apa tujuannya? Aku tak bawa pisau sama sekali, aku benar-benar lancang tak bersiap diri di situasi seperti ini... '
Cowok itu mendekatkan bibirnya ke rongga telinga Marina, dia terkejut apa yang dia katakan. "Kau tau rahasia ku? Ingin bunuh diriku ditempat, sayang sekali... "
Lelaki itu menjauhkan wajah, matanya membuat Marina tegang di tempat.
"Untung saja kau tak memakan makananmu, "
"Entah apa yang terjadi kalau makanan yang kau pesan masuk ke dalam dirimu, mungkin saja kan? " Ucapnya pelan, sekali masuk ke telinga membuat bulu kuduk Marina kembali meremang, siapa lelaki didepannya ini? Apakah lebih kuat dari pengawas yang selalu meladeni saat dia melawan?
Atau... Orang yang tak pernah dia ketahui sebelumnya.
Marina juga tak ingin ikut kalah, saat Zeyn berdiri laki-laki itu akan masuk ke dalam toilet tapi kakinya dipegang.
"Apa yang kau lakukan? "
"Mau mati? "
"Aku tidak akan melepaskanmu. " Seru Marina keras, dia sudah memperingatkan Zeyn, bila ada seseorang yang mengancam nyawanya tentu ia tak bisa tinggal diam, apalagi di hadapan lawan asing yang mungkin berhubungan dengan game mematikan itu.
'Apa-apaan ini.. Kenapa cengkramannya kuat?'
Di depan toilet, tak ada rasa malu sama sekali dilihat sepersekian orang yang lewat. Marina perlahan berdiri, dia tetap memegang salah satu bagian tubuh Zeyn, termasuk paha dan kaki.
Matanya menelisik ke seluruh tubuh lelaki didepannya, ia tak merasa ada yang spesial dari diri laki-laki itu, entah mengapa Marina tak merasakan ada ancaman bahaya.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku. "
"Bila tak mau? "
Marina langsung memeluk punggung lelaki itu dari belakang, dia memeluknya dengan sangat erat bahkan bila harus membandingkan eratnya sabuk pengaman saat menaiki mobil, Zeyn merasa sesak sendiri.
"Cepat akui dirimu, siapa kau! "
"Bukankah kau tau? Kenapa harus ku beritahu? "
"Lepas! "
Marina tak menggubris, pelukannya di badan Zeyn terus dia kencangkan. Walau cowok itu lebih tinggi dan sedikit besar darinya, baginya stamina bukanlah apa-apa.
Kecuali bila Marina harus kehabisan energi untuk melawan, dia akan tepar dalam hitungan detik.
'Kuat sekali, sehari-hari makan apa dia? '
'Sialan, tak mau dilepas... Apa dia harus membunuhku hari ini?! Ck, aku belum menghampiri tujuanku... Dia sudah membuatku mati tak layak didepan toilet, '
Beberapa orang yang mau ke toilet langsung terpana melihat kedekatan mereka berdua, karena ulah mereka para orang-orang yang melihat langsung mengeluarkan handphone dari balik saku mereka.
"Lihat, "
"Siapa mereka? "
"Mesra sekali, bukan di hotel tapi di depan toilet? "
"Aduh, kalian jangan mesra-mesraan disini... "
Zeyn lah yang hanya mendengar bisikan para orang-orang, langsung merasa tertimpa sebuah masalah besar. Dia dengan cepat memutar tubuh, dengan sangat mudah.
Marina terkejut, dia dan Zeyn saling bertatapan, ia akan melepas genggamannya.
"Apa yang kau lakukan? "
"Ini sudah terlanjur. "
Kata Zeyn.
"Bagaimana kalau lanjut saja? "
"Apa? Aku akan membunuhmu!!! "
Ancam Marina, hanya di dengar Zeyn saja. Laki-laki itu yang berusaha menggoda gadis didepannya tapi tak berhasil, dia tak memiliki pilihan lain selain membuat sebuah topik semakin panas dan menghangatkan.
"Kok lama amat ya mereka berdua? " Seru Fatimah.
Rio mengangguk juga, dia penasaran sekali. Kenapa Zeyn dan Marina sama-sama pergi ke toilet, apalagi Marina belum kunjung kembali padahal dia yang pergi paling duluan dari Zeyn yang juga tadi setelah habis ke kasir izin pinjam toilet.
"Ada apa dengan mereka ini? "
"Eh kalian denger ada suara rame gak? "
"Suara rame? "
"Apaan? "
"Enggak aku ga denger. "
"Ya budek itu namanya. " Kata Ruri, dia memang gadis yang memiliki pendengaran di atas pendengaran orang biasa, tentu kericuhan ini membuat mereka penasaran juga.
Apalagi beberapa pelanggan di restoran ini yang tadi sedikit penuh, kenapa tiba-tiba hilang padahal mereka belum pergi keluar?
Hana sedikit khawatir dengan keadaan Marina, dia lekas berdiri tapi tangannya di cegat oleh Ruri.
"Mau kemana? "
"Marina... Aku mau cari Marina... Aku takut kenapa-napa, "
"Oh... " Jawab mereka bersamaan, mereka melepaskan genggaman dan membiarkan gadis itu mencari sahabatnya.
Mada juga ikut berdiri, "lah lu yang sekarang gantian berdiri, mau kemana tong? " Tanya Zaki, cowok itu melihat Hana pergi ke arah toilet banyak orang yang belum kembali dari sana.
"Mau cari Zeyn. " Jawab Mada, dia segera berlari dari sekumpulan teman-temannya.
Fatimah mencibir, "brrr, jadi cuma sisa cowok-cowok jelek nih disini? Yang lain, yang buih mutiaranya kemana? "
Zaki, Rio dan yang satu lagi Tio sama-sama membalas pedas. "Kita disini juga gak mau sisa perintilannya bidadari, mereka udah pergi duluan tinggal sisa peliharaannya... " Balas Rio, Fatimah langsung menatap mereka semua tajam.
.
.
.
"Hosh~hosh~"
'Marina... Dia dimana... '
"Akh! "
Bruk! Hana tak sengaja menabrak seseorang tapi dia segera ditolong oleh Mada, dia juga kebetulan ingin menyusul Zeyn.
"Eh maaf, "
"Gak apa, kamu bisa berdiri? "
"I-iya terimakasih... " Hana menerima bantuannya, mereka berdua melongok kesana-kemari, karena rupanya semua orang-orang yang sama-sama duduk satu restoran dengan mereka sekarang berkumpul padat.
"Ada apa ini ya? "
"Aku juga tidak tau, ayo kita lihat... "
Hana mengangguk, dia dan Mada ikut penasaran. Mereka melewati banyak orang-orang yang memotret sesuatu, saat Hana mencapai halauan terakhir dirinya sempat terkejut akan sesuatu yang membuat dia dan Mada yang baru datang juga sama-sama terkejut.
"Me-mereka? "
"Ci-ciuman... " Tambah Hana, dia menutup mata malu sendiri. Sahabatnya... Oh tidak, apa yang terjadi dengan Marina sebenarnya?
Bersambung...